12.07.2015 Views

Merayakan Kebebasan Beragama - Democracy Project

Merayakan Kebebasan Beragama - Democracy Project

Merayakan Kebebasan Beragama - Democracy Project

SHOW MORE
SHOW LESS
  • No tags were found...

Create successful ePaper yourself

Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.

<strong>Democracy</strong> <strong>Project</strong>mendorong, dan menggerakkan para pelaku agama untuk melakukantindakan kejahatan kemanusiaan yang kejam dan brutal, meskipun,ironisnya, para pelaku kriminalitas itu sendiri menganggapnyasebagai “perbuatan mulia” yang berpahala dengan ganjaran surga.Kasus-kasus kekerasan dan kerusuhan (berbasis) agama yangdilakukan beberapa organisasi Islam militan di Indonesia 2 adalahsalah satu contoh nyata bagaimana wacana dan ajaran keagamaanserta simbol-simbol keislaman telah “diperkosa” oleh para “oknum”muslim untuk dijadikan sebagai “legitimasi teologis” guna melibasindividu dan kelompok agama tertentu yang mereka anggap sesat,kafir, jahil, dlsb. Agama memang tidak memiliki tulang sehingga bisadibolak-balik oleh para pelaku agama.Tetapi harap juga dicatat bahwa selain agama memiliki “sisiburuk” atau “dimensi negatif ” yang bisa menginspirasi lahirnyatindakan kejahatan dan kekerasan, agama juga memuat aspek-aspekbaik dan positif yang bisa dijadikan sebagai “common ground” dan“fondasi teologis” untuk membangun hubungan antar dan intraagama yang lebih sehat, dinamis, berkualitas, dan manusiawi yangpenuh dengan semangat toleransi dan pluralisme seperti yang dengantepat dikemukakan Richard Solomon, presiden United StatesInstitute of Peace: ”while religion can and does contribute to violentconflict, it also can be powerful factor in the struggle for peace andreconciliation” (Smock, ed. 2002: viii).Pernyataan Solomon ini, sekali lagi, sekadar untuk menegaskanwatak “ambiguitas” sebuah agama atau apa yang oleh sejarawanScott Appleby disebut “the ambivalence of the sacred” (Appleby2000), yakni satu sisi agama bisa dijadikan sebagai sumber kekerasan,perang, kerusuhan, kebencian, permusuhan dst tetapi pada saat yangsama ia bisa dijadikan sebagai medium untuk menggerakkanperdamaian, cinta-kasih, harmoni, dan aksi-aksi kemanusiaan yangmulia seperti dipraktekkan komunitas Taize, Mopuya, Quaker,Mennonites, Muslim Peacemakers, dan masih banyak lagi. Agamabisa berperan sebagai “faktor pembelah” (divide factor) yangmengerikan seperti dalam beberapa kasus tragis dewasa ini yangterjadi di Palestina, Israel, Sudan, Kashmir, Irlandia Utara, Bosnia,Kosovo, Nigeria, dlsb, tetapi juga bisa berfungsi sebagai “elemenpemersatu” (unite element) yang powerful atas kelompok-kelompokagama yang terbelah dan tercerai-berai akibat perang dan kekerasanBunga Rampai Menyambut 70 Tahun Djohan Effendi| 177

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!