12.07.2015 Views

Merayakan Kebebasan Beragama - Democracy Project

Merayakan Kebebasan Beragama - Democracy Project

Merayakan Kebebasan Beragama - Democracy Project

SHOW MORE
SHOW LESS
  • No tags were found...

You also want an ePaper? Increase the reach of your titles

YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.

<strong>Democracy</strong> <strong>Project</strong>Bolehkah satu agama mengklaim memiliki seluruh kebenaran?Menjawab pertanyaan-pertanyaan semacam ini, ia tidak sungkanmembuat statemen lebih eksplisit dibanding Cak Nur tentangkesatuan agama. Bagi Engineer, Q. 5:48 telah meng inspirasikansejumlah ulama seperti Shah Waliyullah (w. 1762) dan Abul KalamAzad (w. 1958) dari India untuk sampai pada konsep “wahdat-e-din”(yakni, kesatuan agama). 31 Engineer tidak masuk ke dalamperbincangan yang rumit bagaimana dan kenapa secara historisagama-agama berbeda satu sama lain kendati bersumber dari dinyang sama. Tampaknya belum banyak sarjana (jikapun ada) yangmemberikan penjelasan teoritis cukup sophisticated sebagai manaditawarkan Frithjof Schuon dengan teori “the transcendent unity ofreligion”-nya. Titik-tekan Engineer lebih pada argumen praktisuntuk menghindarkan masyarakat dari klaim-klaim absolut yang bisamengganggu ketentraman dan kedamaian. Katanya, “bukan tugasmanusia untuk memperebutkan siapa yang benar atau salah, karenahal itu akan menyebabkan gangguan dan rusaknya kedamaian.” 32Semuanya ada di tangan Tuhan, karena Dialah yang menciptakanagama-agama ini berbeda, dan Dialah pula yang kelak akan mem -beberkan rahasia keragaman itu.Jika Cak Nur dan Engineer mengedepankan argumen-argumenteologis-normatif, Abdulaziz Sachedina menyuguhkan argumenfilosofis-etis. Q. 5: 48 juga sentral dalam argumen Sachedina. Babketiga bukunya The Islamic Roots of Democratic Pluralism (2001)dimulai dengan kutipan ayat itu. Ia menyebut “fa istabiqû al-khayrât”(berlomba-lombalah dalam kebaikan) sebagai “paradigma Islamtentang moralitas.” Tentang visi pluralisme yang ditawarkan Q. 5:48,ia berkata: “Pluralisme Alquran dibangun di atas prinsip etika“berbuat kebaikan.” Konsep tata-moral semacam ini didasar kan padapengakuan akan suatu tabiat yang ada pada manusia secara umum.Konsep pluralisme Alquran memandang tabiat universal ini disokongdengan kesadaran moral dan kapasitas untuk bernalar secara moralsehingga dapat melakukan kebaikan.” 33 Bagi Sachedina, menjadipluralis tidak sama dengan toleran. Pluralisme agama menuntut“keterlibatan aktif ” (active engagement) dengan agama lain bukansemata untuk menoleransi, melainkan untuk memahaminya. Diayakin, pluralisme agama bisa menjadi “working paradigm” bagitumbuh-suburnya pluralisme demokratik dan sosial di mana setiapBunga Rampai Menyambut 70 Tahun Djohan Effendi| 155

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!