12.07.2015 Views

Merayakan Kebebasan Beragama - Democracy Project

Merayakan Kebebasan Beragama - Democracy Project

Merayakan Kebebasan Beragama - Democracy Project

SHOW MORE
SHOW LESS
  • No tags were found...

Create successful ePaper yourself

Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.

<strong>Democracy</strong> <strong>Project</strong>fakta keberagaman atau pluralitas itu. “Pluralism is not the sheer factof plurality alone, but is active engagement with plurality,” tulis Eck(2003: 191). Di sini pluralisme bisa dibaca sebagai tafsir ataspluralitas atau evaluasi atas diversitas budaya dan agama sebagaimana“paham” eksklusivisme, multikulturalisme, relativisme dan sebagai -nya yang juga merupakan interpretasi atas kemajemukan (dan jugakemodernan). Kedua, pluralisme tidak sekadar toleransi, melainkanproses pencarian pemahaman secara aktif menembus batas-batasperbedaan (active seeking of under standing across lines of difference).Penjelasan Eck yang membedakan pluralisme dari toleransi iniberbeda dengan Adam Seligman, sosiolog dari Boston Universityyang memimpin Tolerance <strong>Project</strong> (bandingkan dengan “Pluralism<strong>Project</strong>”-nya Eck), yang secara teoretis tidak membedakan konseptoleransi dan pluralisme. “Proyek Toleransi”-nya Seligman yang jugaeditor buku Essays on the Religious Roots of Tolerance ini menggaliakar-akar tradisi dan budaya toleransi dalam Islam, Kristen, danYahudi, ketiga agama bersaudara dalam kluster “AbrahamicReligions” tapi tragisnya sering bermusuhan satu sama lain. Tigadaerah dipilih untuk melaksanakan proyek riset ini: Berlin, Sarajevo,dan Jerussalem. Sengaja dipilih tiga kawasan ini karena, menurutSeligman, di tiga area ini tumbuh subur spirit kebencian, per -musuhan, dan intoleransi. Berlin adalah kota dimana Hitler mem -propagandakan kampanye anti-Yahudi, Sarajevo juga menjadi saksibisu kekejaman Kristen Ortodoks terhadap kaum muslim, sementaraJerussalem lama dikenal sebagai “medan pertempuran” dan arenaperebutan kekuasaan pengikut Islam, Kristen, dan Yahudi. KiniJerusalem juga menjadi sumber konflik Palestina-Israel. Menggaliakar-akar toleransi dan pluralisme agama di kawasan “konflikagama” tentu sangat menantang. Tapi bagi Seligman, ide-ide toleransidan pluralisme memang harus digali dan dikembangkan “dari dalam”tradisi agama itu sendiri atau katakanlah approach from within danbukan berangkat dari prinsip dan gagasan sekuler dan liberal alaPencerahan Eropa yang bertumpu pada konsep citizenship,individualisme, dan polity. Jadi “Tolerance <strong>Project</strong>” yang dipimpinSeligman ini bertujuan untuk mengidentifikasi dan mengeksplorasisumber-sumber toleransi dan pluralisme yang inherent dalam tradisiIslam, Kristen, dan Yahudi (Seligman 2003; cf. Smith-Christopher,ed. 2005; cf. Coward dan Smith, eds. 2004).Bunga Rampai Menyambut 70 Tahun Djohan Effendi| 183

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!