Merayakan Kebebasan Beragama - Democracy Project
Merayakan Kebebasan Beragama - Democracy Project Merayakan Kebebasan Beragama - Democracy Project
Democracy ProjectAKAR-AKAR PLURALISMEDAN DIALOG ANTAR-AGAMADALAM SUFISME• Ilham Masykuri HamdiePERTAMA TENTU SAJA, SAYA BERSYUKUR DAPAT TURUT MENYUMBANG KANtulisan dalam rangka tasyakur ulang tahun ke-70 Dr. Djohan Effendi.Dengan tulisan ini bukan hanya sekedar menyatakan “Selamat UlangTahun”, tetapi juga saya berharap dapat memberikan suatu“kenangan” kepada tokoh yang saya kagumi ini. Tentu sayamendoakan semoga Pak Djohan diberi kesehatan, keselamatan, danpanjang umur serta istiqamah dalam pengabdiannya membangunteologi toleransi bagi nilai-nilai kemanusiaan. Doa ini bukan sematamatakarena beliau berulang tahun, tetapi karena sebuah “kesaksian”akan “pengabdian”-nya selama ini untuk mewujudkan kerukunanbangsa ini.Saya berkenalan dengan Pak Djohan sekitar tahun 1987-anketika saya masih kuliah di IAIN Jakarta. Kami sering bertemu dalambeberapa kali diskusi di Lingkaran Proklamasi dan pertemuanpertemuanlainnya di rumah beliau di Jaka Sampurna Bekasi. Dalampertemuan tersebutlah saya banyak mendapatkan inspirasi tentangpentingnya isu toleransi dan kebebasan beragama, terutama terkaitdengan akar-akar persoalan tersebut dalam tafsir Alquran dansufisme.Sebelum itu, sebetulnya Pak Djohan sudah sering bertemudengan orang tua saya (H.M. Rafi’ie Hamdie, salah seorang ulamadi Kalimantan Selatan), bahkan pernah bersama-sama mendirikanorganisasi GPII di Amuntai sekitar tahun 1960-an. Setelah itupertemuan mereka berlangsung terkait dengan tugas penelitian PakDjohan di Departemen Agama dan terkait dengan perkembanganpemikiran tasawuf para tokoh agama di Banjarmasin.116 |MERAYAKAN KEBEBASAN BERAGAMA
Democracy ProjectPENTINGNYA PLURALISMERelasi antarumat beragama selama beberapa dekade terakhir inimengalami ketegangan yang membuat masyarakat menjadi takut,tidak aman, dan saling curiga. Terkait dengan itu, Islam adalah agamayang paling banyak diperbincangkan. Pemicunya adalah bahwa kaummuslim dicurigai berperan penting di balik berbagai teror. KalanganIslam tentu saja tidak dapat menerima tudingan itu. Banyak pemikirIslam menyatakan bahwa Islam sebenarnya adalah agama yangtoleran. Ekstremisme di kalangan muslim menurut mereka, bukanlahdisebabkan oleh watak internal agama Islam itu sendiri, melainkanlebih disebabkan oleh eksploitasi politis atas simbol-simbol Islam,serta akibat dari krisis sosial-ekonomi-politik yang diderita masya -rakat Islam. Krisis tersebut mendorong bangkitnya kelompokkelompokpuritan yang menafsirkan Alquran secara literal dana-historis. 1Memang nampaknya tindak kekerasan atau dorongan apapunke arah itu dengan menggunakan simbol agama, secara implisit ataueksplisit terus merebak dan menguat di sana-sini, dan dapat ditemuipada hampir semua agama. Misalnya dalam agama Yahudi, dapatditemukan tokoh Shlomo Goren, mantan pimpinan rabbi untukkelompok Yahudi Eropa Barat di Israel yang menfatwakan pembunuh -an terhadap Yasser Arafat sebagai tugas suci keagamaan. Demikianpula dalam Kristen, Gereja Ortodoks mendukung penguasa Serbiamembumihanguskan masjid-masjid di Sarajevo menjadi lautan darah.Pertentangan-pertentangan yang membawa perpecahan, ke -keras an, anarkisme, bahkan vandalisme itu adalah kenyataan yangsungguh ironis dan memprihatinkan. Sungguh sulit dipercaya bahwaagama-agama yang mengajarkan kebaikan, belas-kasih dan cintakasih,turut menebarkan keberingasan dengan motivasi duniawi danpolitik, serta prasangka komunal, dan sebagainya.Selama berabad-abad sejarah interaksi antarumat beragama lebihbanyak diwarnai oleh kecurigaan dan permusuhan dengan dalih“demi mencapai rida Tuhan dan demi menyebarkan kabar gembirayang bersumber dari Yang Maha Kuasa”. Yang sangat menyayat hatiadalah agama dijadikan elemen utama sebagai mesin penghancuranmanusia. Suatu kenyataan yang sangat bertentangan dengan ajaransemua agama di bumi ini. Orangpun bertanya-tanya, ada apa denganagama? Apakah agama memang mengandung unsur-unsur yangBunga Rampai Menyambut 70 Tahun Djohan Effendi| 117
- Page 103 and 104: Democracy ProjectGOD TALK• Franz
- Page 105 and 106: Democracy Projecttentang Allah. Tet
- Page 107 and 108: Democracy Projectbertanggungjawab,
- Page 109 and 110: Democracy Project“philosophia per
- Page 111 and 112: Democracy Projectkita akan mengikut
- Page 113 and 114: Democracy ProjectBAGIAN KEDUAMembum
- Page 115 and 116: Democracy ProjectSebagai demikian,
- Page 117 and 118: Democracy ProjectApa yang disebut i
- Page 119 and 120: Democracy Projecttumbuh-tumbuhan is
- Page 121 and 122: Democracy Projectatasnya rumah temp
- Page 123 and 124: Democracy ProjectSebaliknya, plural
- Page 125 and 126: Democracy Projectmelakukan interaks
- Page 127 and 128: Democracy Projectadalah arti pentin
- Page 129 and 130: Democracy Projectkekuatan riwayat d
- Page 131 and 132: Democracy ProjectBu`ath (617), baru
- Page 133 and 134: Democracy Projecttidak berada di ta
- Page 135 and 136: Democracy Projectbeberapa ayat Alqu
- Page 137 and 138: Democracy Projectbesar dalam politi
- Page 139 and 140: Democracy Projectdengan suku-suku d
- Page 141 and 142: Democracy Projectkesepakatan non-ag
- Page 143 and 144: Democracy Projectkesulitan besar un
- Page 145 and 146: Democracy ProjectSelain itu, tidak
- Page 147 and 148: Democracy Projectsama adalah sarana
- Page 149 and 150: Democracy ProjectKristen sangat lun
- Page 151 and 152: Democracy ProjectGoitein, S.D. 1974
- Page 153: Democracy ProjectCopenhagen: The Ro
- Page 157 and 158: Democracy Projectsikap pluralistik
- Page 159 and 160: Democracy Projectreligion) yang bis
- Page 161 and 162: Democracy Projectsedang bertengkar
- Page 163 and 164: Democracy Projectakan mengenakan ru
- Page 165 and 166: Democracy Projectmuncul, cahaya bin
- Page 167 and 168: Democracy Project…aku hanya mempu
- Page 169 and 170: Democracy ProjectSecara umum doktri
- Page 171 and 172: Democracy ProjectJustru sebaliknya
- Page 173 and 174: Democracy Projectpemahaman dan kebe
- Page 175 and 176: Democracy Projectsolitare, seperti
- Page 177 and 178: Democracy ProjectSalah satu tujuan
- Page 179 and 180: Democracy Projectbudaya lain, dari
- Page 181 and 182: Democracy ProjectPustaka Firdaus, 2
- Page 183 and 184: Democracy ProjectBAGIAN KETIGAWacan
- Page 185 and 186: Democracy Projectmasa kini. Kedua,
- Page 187 and 188: Democracy Projectterkait ayat di at
- Page 189 and 190: Democracy Projectkesempurnaan yang
- Page 191 and 192: Democracy Projectmendiskusikan baga
- Page 193 and 194: Democracy ProjectBolehkah satu agam
- Page 195 and 196: Democracy Projectyang toleran.” 3
- Page 197 and 198: Democracy ProjectUmar ini, kita bis
- Page 199 and 200: Democracy ProjectAspek teoritis ini
- Page 201 and 202: Democracy Projectdipakai dalam Alqu
- Page 203 and 204: Democracy ProjectMaktaba al-‘Ubai
<strong>Democracy</strong> <strong>Project</strong>PENTINGNYA PLURALISMERelasi antarumat beragama selama beberapa dekade terakhir inimengalami ketegangan yang membuat masyarakat menjadi takut,tidak aman, dan saling curiga. Terkait dengan itu, Islam adalah agamayang paling banyak diperbincangkan. Pemicunya adalah bahwa kaummuslim dicurigai berperan penting di balik berbagai teror. KalanganIslam tentu saja tidak dapat menerima tudingan itu. Banyak pemikirIslam menyatakan bahwa Islam sebenarnya adalah agama yangtoleran. Ekstremisme di kalangan muslim menurut mereka, bukanlahdisebabkan oleh watak internal agama Islam itu sendiri, melainkanlebih disebabkan oleh eksploitasi politis atas simbol-simbol Islam,serta akibat dari krisis sosial-ekonomi-politik yang diderita masya -rakat Islam. Krisis tersebut mendorong bangkitnya kelompokkelompokpuritan yang menafsirkan Alquran secara literal dana-historis. 1Memang nampaknya tindak kekerasan atau dorongan apapunke arah itu dengan menggunakan simbol agama, secara implisit ataueksplisit terus merebak dan menguat di sana-sini, dan dapat ditemuipada hampir semua agama. Misalnya dalam agama Yahudi, dapatditemukan tokoh Shlomo Goren, mantan pimpinan rabbi untukkelompok Yahudi Eropa Barat di Israel yang menfatwakan pembunuh -an terhadap Yasser Arafat sebagai tugas suci keagamaan. Demikianpula dalam Kristen, Gereja Ortodoks mendukung penguasa Serbiamembumihanguskan masjid-masjid di Sarajevo menjadi lautan darah.Pertentangan-pertentangan yang membawa perpecahan, ke -keras an, anarkisme, bahkan vandalisme itu adalah kenyataan yangsungguh ironis dan memprihatinkan. Sungguh sulit dipercaya bahwaagama-agama yang mengajarkan kebaikan, belas-kasih dan cintakasih,turut menebarkan keberingasan dengan motivasi duniawi danpolitik, serta prasangka komunal, dan sebagainya.Selama berabad-abad sejarah interaksi antarumat beragama lebihbanyak diwarnai oleh kecurigaan dan permusuhan dengan dalih“demi mencapai rida Tuhan dan demi menyebarkan kabar gembirayang bersumber dari Yang Maha Kuasa”. Yang sangat menyayat hatiadalah agama dijadikan elemen utama sebagai mesin penghancuranmanusia. Suatu kenyataan yang sangat bertentangan dengan ajaransemua agama di bumi ini. Orangpun bertanya-tanya, ada apa denganagama? Apakah agama memang mengandung unsur-unsur yangBunga Rampai Menyambut 70 Tahun Djohan Effendi| 117