12.07.2015 Views

Merayakan Kebebasan Beragama - Democracy Project

Merayakan Kebebasan Beragama - Democracy Project

Merayakan Kebebasan Beragama - Democracy Project

SHOW MORE
SHOW LESS
  • No tags were found...

You also want an ePaper? Increase the reach of your titles

YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.

<strong>Democracy</strong> <strong>Project</strong>kesulitan besar untuk merekrut dan memobilisasi pasukan.Pembangkangan yang terbuka dan diam-diam, baik dari kalanganYahudi, pagan, maupun sebagian sahabatnya masih terjadi. Ini semuaberlangsung walaupun Nabi menerapkan sanksi yang tegas, danKitab Suci terus mengecam ketidaksetiaan dan pengkhianatan kepadakesepakatan sampai ke ayat-ayat terakhir yang diwahyukan kepadaNabi sesuai kronologi pewahyuan yang disepakati umat Islam(Alquran surat ke-9).Praktik Nabi dalam menundukkan oposisi terhadap otoritasMadinah dilanjutkan Khalifah Abu Bakar yang menghadapi ancamandisintegrasi setelah Nabi wafat. Banyak suku-suku di luar Hijaz yangmenganggap, setelah Nabi wafat, kewajiban mereka untukmembayar pajak ke Madinah juga berhenti, dan mereka menjadiindependen tak lagi terikat pada aliansi dengan Madinah.Pembangkangan terjadi di wilayah Timur (termasuk Oman danBahrain, Yamamah), di Yaman, dan di Najd. Beberapa di antarapemberontak dipimpin oleh nabi-nabi lokal. Yang paling terkenal diantara mereka ialah Musaylimah pemimpin Banu Hanifah diYamamah yang mengaku dirinya Nabi untuk kaumnya. Abu Bakarmengambil tindakan tegas dengan memerangi gerakan yang inginmemisahkan diri tersebut. Dia memimpin sendiri serangan keGhatafan di Najd, dan menugaskan panglima lain untuk meng hadapiperlawanan lainnya. Khalid bin Walid misalnya menunduk kan per -lawanan Banu Hanifah dan Musaylimah tewas dalam pertempuran.Gejolak politik di atas dikenal dengan riddah (11-13/632-634),yang secara tradisional dipahami sebagai perang melawan orangorangmurtad–yaitu mereka yang tadinya masuk Islam kemudiankeluar dari Islam. Sikap tegas Abu Bakar kemudian dalam fikihmenjadi alasan bagi yang berpendapat bahwa hukuman terhadapyang murtad adalah dibunuh. Selain fikih Islam, ketentuan hukumagama Majusi juga menetapkan hukuman mati kepada yang murtad.Sebenarnya, alasan utama di balik perlawanan adalah adalahkeengganan membayar pajak, keinginan supaya independen dariMadinah, dan keterikatan terhadap tradisi lama yang bangkitkembali setelah Nabi wafat. Abu Bakar sendiri tidak menutup diriterhadap rekonsiliasi. Salah seorang tokoh berpengaruh yang“murtad” itu, yaitu al-Asy`ats bin Qays al-Kindi dari Yaman, diterimaKhalifah Abu Bakar di Madinah dan dikawinkan dengan adiknyaBunga Rampai Menyambut 70 Tahun Djohan Effendi| 105

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!