12.07.2015 Views

Merayakan Kebebasan Beragama - Democracy Project

Merayakan Kebebasan Beragama - Democracy Project

Merayakan Kebebasan Beragama - Democracy Project

SHOW MORE
SHOW LESS
  • No tags were found...

You also want an ePaper? Increase the reach of your titles

YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.

<strong>Democracy</strong> <strong>Project</strong>tidak pernah selesai dalam tahun-tahun belakangan atas konsepsekularisme, liberalisme, dan pluralisme, yang sejak Juli 2005 telahdiharamkan oleh MUI, tapi blessing in disguise-nya atau berkahnyaadalah kita mendapatkan perkembangan konseptual atas masalahtersebut semakin matang. Pak Djohan adalah salah satu kontributoryang membuat perdebatan tersebut menjadi lebih jernih, dan kitamenjadi semakin tahu bahwa mengembangkan toleransi, melindungidan membela kebebasan beragama adalah “harga mati” untukperkembangan kehidupan beragama di Indonesia yang lebih baik.PAHAM KEBANGSAANPaham kebangsaan Pak Djohan sangat jelas kalau kita bertanyamengenai responnya atas gagasan sekularisme. Sekularisme adalahpaham mengenai “pemisahan” agama dan negara. Tetapi bagaimanabentuk pemisahan tersebut, tidak ada pola yang seragam. Apakahsama sekali tidak berhubungan (biasa disebut “sekularisme keras”,atau “sekularisme yang tidak bersahabat dengan agama”). Atau adairisan, di mana agama dan negara adalah dua pilar yang mempunyaifungsi dan kontribusinya sendiri-sendiri dalam masyarakat (biasadisebut “sekularisme yang bersahabat dengan agama”). Pak Djohanmenekankan paham kebangsaan yang berkaitan dengan agama,dengan menekankan pentingnya “sekularisme” yang bersahabatdengan agama. Pikiran Pak Djohan tentang paham kebangsaan inisangat menarik. Sebagai mantan birokrat di Departemen Agama, kitajarang sekali mendapatkan pemikiran yang jernih seperti Pak Djohandi kalangan birokrat Departemen Agama, bahkan sampai sekarang.Sosok Pak Djohan lebih menonjol sebagai cendekiawan daripadaseorang birokrat.Bagi Pak Djohan Effendi, anggapan bahwa sekularisme selalumenentang agama tidaklah benar—atau paling tidak, tidaksesederhana itu. Bagi Pak Djohan, tidak ada cetak biru sekularismeyang sudah jadi. Setiap masyarakat mempunyai paham sendirimengenai bagaimana sekularisme diterapkan, dan sampai sekarangmasih terjadi dinamika bagaimana sekularisme itu harus diterapkan,yang menurut Pak Djohan, tidak terlepas dari latar belakang sejarahmasing-masing bangsa, mulai dari sejarah Eropa yang menerapkansekularisme yang sangat keras terhadap agama (kasus Prancis danTurki), yang anti-agama (Uni Soviet dan Cina), dan yang menerapkanBunga Rampai Menyambut 70 Tahun Djohan Effendi| IX

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!