12.07.2015 Views

Merayakan Kebebasan Beragama - Democracy Project

Merayakan Kebebasan Beragama - Democracy Project

Merayakan Kebebasan Beragama - Democracy Project

SHOW MORE
SHOW LESS
  • No tags were found...

You also want an ePaper? Increase the reach of your titles

YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.

<strong>Democracy</strong> <strong>Project</strong>mendengar pihak lain itu bukan persoalan sepele. Tidak semua orangbisa melakukan ini. Apalagi mendengarkan “orang lain” (outsider)yang secara fundamental berbeda agama, tradisi, budaya, keyakinan,atau mazhab pemikiran. Karena itu dibutuhkan usaha keras untukmemecah kebuntuan sekaligus kesalahpahaman antar dan intra umatberagama baik di tingkat elit lebih-lebih di level akar rumput.Diperlukan banyak institusi dan program-program yang mampumendorong proses transformasi agama ini.Lembaga-lembaga seperti Center for Religious and CulturalStudies (CRCS) di Universitas Gajah Mada (UGM), Yogyakarta sertaIndonesian Consortium for Religious Studies yang didirikan UGM,UIN Sunan Kalijaga dan Universitas Kristen Duta Wacana (UKDW)di Yogyakarta adalah bagian dari usaha intelektual untukmenciptakan kultur pluralisme di Indonesia yang perlu ditirulembaga akademik lain. Demikian juga model “pendidikan agamainklusif ” yang diterapkan STIE IBII Jakarta (lihat tulisan Dr.Chandra Setiawan di buku ini) perlu digetoktularkan perguruantinggi lain. Lembaga-lembaga pendidikan Islam di negeri ini sejaksekolah dasar sampai perguruan tinggi perlu ada mata pelajarancross-cultural or religious understanding yang melibatkan non-Muslim dalam proses pengajaran supaya terjadi proses penanamannilai-nilai pluralisme sejak dini. Demikian juga sekolah-sekolah non-Islam perlu melibatkan para sarjana muslim kredibel dan pluralisdalam proses pengajaran supaya terjadi proses dialog dan mutualacceptance, understanding, and recognition. Kurikulum pendidikanyang toleran-pluralis perlu diterapkan sejak dini supaya siswa didikterbiasa dengan keragaman dan perbedaan dan mampu menyikapikemajemukan dan perbedaan itu dengan sikap “dewasa,” peaceful,nir-kekerasan, “wise,” dan “civil.” Keterbukaan menjadi kata kuncisekaligus pra-syarat religious encounter yang sehat dan dinamis sertajalan terciptanya perdamaian global antar umat beragama.Di tingkat akar rumput, komunitas ekumeni Taize dan kelompokagama Mopuya seperti saya paparkan di awal tulisan ini juga bisadijadikan contoh baik bagaimana agama bisa ditransfor masikansebagai kekuatan penggerak perdamaian, persatuan, toleransi, danpluralisme, bukan sebagai motor kekerasan, per pecahan, dan antipluralismeseperti dilakukan kelompok militan-radikal agama. Dalamkonteks bangsa Indonesia yang majemuk dan kaya akan “pluralistBunga Rampai Menyambut 70 Tahun Djohan Effendi| 193

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!