12.07.2015 Views

Merayakan Kebebasan Beragama - Democracy Project

Merayakan Kebebasan Beragama - Democracy Project

Merayakan Kebebasan Beragama - Democracy Project

SHOW MORE
SHOW LESS
  • No tags were found...

Create successful ePaper yourself

Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.

<strong>Democracy</strong> <strong>Project</strong>(Sulut adalah salah satu provinsi termakmur selain Jakarta, Bali, danRiau), kerja sama positif masyarakat-negara (state-societycooperation) khususnya kelompok dan institusi keagamaan danlembaga pemerintah memang menjadi kunci sukses terwujudnyasebuah tatanan sosial (social order) yang egaliter, damai, toleran, danpluralis tidak hanya di Sulut tapi juga di berbagai negara (cf. Hefner1998). State-society synergy, meminjam istilah Peter Evans (1997),juga menjadi medium ampuh terciptanya apa yang dalam literaturanthropologi politik disebut citizenship culture yang berbasis padanilai-nilai civility, equality, dan pluralism serta alat penting untukmengstabilkan sebuah bangsa dan menciptakan democratic peace.Dalam menyebarkan wawasan dan nilai-nilai keagamaan,GMIM juga menekankan kepada jemaat-nya tentang pentingnyamakna perdamaian dan sikap toleransi dalam hidup beragama,berbangsa, dan bernegara. Hasilnya? Kontras dengan beberapadaerah lain di Indonesia (juga di berbagai negara) di mana agamadijadikan sebagai alat untuk memobilisasi massa guna mengganyangkelompok agama atau sekte tertentu, di Sulut agama menjadimedium dan sumber perekat antar kelompok dan etnis keagamaanyang berlainan. Berbeda dengan provinsi Maluku, Maluku Utara,atau Sulawesi Tengah di mana agama telah “dieksploitasi” olehkelompok tertentu baik dalam level “state” maupun “society” untukmenyokong kerusuhan horizontal dan kekerasan sosial (lihatmisalnya Sidel 2006, Wilson 2008, dan Aragon 2001), di Sulutagama menjadi sumber inspirasi pembangunan perdamaian(peacebuilding) dan civic pluralism yang mampu mengeliminasikonflik sektarian. Ini klop dengan slogan Sulut: “Torang samuabasudara, baku-baku bae, baku-baku sayang.”Agama memang seperti pedang bermata dua. Satu sisi agama bisamenjadi sumber ilahi untuk membangun perdamaian global danmerajut persaudaraan universal yang dilandasi semangat salingmencintai dan toleran, akan tetapi di pihak lain agama juga bisamenginspirasi pemeluknya untuk melakukan kejahatan, kekerasan,dan terorisme. Bahkan Hans Kung, presiden Stiftung Weltethos (theFoundation for a Global Ethics), sebuah lembaga internasional yangbertujuan untuk membangun dialog antar agama dan perdamaianglobal, dalam salah satu karyanya Christianity and the World Religion(1986: 442) menulis dengan getir bahwa “the most fanatical andBunga Rampai Menyambut 70 Tahun Djohan Effendi| 175

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!