12.07.2015 Views

Merayakan Kebebasan Beragama - Democracy Project

Merayakan Kebebasan Beragama - Democracy Project

Merayakan Kebebasan Beragama - Democracy Project

SHOW MORE
SHOW LESS
  • No tags were found...

You also want an ePaper? Increase the reach of your titles

YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.

<strong>Democracy</strong> <strong>Project</strong>Sebagai demikian, bisa dikatakan bahwa setidak-tidaknya denganbertolak dari individu, terdapat fragmentasi peranan individu. Makakemungkinan terjadinya benturan dan atau bahkan konflik bukansesuatu yang mustahil. Dengan bertolak dari kacamata masyarakat,kita akan bertemu dengan kelompok-kelompok yang berpegang padakeyakinan atau setidak-tidaknya pada komitmen tertentu, yang tentusaja berbeda satu terhadap lainnya. Ambillah sebagai contoh,kelompok agama-agama yang beranekaragam itu. Tak dapat tidakkita mesti berbicara mengenai pluralisme. Bahkan di dalam agamayang samapun pasti ada keberbagaian interpretasi atau setidaktidaknyapersepsi terhadap pokok yang satu. Inipun pluralisme.Pendeknya selama manusia hidup, manusia tidak bisa lepas darisuasana pluralisme tersebut.Sering juga orang membedakan antara “pluralisme” dan“pluralitas”. Boleh-boleh saja. Asal saja diingat bahwa kedua istilahitu, kendati bisa dibedakan, tetap mempunyai hubungan erat satudengan yang lainnya. Tidak bisa misalnya pluralitas dibedakan daripluralisme, seakan-akan yang disebutkan terakhir ini akan meng arahkepada sinkretisme. Istilah sinkretisme mempunyai makna yangberbeda sekali dari pluralisme yaitu sebagai percampuran unsurunsuryang dianggap sama dari berbagai macam agama untukselanjutnya menciptakan sebuah agama gado-gado. Pluralitasmemang bisa dipergunakan sebagai kata benda yang tetap mengacukepada substansi pemahaman pluralisme.PLURALISME AGAMA DI INDONESIASudah berulang-ulang dikatakan bahwa di Indonesia terdapat sekianbanyak agama. Itu berarti terdapat pluralisme agama-agama. Namundemikian, secara resmi hanya diakui 5 (lima) agama yaitu: Islam,Kristen Protestan, Kristen Katolik, Hindu dan Buddha. Belakangan,di era pemerintahan Abdurahman Wahid Khonghucu diakui sebagaiagama, setelah bertahun-tahun ditekan oleh rezim Soeharto. Namundemikian, tetap muncul pertanyaan kritis, yaitu tepatkah untukmembedakan antara agama yang diakui (resmi) dan agama yangtidak diakui (tidak resmi)? Persoalan ini terus mengemuka dandipertanyakan terutama di kalangan kaum intelektual, namungemanya sudah mulai terdengar sampai ke akar rumput. Saya kirainilah juga perjuangan dari Djohan Effendi (bersama-sama denganBunga Rampai Menyambut 70 Tahun Djohan Effendi| 77

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!