12.07.2015 Views

Merayakan Kebebasan Beragama - Democracy Project

Merayakan Kebebasan Beragama - Democracy Project

Merayakan Kebebasan Beragama - Democracy Project

SHOW MORE
SHOW LESS
  • No tags were found...

Create successful ePaper yourself

Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.

<strong>Democracy</strong> <strong>Project</strong>pinggiran masjid-masjid kampus menembus kampung-kampungdan bahkan kawasan yang selama ini dikenal sebagai bentengpertahanan budaya abangan. 16 Perlahan tapi pasti, aktor-aktorgerakan islamis mulai berani menunjukkan kehadiran dan me -nyampai kan aspirasi-aspirasi mereka.Dalam studi komparatifnya tentang Pakistan dan Malaysia,Nasr merujuk strategi negara memainkan simbol-simbol danwacana keagamaan untuk memperkukuh hegemoninya sebagai‘Islamic leviathan,’ yang memungkinkan rezim yang berkuasa untukmenghindari pembaruan fundamental dalam struktur ekonomi danpolitik serta pembuatan kebijakan. Namun sebagai bagian dariusaha negara untuk memperluas kekuasaan dan kontrolnya melaluimanipulasi ideologi, strategi leviathan, baginya, jarang menuai hasilpositif. Hubungan negara dan agama dan antar-komunitas agamayang berbeda tetap berlangsung tegang, dan hanya memerlukansedikit pemicu untuk berkembang menjadi konflik terbuka. 17Indonesia juga pernah mendapat pelajaran penting ketika“kemesraan” hubungan antara agama dan negara yang terlihat padadekade terakhir kekuasaan Orde Baru seketika menunjukkan tandakehancuran ketika gelombang reformasi memakzulkan Soehartopada Mei 1998 dan sekaligus membuka jalan bagi ekspansikelompok-kelompok Islam radikal di ruang publik Indonesia.RADIKALISME AGAMAMunculnya gerakan-gerakan Islam radikal berkait erat dengankegagalan negara menerapkan pola manajemen keragamankeagamaan (religious diversity) secara tepat. Dalam ruang sosialyang menghambat tumbuhnya kohesi sosial dan kesalingpercayaan(trust) antar-komponen masyarakat, radikalisme agama dapattumbuh dengan mekar. Radikalisme agama itu sendiri merupakancerminan dari lemahnya kohesi sosial. Dari sudut pandangsosiologis, gejala ini berhubungan dengan ekspansi modernisasiyang menciptakan kondisi dunia modern yang sangat paradoksaldan ini menimbulkan tekanan terhadap sistem disposisi ber -kelanjutan individual yang mengintegrasikan pengalamanpengalamanmasa lalu dan berfungsi sebagai matriks persepsi dantindakan. Bourdieu menyebut hal ini dengan habitus, yangmemungkinkan orang untuk merasa nyaman ataupun tak nyamanBunga Rampai Menyambut 70 Tahun Djohan Effendi| 207

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!