12.07.2015 Views

Merayakan Kebebasan Beragama - Democracy Project

Merayakan Kebebasan Beragama - Democracy Project

Merayakan Kebebasan Beragama - Democracy Project

SHOW MORE
SHOW LESS
  • No tags were found...

You also want an ePaper? Increase the reach of your titles

YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.

<strong>Democracy</strong> <strong>Project</strong>lombalah dalam kebaikan (khayrât). Hanya kepada Allah-lah kaliansemua kembali, lalu Dia memberitahukan kepada kalian apa yangtelah kalian perselisihkan itu.” Para mufasir klasik sepakat, bagianpertama ditujukan pada Nabi Muhammad. Mereka berbedapendapat tentang audience bagian kedua. Apakah ditujukan kepadaNabi dan para pengikutnya atau juga kepada komunitas agama lain?Bagi Muqatil bin Sulayman (w. 150/767), “wa likullin ja’alnâminkum” berarti “kaum muslim dan ahl al-kitâb,” tanpa men jelas kansiapa yang termasuk ahl al-kitâb. 2 Zamakhsyari (w. 538/1144) jugatidak mengidentisifikasi audience bagian kedua ini, kecuali iamenegaskan bahwa ayat itu ditujukan kepada manusia secara umum(al-nâs). 3 Tabarsi (w. 548/1153) dan Fakh al-Din al-Razi (w.707/1209) menspesifikasi bahwa bagian kedua ayat itu ditujukankepada tiga umat (khitâb li al-umam al-tsalâts), yaitu umat Musa,umat Isa, dan umat Muhammad, dengan alasan sederhana bahwaketiga umat itu sudah disebutkan dalam ayat-ayat sebelumnya. 4Tabari (w. 310/923) meriwayatkan satu pendapat dari Mujahidbahwa ayat itu ditujukan kepada umat Muhammad semata. Ayat itu,kata Mujahid, harus dipahami begini: Allah telah menjadikanAlquran sebagai hukum dan jalan bagi mereka yang menganut agamaIslam. Namun demikian, pendapat ini ditolak sendiri oleh Tabaridengan argumen bahwa jika umat Muhammad memang sudah satu,bagaimana mungkin Alquran kemudian menegaskan: “SekiranyaAllah menghendaki, niscaya Dia jadikan kalian satu umat.” 5Argumen serupa diajukan Ibn Katsir (w. 774/1373), kendati pun iamemiliki agenda lain untuk diadvokasi, yakni bahwa validitas risalahkeagamaan setiap umat telah dihapus (nusikha) oleh umat yangdatang berikutnya, hingga akhirnya Muhammad diutus untukmenghapus seluruh agama. 6 Sebagaimana akan didiskusikan lebihdetail nanti, tampaknya Ibn Katsir sangat terobsesi dengan gagasanabrogasi (naskh).Kecenderungan seperti ini dapat kita temukan dalam isu-isu lainyang diperbincangkan para mufasir klasik, seperti makna“muhaimin”, “syir’ah,” atau bahkan kata “khayrât.” Namun,sebelum kita diskusikan lebih lanjut, kita lihat sejenak ciri-ciri tipikaldalam kesarjanaan tafsir klasik. Bila tafsir-tafsir di atas dilihat secarakronologis, dari yang paling awal (Muqatil) hingga paling akhir (IbnKatsir), kita dapat mengajukan kesimpulan sementara, setidaknya148 |MERAYAKAN KEBEBASAN BERAGAMA

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!