12.07.2015 Views

Merayakan Kebebasan Beragama - Democracy Project

Merayakan Kebebasan Beragama - Democracy Project

Merayakan Kebebasan Beragama - Democracy Project

SHOW MORE
SHOW LESS
  • No tags were found...

You also want an ePaper? Increase the reach of your titles

YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.

<strong>Democracy</strong> <strong>Project</strong>Gus Dur dan kawan-kawan) yang ingin agar semua orang yangdisebut “kaum minoritas” diberi hak dan kebebasan mengungkapkankeberagamaannya di muka umum. Bukan rahasia lagi, bahwa yangdisebut agama-agama suku seperti Permalim di Sumatera, Marapudi Sumba, Jingitiu di Sabu, dan berbagai agama-agama suku lainnyatetap hidup sampai sekarang. Di Kalimantan, agama Kaharingandidesak untuk menggabungkan diri dengan agama Hindu Dharma,kendati unsur-unsur kepercayaan mereka tidak selalu sama denganagama Hindu. Maka tepatlah apabila pemahaman tentang “resmi”dan “tidak resmi”, “diakui” dan “tidak diakui” terhadap agamaagamaditinjau kembali. Pertanyaan mendasar adalah, apakah negaraberhak menentukan resmi dan tidak resmi itu? Kalau dijawab “Ya’,apakah kriteria yang dipakai negara? Kalau tidak salah negara sendirimenentukan kriteria yang justru diambil dari agama-agama“samawi”, yaitu harus mempunyai kitab suci, nabi, dan seterusnya.Penentuan sepihak seperti ini jelas merugikan para penganut yangagamanya tidak memenuhi kriteria yang ditetapkan itu.Peninjauan tersebut dilakukan dengan mempertanyakan secaramendasar mengenai hakekat agama. 2 Telah banyak dilakukanpenelitian dan kajian terhadap pokok penting ini. Wilfred CantwelSmith misalnya menegaskan, bahwa hakekat agama adalah iman(faith). Sebagai demikian, Smith berkeberatan terhadap pemakaianistilah-istilah yang seakan-akan meliputi semuanya (embracing) bagiagama-agama tertentu seperti Islam, Kristen, Hindu, Buddha, danseterusnya. Menurut dia, di dalam penamaan seperti itu terjadilahsemacam reifikasi, yaitu bahwa pengertian-pengertian yang bersifatmeliputi segala sesuatu, itu dipakai seakan-akan istilah itu memangsecara “lengkap” mengacu kepada perkara yang ada. Sebagaidemikian, kata Smith, tidak mungkin kita berbicara tentang “Islam”.Tetapi kita memang bertemu dengan suatu iman konkret dari Islamtertentu, yang, kendati dipengaruhi oleh tradisi kumulatif, toh selaluberbeda secara kreatif dengan iman dari orang muslim pada masalampau. Juga yang sekarang berbeda dengan yang kemarin. 3 Halyang sama bisa juga diterapkan kepada agama-agama lain.Kekristenan masa kini misalnya, tidak dapat disamakan begitu sajadengan kekristenan masa lampau, seakan-akan agama ini tidakmengalami perkembangan kreatif di dalam perjalanan sejarahnyayang melibatkan orang-orang beriman.78 |MERAYAKAN KEBEBASAN BERAGAMA

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!