12.07.2015 Views

Merayakan Kebebasan Beragama - Democracy Project

Merayakan Kebebasan Beragama - Democracy Project

Merayakan Kebebasan Beragama - Democracy Project

SHOW MORE
SHOW LESS
  • No tags were found...

Create successful ePaper yourself

Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.

<strong>Democracy</strong> <strong>Project</strong>“philosophia perennis“ tentunya tak lain adalah hati nurani yang adapada setiap manusia (meskipun orang bisa membungkam kannya).Dan dalam “philosophia perennis“ itu umat manusia bersatu secaraamat mendalam, bersatu tidak hanya secara manusiawi, melainkandalam Yang Ilahi karena hati nurani betul-betul menghubungkan kitadengan Yang Ilahi. Dan karena itu kita boleh dan harus mengakuibahwa tak ada manusia, budaya, umat beragama yang tidak ber-Tuhan. Itulah dasar martabat manusia. Itulah dasar mengapa kitaharus menghormati setiap orang termasuk apa yang diyakininyasebagai benar. Karena di dalam ke yakinannya itu terungkap tarikanYang Ilahi dalam hati nuraninya.Tetapi itu tidak berarti bahwa tak ada wahyu yang membawakebenaran dan bahwa agama-agama harus melepaskan klaimkebenaran mereka. Karena wahyu, yang betul-betul wahyu, bukandari manusia, melainkan dari Yang Ilahi. Inti keyakinan agama-agamawahyu adalah bahwa wahyu adalah Sabda Yang Ilahi sendiri. Dalamwahyu Allah dalam kedaulatanNya masuk pada saat dan denganpengantaraan orang-orang tertentu ke dalam sejarah umat manusiauntuk dengan lebih jelas menawarkan jalan ke keselamat an. Wahyuitu, dalam rangka permasalahan yang di sini dibicarakan, me nimbul -kan dua pertanyaan: Pertama, mengapa kok ada beberapa wahyu yangkelihatan–sekurang-kurangnya untuk sebagian–saling bertentangan?Kedua, bagaimana hubungan isi wahyu–khususnya: keharusankeharusanmoral–terhadap hati nurani masing-masing orang?Yang pertama dijawab oleh relativisme agama bahwa tak adaagama dan wahyu yang mengungguli yang lain, semua agama,masing-masing dengan wahyu mereka, sama benar, tetapi janganmenganggap diri satu-satunya kebenaran. Pandangan yang seringdisebut pluralisme ini bukan pluralisme (seperti sudah dijelaskan diatas, pandangan ini justru membongkar pluralitas), melainkanrelativisme. Menurut relativisme semua agama hanya benar bagi parapenganut mereka. Bagi para warga agama wahyu relativisme itu tidakdapat diterima karena, satu, menyangkal adanya wahyu (agamamenjadi ungkapan religiositas manusia), dan dua, bertentangandengan keyakinan khas masing-masing agama (Kristianitas tentangYesus, Islam tentang Nabi Muhammad dan Alquran). Dari manakaum relativis mengambil hak untuk menuntut bahwa agama-agamawahyu melepaskan keyakinan paling inti tentang kekhasan mereka–Bunga Rampai Menyambut 70 Tahun Djohan Effendi| 71

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!