12.07.2015 Views

Merayakan Kebebasan Beragama - Democracy Project

Merayakan Kebebasan Beragama - Democracy Project

Merayakan Kebebasan Beragama - Democracy Project

SHOW MORE
SHOW LESS
  • No tags were found...

Create successful ePaper yourself

Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.

<strong>Democracy</strong> <strong>Project</strong>menjadikan seluruh umat sebagai tunggal, tidak diabrograsi, namunDia telah menurunkan syariat bagi setiap nabi dan menghapusnyadengan syariat nabi berikutnya, hingga Ia menghapus seluruh syariatdengan diutusnya Nabi Muhammad. 21 Tafsir Ibn Katsir tentang frasaAlquran “Berlomba-lombalah dalam kebaikan (khayrât)” juga berbedadengan mufasir terdahulu. Sementara sebagian besar mufasir menafsir -kan “khayrât” sebagai “amal baik”, bagi Ibn Katsir “khayrât” adalah“taat kepada Allah dan mengikuti syariat-Nya yang Ia jadikan sebagaipenghapus (nâsikh) atas apa yang telah diturunkan sebelumnya.” 22Dari eksplorasi singkat ini tentu tidak jujur kalau kita menolakbahwa Alquran dan sumber-sumber Islam lainnya terbuka untukditafsirkan secara intoleran. Dalam tradisi tafsir, bahkan teks yangjelas-jelas mendukung keragaman agama seperti Q. 5:48 telahditafsirkan sebaliknya. Saya setuju dengan Dr. Khaled Abou el Fadlbahwa “makna teks acapkali tergantung moral pembacanya. Kalaupembacanya intoleran, penuh kebencian, dan opresif, maka demikianpula tafsirnya terhadap teks.” 23 Saya tidak bermaksud menyangkalsebagian ayat Alquran memang bersifat polemik, tetapi problemnyamenjadi lebih “akut” karena Alquran itu kemudian ditafsirkan olehpara mufasir klasik yang hidup dalam apa yang disebut JohnWansbrough sebagai “sectarian milieu.” 24 Kita boleh tidak setujudengan argumen “radikal” Wansbrough bahwa Alquran lahir dalam“sectarian milieu” di luar Jazirah Arab dan bahwa teks-teks Alquransendiri belum stabil hingga awal abad ke-3. Namun, kita sulitmembantah bahwa tafsir terhadap Alquran memang berkembangdalam lingkungan polemikal dan apologetik antar-agama. Akibatnya,kita memiliki tumpukan literatur tafsir yang mengadvokasi sikapsupremasi Islam atas agama-agama lain. Bahkan, ayat yang jelas-jelasmendukung toleransi agama seperti Q. 5:48 telah ditafsirkan untukmemusuhi agama-agama.Sudah barang tentu ada banyak alasan politik dan sosiologiskenapa tradisi tafsir cenderung mengarah pada konservatisme danekskluvisme ketika terkait soal agama lain. Faktor-faktor historis itutidak seharusnya memenjarakan kita. Pertanyaannya sekarang:Bagaimana seharusnya kita memperlakukan warisan tafsir klasik?Dalam tradisi kesarjanaan yang serius, menampik begitu saja warisantradisi klasik sudah tidak fashionable, karena Alquran masih“berbicara” kepada jutaan umat melalui suara tafsir klasik. Sebelum152 |MERAYAKAN KEBEBASAN BERAGAMA

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!