12.07.2015 Views

Merayakan Kebebasan Beragama - Democracy Project

Merayakan Kebebasan Beragama - Democracy Project

Merayakan Kebebasan Beragama - Democracy Project

SHOW MORE
SHOW LESS
  • No tags were found...

You also want an ePaper? Increase the reach of your titles

YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.

<strong>Democracy</strong> <strong>Project</strong>dari toleransi. Dalam toleransi tidak dibutuhkan pengetahuan(knowledge) dan pemahaman (understanding) atas “yang lain”sementara pluralisme mensyaratkan keduanya: pengetahuan sekali -gus pemahaman atas tradisi agama dan budaya komunitas agamalain. Dengan demikian orang yang bersikap toleran belum tentupluralis. Meskipun toleransi itu baik dan perlu dalam hubunganantar-agama, tetapi tidak cukup kuat sebagai landasan dialog intradan antar-agama. Sebab “budaya toleransi” (culture of tolerance) inimasih rawan dan rapuh untuk disusupi dan diprovokasi pihak-pihaktertentu yang memiliki kepentingan agama, ekonomi, dan politik.Dalam banyak hal hubungan inter dan antar-agama di Indonesia dandi manapun saat ini masih berada pada level toleransi ini belumsampai ke tahap pluralisme. Oleh karena itu dibutuhkan dialogagama yang konstruktif dan kontinu sebagai jembatan atau jalanmenuju masyarakat agama pluralis.Tentang dialog agama ini, saya pernah menulis secara khusus dirubrik “Bentara,” Kompas (8 September 2008). Tapi ada baiknyasaya ulas kembali wacana dialog agama itu dalam tulisan ini.Pertanyaan yang menggelisahkan saya berkaitan dengan diskursusdialog agama ini adalah mengapa hubungan antaragama dankepercayaan di Indonesia masih diselimuti ketegangan, kecurigaan,dan kekerasan padahal lembaga-lembaga dialog antar-iman(interfaith dialog) atau LSM yang bergerak di bidang cross-culturalstudies menjamur di mana-mana tidak hanya di Jakarta tapi juga dikota-kota kecil di Indonesia bahkan pemerintah Indonesia juga sudahmemprakarsai pembentukan Forum Kerukunan Umat <strong>Beragama</strong>(FKUB)? Adakah yang salah dalam desain dialog agama selama ini?Pertanyaan ini penting saya kemukakan mengingat relasi antardan intra-agama di negeri muslim terbesar di planet ini sedang dalamkondisi mengkhawatirkan yang ditandai dengan munculnya berbagaiaksi kekerasan berbasis agama pasca tumbangya Orde Baru (lihatmisalnya dalam Sidel 2006; Aragon 2001; Nordholt dan van Klinken2007). Istilah kekerasan agama atau kekerasan berbasis agama(religious-based violence) ini tidak hanya mengacu pada pengertianapa yang oleh sarjana dan praktisi perdamaian Johan Galtung disebutdirect/physichal violence seperti kerusuhan, penyerangan, pengrusak -an, pembakaran, dll terhadap pengikut dan properti komunitasagama tertentu saja tetapi juga cultural violence atau symbolic186 |MERAYAKAN KEBEBASAN BERAGAMA

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!