12.07.2015 Views

Merayakan Kebebasan Beragama - Democracy Project

Merayakan Kebebasan Beragama - Democracy Project

Merayakan Kebebasan Beragama - Democracy Project

SHOW MORE
SHOW LESS
  • No tags were found...

You also want an ePaper? Increase the reach of your titles

YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.

<strong>Democracy</strong> <strong>Project</strong>(the religious self) dalam konteks yang mungkin ambigu,bertentangan, dan berbahaya. Ritual berperilaku ini pada gilirannyamenentukan cara orang berpakaian, memilih teman, makanan, dansemacamnya, dan ini menyediakan solusi terhadap pertanyaanbagaimana orang bersikap terhadap liyan (the others) yang bukandari kelompok agamanya dan bagaimana memper tahankankemurnian agama di dalam masyarakat yang sekuler. 28Dalam perspektif yang serupa, Almond, Appleby, dan Sivanmenggunakan istilah “enklave” sebagai metafor untuk menyebutseruan kembali ke identitas dasar itu dan menekankannya sebagai“impuls dasar yang terletak di belakang kemunculan tradisi yangbangkit berupaya menghadang serbuan modernitas.” 29 Menurutmereka, di dalam apa yang disebut “kultur enklave” (enclaveculture), kaum fundamentalis biasanya membangun “tembokmoralitas” (wall of virtue) berdasarkan nilai-nilai moral. Tembokitu memisahkan enklave yang selamat, bebas, dan superior secaramoral, dari komunitas lainnya yang masih bergelut dengan berbagaigodaan. Enklave ini menempatkan masyarakat yang tertindas danrusak secara moral di bagian luar tembok, yang dipandang sebagaipenghuni wilayah yang kotor, terpolusi, menular, dan berbahaya,bertentangan dengan komunitas penghuni di dalam tembok yangbermoral dan bijak. 30Enklave berkaitan dengan persoalan ruang dalam maknasimbolik dan sosialnya. Ia menempati ranah yang terpisah, di manaanggota-anggota individual menyesuaikan diri dengan normaumum yang seragam. Dalam hal ini, perilaku, bahasa, dan caraberpakaian diatur secara ketat dan berlaku sebagai emblem yangsangat penting yang membedakan orang-orang yang berimandengan orang-orang lainnya di luar enklave. Ketatnya peraturanditujukan untuk mendikte kesamaan tatanan karena daya tarikbahaya yang dipaparkan ke dalam dari luar tembok. Di sini letakpentingnya otoritas; sebagai panduan yang mengarahkan lakusetiap anggota. 31 Bagi ketiga sarjana ini, “hasil akhir daridikenakannya norma fundamentalis adalah pengakuan kuat akan“waktu operasional” tiap anggota yang hidup sebagai kelompok(bukan sebagai sumberdaya perseorangan).” 32Enklave menuntut pengorbanan yang besar, loyalitas penuh,dan kepatuhan pada pemimpin, atau gaya hidup tertentu yang takBunga Rampai Menyambut 70 Tahun Djohan Effendi| 211

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!