12.07.2015 Views

Merayakan Kebebasan Beragama - Democracy Project

Merayakan Kebebasan Beragama - Democracy Project

Merayakan Kebebasan Beragama - Democracy Project

SHOW MORE
SHOW LESS
  • No tags were found...

You also want an ePaper? Increase the reach of your titles

YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.

<strong>Democracy</strong> <strong>Project</strong>mendiskusikan bagaimana sarjana-sarjana muslim menyikapi tradisidan tafsir klasik, kita lihat terlebih dahulu sentralitas Q. 5:48 dalamargumen mereka.DISKURSUS KONTEMPORER PLURALISME AGAMATujuan utama bagian ini adalah membingkai diskursus pluralismeagama di kalangan pemikir muslim kontemporer yang secarakebetulan merujuk Q. 5:48 sebagai manifesto sikap Alquranterhadap pluralisme. Ketiga sarjana muslim yang menjadi fokus studibagian ini tidak menulis karya khusus tentang tafsir, tetapi merekamenggunakan Alquran untuk merespon tantangan-tantangan yangdihadapi masyarakat muslim. Bagi Nurcholish Madjid (berikutnyadisebut: Cak Nur), misalnya, pluralisme agama berakar kuat dalampenerimaan Alquran atas keragaman agama: “Bagi setiap kalian,Kami berikan aturan dan jalan.” 25 Karena itu, Q. 5:48 sangat sentraldalam argumen Cak Nur bahwa pluralisme agama merupakan desainilahi bagi kemanusiaan. Katanya, “Alquran mengakui bahwapluralitas merupakan suatu fakta kehidupan dan bagian dari tatadunia. Pluralitas semacam ini terlihat jelas, di antaranya, dalamkeragaman agama.” 26 Selain mengakui pluralisme agama sebagairealitas sosial, Cak Nur juga menegaskan bahwa seluruh agama yangdibawa oleh semua nabi sama-sama mengemban apa yang disebutnya“universal way,” yaitu jalan menuju Tuhan. Bahkan, “agama itusendiri adalah “jalan”, seperti diekspresikan dalam Islam sebagai“syarî’ah, sîrah, sabîl, tarîqa, minhâj, mansak, atau tao dalam agamaChina, dan dharma dalam agama Hindu dan Buddha. Ini juga prinsipdi balik pernyataan dalam Bibel bahwa Yesus adalah jalan.” 27Sampai batas tertentu, memahami agama sebagai “universalway” merupakan pergeseran signifikan dari tafsir-tafsir klasik yangbiasanya menekankan aspek tauhid sebagai elemen utama dalamagama-agama yang dibawa para Nabi. Banyak orang salah-pahamdengan gagasan Cak Nur ini seolah dia menyamakan semua agama,tanpa memahami konteksnya. Cak Nur tentu saja tidak menafikankenyataan sejarah tentang keragaman agama, karena itu ia jugamendiskusikan elemen partikular agama-agama. Namun, aspekpartikular dalam tradisi setiap agama seharusnya mendorong sikapsaling menghargai dan terbuka untuk belajar satu sama lain. Jika kitaharus meringkas gagasan Cak Nur, walaupun tentu saja kita berlakuBunga Rampai Menyambut 70 Tahun Djohan Effendi| 153

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!