12.07.2015 Views

Merayakan Kebebasan Beragama - Democracy Project

Merayakan Kebebasan Beragama - Democracy Project

Merayakan Kebebasan Beragama - Democracy Project

SHOW MORE
SHOW LESS
  • No tags were found...

You also want an ePaper? Increase the reach of your titles

YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.

<strong>Democracy</strong> <strong>Project</strong>religion) yang bisa disebut sebagai ajaran syariah, pada hakikatnyamengajarkan esoterisme yang sama, yakni monoteisme (tawhid) dansikap pasrah (al-islam) tadi. 5Pendapat ini dapat dilacak pada pemikiran filsafat perenial.Frithjof Schuon, genius terbesar metafisika tradisional, memberikansumbangan pemikiran yang sangat orisinil, terutama dalammemperkaya isi esoterisme itu sendiri. Bagi Schuon hidup ini adatingkatan-tingkatannya. Dari segi metafisik, hanya pada Tuhanlah,yang berada pada tingkat tertinggi, terdapat titik temu berbagaiagama, sedangkan di tingkat bawahnya semua agama-agama itusaling berbeda. Sehubungan dengan kenyataan metafisik ini, dari segiepistemologis dapat pula dikatakan, perbedaan antara agama yangsatu dengan agama yang lain juga mengecil dan bersatu di tingkattertinggi, sedangkan di tingkat bawahnya berbagai agama ituterpecah-pecah. 6Senada dengan Schuon, tokoh perenialisme lainnya, SeyyedHosein Nasr mengatakan bahwa dengan pendekatan metafisik,kebenaran suatu agama tidak hanya diukur sebatas pada upacarakeagamaan yang sifatnya lahiriah, tetapi melampaui setiap bentukdan manifestasi lahiriah tersebut menuju kepada yang transen dental. 7Pendapat bahwa pesan yang disampaikan agama-agama adalahsama pada tingkat esoterik, juga muncul dari Abul Kalam Azad,pemikir Islam India, yang terkenal dengan jargonnya “al-din wahidwa al-syari’at mukhtalifat; no difference in din difference only insharia; agama tetap satu dan syariah berbeda-beda”. Menurut Azad,petunjuk Tuhan tetap sama, dalam keadaan apapun petunjukpetunjuktersebut disampaikan kepada manusia dengan cara yangsama. Pesan yang disampaikan hanyalah bahwa kita harus berimankepada Tuhan Yang Maha Esa dan berbuat baik sesuai dengan tingkatiman kita. Inilah yang ditawarkan agama kepada umat manusia disepanjang zaman dan dalam segala keadaan, dan itulah yangdimaksud dengan Din. 8Jadi pada dasarnya, teologi kesatuan agama-agama hanya terjadipada tingkat esoterisme, dan dalam esoterisme itu mengalir apa yangdisebut dengan spiritualitas agama-agama. Dengan melihat sisiesoterisme dari agama-agama atau suatu ajaran kerohanian (spirit),maka manusia akan dibawa kepada apa yang merupakan hakikat dariagama. Melalui pendekatan esoterisme ini, kesatuan agama-agamaBunga Rampai Menyambut 70 Tahun Djohan Effendi| 121

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!