12.07.2015 Views

Merayakan Kebebasan Beragama - Democracy Project

Merayakan Kebebasan Beragama - Democracy Project

Merayakan Kebebasan Beragama - Democracy Project

SHOW MORE
SHOW LESS
  • No tags were found...

Create successful ePaper yourself

Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.

<strong>Democracy</strong> <strong>Project</strong>dengan pembaca memainkan peran penting dalam menentukan suatumakna, saya juga setuju dengan Wilfred C. Smith bahwa tidak adamakna fixed dalam Alquran. Kata Smith, “Makna yang sebenarnyadari Alquran bukanlah satu makna tunggal, melainkan prosespemaknaan yang dinamis, yang mengalir tanpa henti.” 52 Karenanya,Alquran senantiasa menuntut pemaknaan baru dengan menyerapsemangat zaman. Jika kaum Muslim hendak membangun masyarakatpluralistik dan toleran yang dilandaskan atas ajaran-ajaran Alquran,maka (1) mereka perlu mengakui warisan konservatisme masa laluitu, dan (2) memulai merintas arah baru penafsiran. Tulisan inidiawali dengan kutipan pertanyaan Ali bin Abi Talib yang sudahmenjadi klasik tentang perlunya tafsir, dan akan diakhiri denganmenyebut konteksnya. Pernyataan itu terkait sikap kaum Khawarijpasca-arbitrase perang Shiffin. Mereka menyalahkan Ali karena tidakmenggunakan Alquran, tapi malah mengutus orang untukmenyelesaikan sengketa dengan gubernur Suriah Mu’awiyyah (w.60/680). Kata Ali, “innâ lasnâ hakkamnâ al-rijâl innamâ hakkamnâal-qur’ân. Wa hâdza al-qur’ân innamâ khatt mastûr bayn daffataynlâ yantiq innamâ yatakallam bihî al-rijâl” (kami tidak mengangkatorang untuk menghakimi, tapi kami mengangkat Alquran sebagaihakim. Namun demikian, Alquran ini hanyalah sebuah teks tertulisdi antara dua sampul, ia tidak berbicara melainkan manusia berbicaramelaluinya). 53 Frasa terakhir ini sudah menjelma menjadi pernyataanklasik bahwa kitab suci senantiasa menutut paradigma dan etikabaru.[]Catatan:* Draft awal tulisan ini, dalam versi sedikit berbeda, dipresentasikan pada “The37 th AMSS Annual Conference” diselenggarakan di Harvard Divinity Schoolpada 24-25 Oktober 2008 dan memenangkan the Best Graduate Paper Award;juga akan diterbitkan dalam Jurnal Islam and Christian-Muslim Relations(forthcoming). Diterjemahkan dan dimodifikasi seperlunya atas saran PakDjohan, dan saya persembahkan tulisan sederhana kepada beliau.1Ali bin Abi Talib berkata: “Hâdzâ al-qur’ân innamâ huwa khatt mastûr baynadaffatain, lâ yantiq, innamâ yatakallam bihî al-rijâl.” Lihat: Muhammad ibnJarîr al-Tabarî, Târîkh al-Rusûl wa al-Mulûk, (ed.) Muhammad Abu al-FadlIbrahim (Kairo: Dar al-Ma’arif, 1973), vol. 5, hal. 662Muqatil bin Sulayman, Tafsîr Muqâtil bin Sulaymân, (ed.) Dr. BadullahSyahhatah (Kairo: Dar al-Nahda, 1979), vol. 1, hal. 381-2.3Zamakhsyari, al-Kasysyâf, (eds.) Adil Ahmad dan Ali Muhammad (Riyad:164 |MERAYAKAN KEBEBASAN BERAGAMA

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!