12.07.2015 Views

artikel matematika oleh eduar,s.pd (guru man 1 ... - Kemenag Sumsel

artikel matematika oleh eduar,s.pd (guru man 1 ... - Kemenag Sumsel

artikel matematika oleh eduar,s.pd (guru man 1 ... - Kemenag Sumsel

SHOW MORE
SHOW LESS
  • No tags were found...

Create successful ePaper yourself

Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.

BAB IPENDAHULUAN1.1 Latar BelakangMatematika adalah salah satu ilmu dasar, yang semakin dirasakaninterkasinya dengan bidang-bidang ilmu lainnya seperti ekonomi dan teknologi.Peran <strong>matematika</strong> dalam interaksi ini terletak pada struktur ilmu dan perlatan yangdigunakan. Ilmu <strong>matematika</strong> sekarang ini masih banyak digunakan dalamberbagai bidang seperti bidang industri, asuransi, ekonomi, pertanian, dan dibanyak bidang sosial maupun teknik. Mengingat peranan <strong>matematika</strong> yangsemakin besar dalam tahun-tahun mendatang, tentunya banyak sarjana<strong>matematika</strong> yang sangat dibutuhkan yang sangat terampil, andal, kompeten, danberwawasan luas, baik di dalam disiplin ilmunya sendiri maupun dalam disiplinilmu lainnya yang saling menunjang. Untuk menjadi sarjana <strong>matematika</strong> tidaklahmudah, harus benar-benar serius dalam belajar, selain harus belajar <strong>matematika</strong>,kita juga harus mempelajari bidang-bidang ilmu lainnya. Sehingga, jika sudahmenjadi sarjana <strong>matematika</strong> yang dalam segala bidang bisa maka sangat mudahuntuk mencari pekerjaan.Kata <strong>matematika</strong> berasal dari kata “mathema” dalam bahasa Yunani yangdiartikan sebagai “sains, ilmu pengetahuan atau belajar.” Disiplin utama dalam<strong>matematika</strong> di dasarkan pada kebutuhan perhitungan dalam perdagangan,pengukuran tanah, dan memprediksi peristiwa dalam astronomi. Ketiga kebutuhanini secara umum berkaitan dengan ketiga pembagian umum bidang <strong>matematika</strong>yaitu studi tentang struktur, ruang, dan perubahan. Pelajaran tentang struktur yangsangat umum dimulai dalam bilangan natural dan bilangan bulat, serta operasiaritmatikanya, yang semuanya dijabarkan dalam aljabar dasar. Sifat bilangan bulatyang lebih mendalam dipelajari dalam teori bilangan. Ilmu tentang ruang berawaldari geometri. Dan pengertian dari perubahan pada kuantitas yang dapat dihitungadalah suatu hal yang biasa dalam ilmu alam dan kalkulus.Dalam perdagangan sangat berkaitan erat dengan <strong>matematika</strong> karenadalam perdagangan pasti akan ada perhitungan, di <strong>man</strong>a perhitungan tersebut1


agian dari <strong>matematika</strong>. Secara tidak sadar ternyata semua orang menggunakan<strong>matematika</strong> dalam kehidupan sehari-hari seperti jika ada orang yang sedangmembangun rumah maka pasti orang tersebut akan mengukur dalammenyelesaikan pekerjaannya itu. Oleh karena itu <strong>matematika</strong> sangat ber<strong>man</strong>faatsekali dalam kehidupan sehari-hari.Salah satu karakteristik <strong>matematika</strong> adalah mempunyai objek yang bersifatabstrak ini dapat menyebabkan banyak siswa mengalami kesulitan dalam<strong>matematika</strong>. Prestasi <strong>matematika</strong> siswa baik secara nasional maupun internasionalbelum menggembirakan. Dalam pembelajaran <strong>matematika</strong> siswa belum bermakna,sehingga pengertian siswa tentang konsep sangat lemah.“Menurut Jenning dan Dunne (1999) mengatakan bahwa, kebanyakansiswa mengalami kesulitan dalam mengaplikasikan <strong>matematika</strong> ke dalam situasikehidupan real.” Hal ini yang menyebabkan sulitnya <strong>matematika</strong> bagi siswaadalah karena dalam pembelajaran <strong>matematika</strong> kurang bermakna, dan <strong>guru</strong> dalampembelajarannya di kelas tidak mengaitkan dengan skema yang telah dimiliki <strong>oleh</strong>siswa dan siswa kurang diberikan kesempatan untuk menemukan kembali ide-ide<strong>matematika</strong>. Mengaitkan pengala<strong>man</strong> kehidupan nyata, anak dengan ide-ide<strong>matematika</strong> dalam pembelajaran di kelas sangat penting dilakukan agarpembelajaran <strong>matematika</strong> bermakna.Menurut Van de Henvel-Panhuizen (2000), bila anak belajar <strong>matematika</strong>terpisah dari pengala<strong>man</strong> mereka sehari-hari, maka anak akan cepat lupa dan tidakdapat mengaplikasikan <strong>matematika</strong>. Salah satu pembelajaran <strong>matematika</strong> yangberorientasi pada matematisasi pengala<strong>man</strong> sehari-hari dan menerapkan<strong>matematika</strong> dalam kehidupan sehari-hari adalah pembelajaran <strong>matematika</strong>realistik.Pembelajaran <strong>matematika</strong> relaistik pertama kali diperkenalkan dandikembangkan di Belanda pada tahun 1970 <strong>oleh</strong> Institut Freudenthal.Pembelajaran <strong>matematika</strong> harus dekat dengan anak dan kehidupan nyata seharihari.Biasanya ada sebagian siswa yang menganggap belajar <strong>matematika</strong> harusdengan berjuang mati-matian dengan kata lain harus belajar dengan ekstra keras.2


Hal ini menjadikan <strong>matematika</strong> seperti “monster” yang mesti ditakuti dan malasuntuk mempelajari <strong>matematika</strong>. Apalagi dengan dijadikannya <strong>matematika</strong> sebagaisalah satu diantara mata pelajaran yang diujikan dalam ujian nasional yangmerupakan syarat bagi kelulusan siswa-siswi SMP maupun SMA, ketakutan siswapun makin bertambah. Akibat dari pemikiran negatif terhadap <strong>matematika</strong>, perlukiranya seorang <strong>guru</strong> yang mengajar <strong>matematika</strong> melakukan upaya yang dapatmembuat proses belajar mengajar bermakna dan menyenangkan. Ada beberapapemikiran untuk mengurangi ketakutan siswa terhadap <strong>matematika</strong>.Salah satunya dengan cara pembelajaran <strong>matematika</strong> realistik di<strong>man</strong>apembelajaran ini mengaitkan dan melibatkan lingkungan sekitar, pengala<strong>man</strong>nyata yang pernah dialami siswa dalam kehidupan sehari-hari, serta menjadikan<strong>matematika</strong> sebagai aktivitas siswa. Dengan pendekatan RME tersebut, siswatidak harus dibawa ke dunia nyata, tetapi berhubungan dengan masalah situasinyata yang ada dalam pikiran siswa. Jadi siswa diajak berfikir bagai<strong>man</strong>amenyelesaikan masalah yang mungkin atau sering dialami siswa dalamkesehariannya.Pembelajaran sekarang ini selalu dilaksanakan di dalam kelas, di<strong>man</strong>asiswa kurang bebas bergerak, cobalah untuk memvariasikan strategi pembelajaranyang berhubungan dengan kehidupan dan lingkungan sekitar sekolah secaralangsung, sekaligus mempergunakannya sebagai sumber belajar. Banyak hal yangbisa kita jadikan sumber belajar <strong>matematika</strong>, yang penting pilihlah topik yangsesuai misalnya mengukur tinggi pohon, mengukur lebar pohon dan lainsebagainya.Siswa lebih baik mempelajari sedikit materi sampai siswa memahami,mengerti materi tersebut dari pada banyak materi tetapi siswa tidak mengertitersebut. Meski banyak tuntutan pencapaian terhadap kurikulum sampai dayaserap namun dengan alokasi yang terbatas. Jadi <strong>guru</strong> harus memberanikan dirimenuntaskan siswa dalam belajar sebelum ke materi selanjutnya karena hal inidimaksudkan agar tidak terjadi kesalahpaha<strong>man</strong> siswa dalam belajar <strong>matematika</strong>.Kebanyakan siswa, belajar <strong>matematika</strong> merupakan beban berat danmembosankan, jadinya siswa kurang termotivasi, cepat bosan dan lelah. Adapun3


eberapa cara yang dapat dilakukan untuk mengatasi hal di atas denganmelakukan inovasi pembelajaran. Beberapa cara yang dapat dilakukan antara lainmemberikan kuis atau teka-teki yang harus ditebak baik secara berkelompokataupun individu, memberikan permainan di kelas suatu bilangan dan sebagainyatergantung kreativitas <strong>guru</strong>. Jadi untuk mempermudah siswa dalam pembelajaran<strong>matematika</strong> harus dihubungkan dengan kehidupan nyata yang terjadi di dalamkehidupan sehari-hari.1.2 Tujuan PenulisanSuatu pembelajaran <strong>matematika</strong> tidaklah sulit, ada cara untukmempermudah dalam belajar <strong>matematika</strong> yaitu dengan cara PembelajaranMatematika Realistik. Di<strong>man</strong>a pembelajaran ini menghubungkan dengankehidupan sehari-hari. Dalam penulisan makalah ini bertujuan:1. Untuk mempermudah siswa dalam belajar <strong>matematika</strong> dapat menggunakandalam pembelajaran <strong>matematika</strong> realistik.2. Guru dalam menyampaikan materi harus mempunyai strategi dalampembelajaran <strong>matematika</strong>, supaya siswa tidak bosan dalam pembelajaran<strong>matematika</strong>.3. Supaya siswa mengetahui betapa menyenangkan mempelajari <strong>matematika</strong>.4. Untuk mengetahui lebih jelas lagi tentang pembelajaran <strong>matematika</strong> realistik.5. Untuk memaparkan secara teori pembelajaran <strong>matematika</strong> realistik.6. Untuk pengimplementasian pembelajaran <strong>matematika</strong> realistik.7. Kaitan antara pembelajaran <strong>matematika</strong> realistik dengan pengertian.1.3 Pertanyaan Penulisan1. Apa yang dimaksud dengan pembelajaran <strong>matematika</strong> realistik?2. Bagai<strong>man</strong>a cara strategi seorang <strong>guru</strong> dalam pembelajaran <strong>matematika</strong> supayasiswa menyukai pembelajaran <strong>matematika</strong>?3. Kenapa <strong>matematika</strong> tidak disukai <strong>oleh</strong> siswa?4. Karakteristik apa saja yang ada dalam RME?5. Mengapa siswa selalu lupa dengan konsep yang telah dipelajari?4


BAB IIPEMBAHASAN2.1 Matematika Realistik (MR)Matematika realistik yang dimaksudkan dalam hal ini adalah <strong>matematika</strong>sekolah yang dilaksanakan dengan menemaptkan realitas dan pengala<strong>man</strong> siswasebagai titik awal pembelajaran. Masalah-masalah realistik digunakan sebagaisumber munculnya konsep-konsep <strong>matematika</strong> atau pengetahuan <strong>matematika</strong>formal. Pembelajaran <strong>matematika</strong> realistik di kelas berorientasi pada karakteristikRME, sehingga siswa mempunyai kesempatan untuk menemukan kembalikonsep-konsep <strong>matematika</strong>. Dan siswa diberi kesempatan untuk mengaplikasikankonsep-konsep <strong>matematika</strong> untuk memecahkan masalah sehari-hari. KarakteristikRME menggunakan: konteks “dunia nyata”, model-model, produksi dan kontruksisiswa, interaktif dan keterkaitan. (Trevers, 1991; Van Heuvel-Panhuizen, 1998).Di sini akan mencoba menjelaskan tentang karakteristik RME.a. Menggunakan konteks “dunia nyata” yang tidak hanya sebagai sumbermatematisasi tetapi juga sebagai tempat untuk mengaplikasikan kembali<strong>matematika</strong>. Pembelajaran <strong>matematika</strong> realistik diawali dengan masalahmasalahyang nyata, sehingga siswa dapat menggunakan pengala<strong>man</strong>sebelumnya secara langsung. Proses pencarian (inti) dari proses yang sesuaidari situasi nyata yang dinyatakan <strong>oleh</strong> De Lange (1987) sebagai matematisasikonseptual. Dengan pembelajaran <strong>matematika</strong> realistik siswa dapatmengembangkan konsep yang lebih komplit. Kemudian siswa juga dapatmengaplikasikan konep-konsep <strong>matematika</strong> ke bidang baru dan dunia nyata.Oleh karena itu untuk membatasi konsep-konsep <strong>matematika</strong> denganpengala<strong>man</strong> sehari-hari perlu diperhatikan matematisasi pengala<strong>man</strong> sehariharidan penerapan <strong>matematika</strong> dalam sehari-hari.b. Menggunakan model-model (matematisasi) istilah model ini berkaitan denganmodel situasi dan model <strong>matematika</strong> yang dikembangkan <strong>oleh</strong> siswa sendiri.Dan berperan sebagai jembatan bagi siswa dari situasi real ke situasi abstrak5


atau dari <strong>matematika</strong> informal ke <strong>matematika</strong> formal. Artinya siswa membuatmodel sendiri dalam menyelesaikan masalah. Model situasi merupakan modelyang dekat dengan dunia nyata siswa. Generalisasi dan formalisasi modeltersebut. Melalui penalaran <strong>matematika</strong> model-of akan bergeser menjadimodel-for masalah yang sejenis. Pada akhirnya akan menjadi model<strong>matematika</strong> formal.c. Menggunakan produksi dan konstruksi streefland (1991) menekankan bahwadengan pembuatan “produksi bebas” siswa terdorong untuk melakukanrefleksi pada bagian yang mereka anggap penting dalam proses belajar.Strategi-strategi formal siswa yang berupa prosedur pemecahan masalahkonstekstual merupakan sumber inspirasi dalam pengembangan pembelajaranlebih lanjut yaitu untuk mengkonstruksi pengetahuan <strong>matematika</strong> formal.d. Menggunakan interaktif. Interaktif antara siswa dengan <strong>guru</strong> merupakan halyang mendasar dalam pembelajaran <strong>matematika</strong> realistik. Bentuk-bentukinteraktif antara siswa dengan <strong>guru</strong> biasanya berupa negoisasi, penjelasan,pembenaran, setuju, tidak setuju, pertanyaan, digunakan untuk mencapaibentuk formal dari bentuk-bentuk informal siswa.e. Menggunakan keterkaitan dalam pembelajaran <strong>matematika</strong> realistik. Dalampembelajaran ada keterkaitan dengan bidang yang lain, jadi kita harusmemperhatikan juga bidang-bidang yang lainnya karena akan berpengaruhpada pemecahan masalah. Dalam mengaplikasikan <strong>matematika</strong> biasanyadiperlukan pengetahuan yang kompleks, dan tidak hanya aritmatika, aljabar,atau geometri tetapi juga bidang lain.2.2 Pembelajaran Matematika RealistikPembelajaran <strong>matematika</strong> realistik merupakan teori belajar mengajardalam pendidikan <strong>matematika</strong>. Teori pembelajaran <strong>matematika</strong> realistik pertamakali diperkenalkan dan dikembangkan di Belanda pada tahun 1970 <strong>oleh</strong> Institut6


Freudenthal. Freudenthal berpendapat bahwa <strong>matematika</strong> harus diartikan denganrealita dan <strong>matematika</strong> merupakan aktivitas <strong>man</strong>usia. Dari pendapat Freudenthalme<strong>man</strong>g benar alangkah baiknya dalam pembelajaran <strong>matematika</strong> harus adahubungannya dengan kenyataan dan kehidupan sehari-hari. Oleh karena itu<strong>man</strong>usia harus diberi kesempatan untuk menemukan ide dan konsep <strong>matematika</strong>dengan bimbingan orang dewasa. Matematika harus dekat dengan anak dankehidupan sehari-hari. Upaya ini dilihat dari berbagai situasi dan persoalanpersoalan“realistik”. Realistik ini dimaksudkan tidak mengacu pada realitas padarealitias tetapi pada sesuatu yang dapat dibayangkan.Adapun menurut pandangan konstruktifis pembelajaran <strong>matematika</strong> adalahmemberikan kesempatan kepada siswa untuk mengkonstruksi konsep-konsep<strong>matematika</strong> dengan kemampuan sendiri melalui proses internalisasi. Guru dalamhal ini berperan sebagai fasilitator. Dalam pembelajaran <strong>matematika</strong> <strong>guru</strong>me<strong>man</strong>g harus memberikan kesempatan kepada siswa untuk menemukan sendirikonsep-konsep <strong>matematika</strong> dengan kemampuan siswa sendiri dan <strong>guru</strong> terusme<strong>man</strong>tau atau mengarahkan siswa dalam pembelajaran walaupun siswa sendiriyang akan menemukan konsep-konsep <strong>matematika</strong>, setidaknya <strong>guru</strong> harus terusmendampingi siswa dalam pembelajaran <strong>matematika</strong>.Menurut Davis (1996), pandangan konstruktivis dalam pembelajaran<strong>matematika</strong> berorientasi pada:1. Pengetahuan dibangun dalam pikiran melalui proses asimilasi atau akomodasi.2. Dalam pengerjaan <strong>matematika</strong>, setiap langkah siswa dihadapkan kepada apa.3. Informasi baru harus dikaitkan dengan pengala<strong>man</strong>nya tentang dunia melaluisuatu kerangka logis yang mentransformasikan, mengorganisasikan, danmenginterpretasikan pengala<strong>man</strong>nya.4. Pusat pembelajaran adalah bagai<strong>man</strong>a siswa berpikir, bukan apa yang merekakatakan atau tulis.Pendapat Davis tersebut, dalam pembelajaran <strong>matematika</strong> siswamempunyai pengetahuan dalam berpikir melalui proses akomodasi dan siswa jugaharus dapat menyelesaikan masalah yang akan dihadapinya. Siswa mengetahuiinformasi baru dikaitkan dengan pengala<strong>man</strong> sehari-hari secara logis, dalam7


yaitu matematisasi horizontal dan vertikal. Contoh matematisasi horizontaladalah pengidentifikasian, perumusan, dan penvisualisasian masalah dalam caracarayang berbeda dan pentransformasian masalah dunia real ke dunia<strong>matematika</strong>. Contoh matematisasi vertikal adalah representasi hubunganhubungandalam rumus, perbaikan dan penyelesaian model <strong>matematika</strong>,penggunaan model-model yang berbeda dan penggeneralisasian. Kedua jenis inimendapat perhatian seimbang, karena kedua matematisasi ini mempunyai nilaiyang sama. Berdasarkan matematisasi horizontal dan vertikal, pendekatan dalampendidikan <strong>matematika</strong> dibedakan menjadi empat jenis yaitu mekanistik,empiristik, strukturalistik, dan realistik.Pendekatan mekanistik adala pendekatan secara tradisional dan didasarkanpada apa yang diketahui dan pengala<strong>man</strong> sendiri. Pendekatan empiristik adalahsuatu pendekatan di<strong>man</strong>a konsep-konsep <strong>matematika</strong> tidak diajarkan dan siswadiharapkan dapat menemukan sendiri melalui matematisasi horizontal, pendekatanstrukturalistik adalah suatu pendekatan yang menggunakan sistem formal,misalnya dalam pengajaran penjumlahan secara panjang perlu didahului dengannilai tempat, sehingga suatu konsep dicapai melalui matematisasi vertikal.Pendekatan realistik adalah suatu pendekatan yang menggunakan masalahrealistik sebagai pangkal tolak pembelajaran. Melalui aktivitas matematisasihorizontal dan vertilal diharapkan siswa dapat menemukan konsep-konsep<strong>matematika</strong>.Filsafat konstruktivis sosial me<strong>man</strong>dang kebenaran <strong>matematika</strong> tidakbersifat absolut dan mengidentifikasi <strong>matematika</strong> sebagai hasil dari pemecahanmasalah dan pengajuan masalah <strong>oleh</strong> <strong>man</strong>usia (Ernest, 1991). Dalampembelajaran <strong>matematika</strong>, Cobb, Yackel dan Wood (1992) menyebutnya dengankonstruktivisme sosio. Siswa berinteraksi dengan <strong>guru</strong>, dan berdasarkan padapengala<strong>man</strong> informal siswa mengembangkan strategi-strategi untuk meresponmasalah yang diberikan. Karakteristik pendekatan konstrutivis sosio ini sangatsesuai dengan karakteristik RME. Konsep ZPD dan Scraffolding dalampendekatan konstruktivis sosio, di dalam pembelajaran <strong>matematika</strong> realistikdisebut dengan penemuan kembali terbimbing. Menurut Graevenmeijer (1994)9


walaupun kedua pendekatan ini mempunyai kesamaan tetapi kedua pendekatan inidikembangkan secara terpisah. Perbedaan keduanya adalah pendekatankonstruktivis sosio merupakan pendekatan pembelajaran yang bersifat umum,sedangkan pembelajaran <strong>matematika</strong> realistik merupakan pendekatan khusus yaituhanya dalam pembelajaran <strong>matematika</strong>.2.3 Implementasi pembelajaran Matematika RealistikUntuk memberikan gambaran tentang implementasi pembelajaran<strong>matematika</strong> realistik, misalnya diberikan contoh tentang pembelajaran pecahan disekolah dasar (SD). Sebelum mengenalkan pecahan kepada siswa sebaiknyapembelajaran pecahan dapat diawali dengan pembagian menjadi bilangan yangsama misalnya pembagian kue, supaya siswa memahami pembagian dalam bentukyang sederhana dan yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari. Sehingga siswabenar-benar memahami pembagian setelah siswa memahami pembagian menjadibagian yang sama, baru diperkenalkan istilah pecahan. Pembelajaran ini sangatberbeda dengan pembelajaran bukan <strong>matematika</strong> realistik di<strong>man</strong>a siswa sejakawal dicekoki dengan istilah pecahan dan beberapa jenis pecahan.Pembelajaran <strong>matematika</strong> realistik diawali dengan dunia nyata, agar dapatmemudahkan siswa dalam belajar <strong>matematika</strong>, kemudian siswa dengan bantuan<strong>guru</strong> diberikan kesempatan untuk menemukan sendiri konsep-konsep <strong>matematika</strong>.Setelah itu, diaplikasikan dalam masalah sehari-hari atau dalam bidang lain.2.4 Kaitan Antara Pembelajaran Matematik Realistik dengan PengertianKalau kita perhatikan para <strong>guru</strong> dalam mengajarkan <strong>matematika</strong> senantiasaterlontar kata “bagai<strong>man</strong>a, apa mengerti?” siswa pun buru-buru menjawabmengerti. Siswa sering mengeluh, seperti berikut,”pak…pada saat di kelas sayamengerti penjelasan bapak,tetapi begitu sampai dirumah saya lupa,”atau”pak…pada saat dikelas saya mengerti contoh yang bapak berikan, tetapi sayatidak bisa menyelesaikan soal-soal latihan”.10


dalam masalah memungkinkan siswa menggunkan cara-cara informal untukmenyelesaikan masalah. Cara-cara informal siswa yang merupakan produksisiswa memegang peranan penting dalam penemuan kembali dan memahamikonsep. Hal ini berarti informasi yang diberikan kepada siswa telah dikaitkandengan skema anak. Melalui interaksi kelas keterkaitan skema anak akan menjadilebih kuat. Dengan demikian, pembelajaran <strong>matematika</strong> realistik akan mempunyaikontribusi yang sangat tinggi dengan pengertian siswa.12


BAB IIIPENUTUP3.1 KesimpulanBerdasarkan uraian di atas, maka sebagai simpulan dapat disampaikanbeberapa hal. Matematika realistik merupakan <strong>matematika</strong> sekolah yangdilaksanakan dengan menempatkan realitas dan pengala<strong>man</strong> siswa sebagai titikawal pembelajaran. Pembelajaran <strong>matematika</strong> realistik menggunakan masalahrealistik sebagai pangkal tolak pembelajaran dan melalui matematisasi horisontalvertikalsiswa diharapkan dapat menemukan dan merekonstruksi konsep-konsep<strong>matematika</strong>. Selanjutnya siswa diberi kesempatan menerapkan konsep-konsep<strong>matematika</strong> untuk memecahkan masalah sehari-hari atau masalah dalam bidanglain. Dengan kata lain pembelajaran <strong>matematika</strong> realistik berorientasi padamatematisasi pengala<strong>man</strong> sehari-hari dan menerapkan <strong>matematika</strong> dalamkehidupan sehari-hari, sehingga siswa belajar dengan bermakna (pengertian).Pembelajaran <strong>matematika</strong> realistik berpusat pada siswa, sedangkan <strong>guru</strong>hanya sebagai fasilitator dan motivator, sehingga memerlukan paradigma yangberbeda tentang bagai<strong>man</strong>a siswa belajar, bagai<strong>man</strong>a <strong>guru</strong> mengajar, dan apa yangdipelajari <strong>oleh</strong> siswa dengan paradigma pembelajaran <strong>matematika</strong> selama ini.Karena itu, perubahan persepsi <strong>guru</strong> tentang mengajar perlu dilakukan bila inginmengimplementasikan pembelajaran mateamtika realistik. Sesuai dengansimpulan diatas maka disarankan :1. Kepada pakar atau pecinta pendidikan <strong>matematika</strong> untuk melakukanpenelitian-penelitian yang berorientasi pada pembelajaran <strong>matematika</strong> realistiksehingga diper<strong>oleh</strong> global theory pembelajaran <strong>matematika</strong> realistik yangsesuai dengan sosial budaya Indonesia.2. Kepada <strong>guru</strong>-<strong>guru</strong> <strong>matematika</strong> untuk mencoba pengimplementasikanpembelajaran <strong>matematika</strong> realistik secara bertahap, misalnya mulai denganmemberikan masalah-masalah realistik untuk memotivasi siswamenyampaikan pendapat.13


Marilah kita tingkatkan lagi dalam belajar <strong>matematika</strong> dengan carakenyataan dan kehidupan sehari-hari, agar mudah dipahami <strong>oleh</strong> siswa, sehinggasiswa menyukai <strong>matematika</strong> dan <strong>matematika</strong> tidak sulit. Dengan pembelajaranMR para siswa akan mudah memahami karena dikaitkan dengan kehidupansehari-hari.14


KATA PENGANTARPuji syukur atas kehidupan Allah SWT yang telah memberikan rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini.Kita sebagai pelajar harus mengetahui apa <strong>matematika</strong> itu, yang biasanyapara pelajar sangat tidak menyukai <strong>matematika</strong>, karena mereka mengalamikesulitan tapi sebenarnya ada cara pembelajaran <strong>matematika</strong> yang mudahdipahami <strong>oleh</strong> para siswa. Dengan cara pembelajaran <strong>matematika</strong> realistik di<strong>man</strong>apembelajaran ini dilakukan dengan pengala<strong>man</strong> sehari-hari dan menerapkan<strong>matematika</strong> dalam kehidupan sehari-hari. Pembelajaran <strong>matematika</strong> realistik inimemberikan kesempatan kepada siswa untuk menemukan kembali konsep<strong>matematika</strong>, sehingga siswa mempunyai pengertian kuat tentang konsep-konsep<strong>matematika</strong>. Dengan demikian, pembelajaran <strong>matematika</strong> realistik akanmempunyai arti yang sangat tinggi dengan pengertian siswa.Pembelajaran <strong>matematika</strong> realistik pertama kali dikembangkan dandilaksanakan di belanda dan dipandang sangat berhasil untuk mengembangkanpengertian siswa. Semoga dengan adanya pembelajaran <strong>matematika</strong> realistik inibanyak siswa yang menyukai <strong>matematika</strong> dan sebenarnya <strong>matematika</strong> itu sangatmenyenangkan bila kita dari awal sudah menyukai pelajaran <strong>matematika</strong>,ditambah <strong>guru</strong> yang mengajar <strong>matematika</strong> itu haruslah menyenangkan tidakmembuat siswa menjadi bosan dan merasa mengalami kesulitan dalammengerjakan soal-soal <strong>matematika</strong>. Guru harus bisa membuat keadaan di kelasmenyenangkan dengan diadakannya permainan yang berhubungan dengan<strong>matematika</strong>.Semoga dengan disusunnya makalah ini dapat ber<strong>man</strong>faat bagi parapembaca apa lagi bagi para siswa.Palembang, Juli 2011Penulis15


DAFTAR ISIKATA PENGANTAR .....................................................................................DAFTAR ISI ....................................................................................................iiiBAB I PENDAHULUAN1.1 Latar Belakang ..................................................................................... 11.2 Tujuan Penulisan .................................................................................. 41.3 Pertanyaan Penulisan ........................................................................... 4BAB II PEMBAHASAN2.1 Matematika Realistik (MR)................................................................ 62.2 Pembelajaran Matematika Realistik (RME) ...................................... 82.3 Implementasi Pembelajaran Matematika Realistik ............................ 112.4 Kaitan Antara pembelajaran MR dengan Pengertian ......................... 12BAB III PENUTUP3.1 Kesimpulan ................................................................................... 1416


DAFTAR PUSTAKADe<strong>pd</strong>iknas, 2003, Kurikulum Berbasis Kompetensi untuk SekolahMenengah Tingkat Pertama (SMP) pelajaran Matematika ,Jakarta: De<strong>pd</strong>iknas.De<strong>pd</strong>iknas, Model – Model Pembelajaran yang Efektif, Jakarta:De<strong>pd</strong>iknas.Institut Teknologi Bandung ( ITB ),2006, PMRI / RME, Bandung:Institut Teknologi Bandung ( ITB ).Kunandar,2008. Penelitian Tindakan Kelas Sebagai PengembanganProfesi Guru. Jakarta: Rajawali Pers.Nasution, S. 1989. Dikdaktik Azas-azas Mengajar. Bandung: Jermnas.Sudjana, Nana, 1991. Model – Model Mengajar CBSA. Bandung:Sinar Baru.Sujatmiko, Ponco, 2005, Matematika Kreatif 3,Solo: PT Tiga Serangkai.Sukino, dkk, 2007,Matematika untuk SMP Kelas IX,Jakarta:PT. Erlangga17


MAKALAHPEMBELAJARAN MATEMATIKA REALISTIK(RME)Disusun Oleh :Nama : Eduar, S.PdNIP : 197801102006041019Guru Bidang Studi : MatematikaMADRASAH ALIYAH NEGERI 1 PALEMBANGJalan Gubernur H.A.Bastari (Jakabaring) Palembang201118

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!