12.07.2015 Views

Merayakan Kebebasan Beragama - Democracy Project

Merayakan Kebebasan Beragama - Democracy Project

Merayakan Kebebasan Beragama - Democracy Project

SHOW MORE
SHOW LESS
  • No tags were found...

You also want an ePaper? Increase the reach of your titles

YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.

<strong>Democracy</strong> <strong>Project</strong>belakang budaya dan etnis per tahun. Taize memang unik. Tidakseperti Mekah, Qom, Karbala, Allahabad, Varanasi, Sungai Gangga,Lumbini, Bodh Gaya, Kodesh Hakodashim, Ise, Kota Tua Jerusalem,dan tempat-tempat suci lain yang pada umumnya sangat eksklusifbagi penganut agama tertentu, Taize terbuka buat siapa saja yangingin melampiaskan hasrat kerinduan dan cinta kepada Tuhan ZatYang Maha Agung. Mereka bebas merayakan dan mengekspresikankecintaan dan keimanan kepada Tuhan itu di sini dengan berdoabersama, bernyanyi bersama, makan bersama, berdiskusi bersamadan seterusnya tanpa diliputi rasa takut oleh grebegan para “polisiagama.”Didirikan oleh Roger Louis Schutz-Marsauche yang pupulerdengan sebutan Brother Roger (1915-2005) pada awal 1940-an,Taize pada mulanya didesain sebagai tempat semacam “rekonsiliasi”antara komunitas Protestan dan Katolik. Kita tahu, dua kelompokagama pengikut Jesus ini selama bertahun-tahun bahkan berabadabadhidup dalam permusuhan sejak Martin Luther (1483-1546)mendeklarasikan 95 Tesis Reformasi yang ditempel di GerejaWittenberg di akhir abad ke-15 sebagai tanda penabuhan genderangperang melawan Katolik. Selain itu, Taize juga dibuat sebagai shelterpenduduk sipil yang mencari suaka akibat Perang Dunia II yangdisebut-sebut sebagai perang terbesar dalam sejarah manusia.Terbesar karena perang yang dimulai bulan September 1939 saatJerman, di bawah pimpinan “si kecil yang kejam” Adolf Hitler(1889-1945), menginvasi Polandia yang kemudian diikuti deklarasiperang atas Nazi Jerman oleh Prancis, United Kingdom serta negaranegaradi bawah kontrol Inggris itu melibatkan lebih dari 100 jutatentara. Lebih dari 70 juta jiwa, kebanyakan warga sipil, dikabarkantewas dalam perang maha dahsyat ini. Aneksasi Jerman atas Polandiaini mengkhawatirkan Prancis dan Inggris yang sebelumnya pernahdikalahkan oleh tentara Jerman. Apalagi kebijakan politik Hitleryang rasis dan anti-demokrasi membuat kedua negara ini semakinmeradang. Prancis dan Inggris—plus Italia yang merasa dominasiteritorialnya terancam oleh kekuatan Hitler—pun berkoalisi untukmenggempur Jerman.Sebagai salah satu negara penentang Jerman, Prancis, pada saatPD II meletus (1939-1945), menjadi salah satu kawasan terparahakibat perang. Gedung-gedung yang berantakan dan tubuh-tubuhBunga Rampai Menyambut 70 Tahun Djohan Effendi| 169

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!