12.07.2015 Views

Merayakan Kebebasan Beragama - Democracy Project

Merayakan Kebebasan Beragama - Democracy Project

Merayakan Kebebasan Beragama - Democracy Project

SHOW MORE
SHOW LESS
  • No tags were found...

You also want an ePaper? Increase the reach of your titles

YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.

<strong>Democracy</strong> <strong>Project</strong>agama, dan kebudayaan lain. Jamak diketahui bahwa Islam jugamerupakan “sinkretisme” dari berbagai agama, tradisi, dan budayaArab, Quraisy, Yahudi, Kristen, dlsb. Dari sini maka jelas pluralismebukanlah sinkretisme seperti secara naif dipahami MUI dan berbagaielemen agama penentang pluralisme.Kelima, karakteristik pluralisme terakhir yang dipaparkan DianaEck, pluralisme dibangun diatas basis dialog antar-agama. Bahasapluralisme adalah bahasa dialog dan perjumpaan, take and give,criticism and self-criticism (lebih rinci lihat Eck 2003: 166-199; cf.Boase, ed. 2005: 41-46). Dialog agama ini, kata Eck, baik dialogantar atau intra-agama menjadi “ruh” dan basis utama pluralisme.Tanpa dialog pluralitas tradisi agama, budaya dan etnisitas hanyaakan menjadi, meminjam istilah Eck, “an array of isolatedencampments,” di mana masing-masing regu (kemah) mengibarkanbendera berbeda dan hanya bertemu temporal dan formalitas. Paratokoh agama—ulama, pendeta, bikku, pastor dst—bisa sajamelakukan doa bersama, makan bersama, ziarah bersama, kemahbersama, nonton film bersama, jalan sehat bersama, dan seterusnya,akan tetapi tanpa dialog nyata semua itu hanya akan menjadi sebatas“icons of diversity” bukan “instruments of relationship” (Boase, ed.:46). Dialog berarti berbicara sekaligus mendengarkan, dan prosesdialog itu harus mengungkapkan common understanding dan faktafaktaperbedaan dengan sikap hormat dan saling menghargai. Perlujuga dicatat bahwa dialog berbeda dengan debat. Dalam dialog targetyang hendak dicapai adalah mutual understanding bukan salingmengalahkan seperti dalam debat. Tidak ada kalah-menang dalamdialog.Inilah saya rasa makna ketika Alquran menegaskan “bahwadiciptakannya manusia berbangsa-bangsa dan bersuku-suku adalahuntuk saling mengenal” (Q. 49:13). Kalimat “berbangsa-bangsa”(syu’uban) dan “bersuku-suku” (qaba’il) adalah fakta diversity atauplurality sementara “untuk saling mengenal” (ta’aruf) adalahpemahaman tentang “dialog” lintas agama dan budaya sebagaijembatan pluralisme. Karena itu fakta pluralitas itu baru bisadipahami jika kita umat beragama memiliki komitmen untukberdialog yang merupakan ruh pluralisme. Di sinilah dialog bisadimengerti sebagai “a way of knowing or understanding.” Dalamkerangka pemikiran ini, pluralisme memang setingkat lebih tinggiBunga Rampai Menyambut 70 Tahun Djohan Effendi| 185

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!