12.07.2015 Views

Merayakan Kebebasan Beragama - Democracy Project

Merayakan Kebebasan Beragama - Democracy Project

Merayakan Kebebasan Beragama - Democracy Project

SHOW MORE
SHOW LESS
  • No tags were found...

Create successful ePaper yourself

Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.

<strong>Democracy</strong> <strong>Project</strong>“pluralisme agama” adalah lawan dari “eksklusivisme agama.”Sementara itu dalam konteks sosiologi, kata pluralisme mengacupada pengertian “the diversity of different religious traditions withinthe same social or cultural space” (Banchoff 2008: 4-5). ThomasBanchoff yang juga profesor di Georgetown University itu lebihlanjut memandang pluralisme tidak semata-mata sebagai salah satubentuk respon positif atas fakta pluralitas seperti dikemukakan olehHutchiston di atas tetapi melihatnya sebagai interaksi damai(peaceful interaction) para aktor agama baik dengan sesama religiousactors maupun dengan aktor masyarakat dan negara atas agendaagendasosial, politik, ekonomi, dan budaya. Singkatnya, pluralismeagama tidak hanya “reaksi” tetapi juga “interaksi.” “Religiouspluralism,” tulis Banchoff, “denotes a politics that joins diversecommunities with overlapping but distinctive ethics and interests.”Dalam proses interaksi itu bisa saja syarat konflik. Tapi pluralismeagama berakhir ketika kekerasan mulai (Banchoff 2008: 5).Penjelasan lebih rinci dan menarik tentang pluralisme inidiberikan oleh Profesor Diana Eck dari Harvard Divinity School.Paparan Diana Eck tentang pluralisme agama ini penting untukdiulas di sini karena reputasi Eck yang tidak diragukan lagi dalamstudi pluralisme dan dialog agama. Eck pernah menulis bukucemerlang: Encountering God: A Spiritual Journey from Bozeman toBanaras. Buku yang memenangkan Melcher Book Award ini tidaksemata-mata berisi kumpulan refleksi spiritual journey penulis tetapilebih dari itu Encountering God berisi panggilan pentingnya dialogantar-agama sekaligus argumen-argumen teologis tentang vitalitaspluralisme sebagai basis dialog agama. Karena itu tidak berlebihanjika Karen Armstrong, penulis A History of God, mengatakan: “Therecannot be a wiser or more authoritative guide to this challengingworld of diverse spirituality than Diana Eck.”Menurut Eck yang memimpin Pluralism <strong>Project</strong> ini pluralismeberbeda dengan plurality atau diversity (keberagaman). Diversity,kata Eck, adalah pluralitas yang alami, basic, simple, colorful,splendid, dan given sifatnya. Sementara pluralisme adalah sebuahproses pergumulan yang bertujuan menciptakan sebuah “masya rakatbersama” (common society) yang dibangun atas dasar pluralitas atauke-bhineka-an itu. Diana Eck yang juga profesor comparative religionand Indian studies di Harvard University ini memberi contoh di salahBunga Rampai Menyambut 70 Tahun Djohan Effendi| 181

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!