12.07.2015 Views

Merayakan Kebebasan Beragama - Democracy Project

Merayakan Kebebasan Beragama - Democracy Project

Merayakan Kebebasan Beragama - Democracy Project

SHOW MORE
SHOW LESS
  • No tags were found...

Create successful ePaper yourself

Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.

<strong>Democracy</strong> <strong>Project</strong>dipakai dalam Alquran sebagai identias konfesional eksklusif?Pertanyaan ini mengundang debat hangat di kalangan sarjana Barat. 49Sebuah studi bagus ditulis oleh Fred Donner, Profesor sejarah Islamawal di University of Chicago. Donner berkesimpulan, kata“muslim” dalam pengertian teknis merupakan produk per kem -bangan sejarah panjang. Kata “musliman” dalam Q. 3:63 sebagaimodifier “hanif ” mengindikasikan, bahwa “muslim” setidaknyadalam ayat itu tidak mungkin merujuk pada konfesi keagamaan yangspesifik. 50Sejalan dengan itu, tafsir-tafsir yang lahir pada dua abad pertamaIslam merefleksikan identitas keagamaan muslim yang masih cair.Karakteristik itu dapat kita lihat dalam tafsir Muqatil bin Sulayman.Cairnya identitas keagamaan juga terekam dalam praktik ibadah dimana kaum muslim bisa “shared” tempat ibadah dengan komunitasagama lain. Menggunakan sumber-sumber agama lain untukmemahami teks Alquran menjadi hal biasa. Muqatil banyakmenggunakan sumber-sumber biblikal untuk menjelaskan arti ataukonteks ayat-ayat tertentu. Ia juga secara terbuka mengakui banyakistilah dalam Alquran diadopsi dari bahasa non-Arab. Kedua hal itu(sumber-sumber biblikal dan kata asing dalam Alquran) belakanganmenjadi isu kontroversial. Hal itu bisa dipahami karena identitaskeagamaan mulai fixed dan eksklusif, diawali dengan gerakanArabisasi yang diprakarsai oleh khalifah Umayyah Abd al-Malik ibnMarwan (w. 86/705). Dalam per kembangannya, bukan hanyamenggunakan sumber dari kisah-kisah biblikal menjadi problematik,tetapi juga pengakuan akan adanya bahasa non-Arab dalam Alqurandipersoalkan. Pemaknaan Alquran pun mengalami fiksasi, terutamapasca-Tabari, dan mencapai klimaks pada masa Ibn Katsir di manamodel penafsiran mulai dibatasi. Seperti telah disinggung di atas, IbnKatsir mengancam mereka yang menafsirkan Alquran dengan ra’y(perdapat personal) dengan api neraka.Di sinilah kesimpulan Cak Nur benar adanya: semakin dekatdengan periode Nabi, Islam semakin toleran. Pendekatan sayaterhadap Q. 5:48 adalah untuk menakar ayat itu dengan teori-teorimutakhir mengenai hubungan teks dengan pembacanya. Tafsirmerupakan produk ruang dan waktu. Gadamer merumuskannyademikian: “understanding is, essentially, a historically effectedevent.” 51 Selain setuju dengan Abou el Fadl bahwa hubungan teksBunga Rampai Menyambut 70 Tahun Djohan Effendi| 163

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!