12.07.2015 Views

Merayakan Kebebasan Beragama - Democracy Project

Merayakan Kebebasan Beragama - Democracy Project

Merayakan Kebebasan Beragama - Democracy Project

SHOW MORE
SHOW LESS
  • No tags were found...

Create successful ePaper yourself

Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.

<strong>Democracy</strong> <strong>Project</strong>24Baca bukunya: John Wansbrough, Sectarian Milieu: Content and Compositionof Islamic Salvation History (Oxford: Oxford University Press, 1978).25Nurcholish Madjid, “Islamic Roots of Modern Pluralism: IndonesianExperiences,” Studia Islamika 1 (April-Juni, 1994), hal. 73.26Nurcholish Madjid, “Interpreting the Qur’anic Principle of Religious Pluralism,”dalam Abdullah Saeed (ed.), Approaches to the Qur’an in ContemporaryIndonesia (Oxford: Oxford University Press, 2005), hal. 209.27Ibid., hal. 210.28Madjid, Islam: Doktrin dan Peradaban (Jakarta: Yayasan Paramadina, 1992),hal. 195.29Karya Bellah dan Dimont yang sering dirujuk Cak Nur, lihat: Robert N. Bellah,Beyond belief (New York: Harper & Row, 1976); Max I. Dimont, IndestructibeJews (New York: New American Library, 1973).30Asghar Ali Engineer, Rational Approach to Islam (New Delhi: Gyan PublishingHouse, 2000), hal. 151.31Lihat: Engineer, “Maulana Abul Kalam Azad and His Concept of Unity ofReligion,” Islam and Modern Age, 1-2 (Desember, 1998).32Engineer., Rational Approach to Islam, hal. 149; lihat juga: Engineer, OnDeveloping Theology of Peace in Islam (New Delhi: Sterling Publishers, 2005),hal. 52.33Abdulaziz Sachedina, The Islamic Roots of Democratic Pluralism (Oxford:Oxford University Press, 2001), hal. 69.34Ibid., hal. 29.35Ibid., hal. 68.36Dalam kitab-kitab tafsir, hadis ini dikaitkan dengan kata “hanîf ” yang munculdua belas kali dalam Alquran, sepuluh di antaranya dalam bentuk singular dandua dalam bentuk plural. Sebenarnya makna hanîf dalam Alquran cukupkompleks, tidak sesederhana seperti digunakan Cak Nur sebagai “agama yanglurus.” Para mufasir tampak kesulitan mencari akar kata “hanîf ” ini. Umumnya,mereka mengaitkannya dengan kata “ahnaf ” yang sesungguhnya berarti “orangpincang.” Kata Tabari, orang pincang itu disebut “ahnaf ” (bila diartikan “lurus”)sebagai suatu harapan akan kesembuhannya menjadi berdiri tegak dan lurus.Tidak sulit menyimpulkan, bahwa secara linguistik kata “hanîf ” ini memangproblematik. Karena itu, penjelasan paling masuk akal adalah, kata ini diadopsidari bahasa Syriac-Aramaic “hanpa” yang berarti “penyembah berhala” yangbertolak belakang dengan makna monoteistik dalam Alquran. Dua persoalanmenarik didiskusikan: Apakah makna monoteistik “hanîf ” sudah dikenal padamasa sebelum Muhammad? Ataukah Alquran memberikan makna baru “hanîf ”dari politeistik menjadi mono teistik? Yang menarik, sumber-sumber Islam sendirimenyebut, sebelum Muhammad datang, di Jazirah Arab sudah dikenal adanya“orang-orang hanîf ini (plural: hunafâ’).” Bahkan, sebuah dialog direkam antaraNabi Muhammad dan seorang yang dikenal hanîf bernama Abu Amirmempersoalkan siapa di antara mereka berdua yang sebenarnya laik me nyan -dang gelar “hanîf.”37Sachedina, The Qur’an on Religious Pluralism (Washington, DC: GeorgetownUniversity, 1999), hal. 16.38Lihat: Bernard Lewis, The Jews of Islam (New Jersey: Princeton University Press,1987), hal. 56.39Madjid, “Islamic Roots of Modern Pluralism: Indonesian Experiences,” hal. 68.40Madjid, Islam: Doktrin dan Peradaban, hal. 193.41Lihat: Madjid, “Interpreting the Qur’anic Principle of Religious Pluralism,” hal.120.166 |MERAYAKAN KEBEBASAN BERAGAMA

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!