12.07.2015 Views

Public Review RUU P2H 22 April 2013.pdf - Elsam

Public Review RUU P2H 22 April 2013.pdf - Elsam

Public Review RUU P2H 22 April 2013.pdf - Elsam

SHOW MORE
SHOW LESS

You also want an ePaper? Increase the reach of your titles

YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.

BAGIAN KEEMPATANALISIS POTENSI DAMPAK<strong>RUU</strong> PEMBERANTASAN PERUSAKAN HUTANA. MENGKRIMINALISASI MASYARAKAT ADAT DAN LOKAL YANG HIDUP DI DALAM DANSEKITAR KAWASAN HUTAN<strong>RUU</strong> <strong>P2H</strong> jauh dari syarat memadai sebagai sebuah undang-undang dan bukanmerupakan undang-undang yang mendesak bagi masyarakat kecil yang selama inimenggantungkan hidupnya dari sumber daya hutan. Bahaya yang dihadapi olehmasyarakat adat dan lokal karena berlakunya undang-undang ini antara lain dapat terjadikarena beberapa hal, antara lain:Pertama, definisi terorganisasi yang longgar. <strong>RUU</strong> <strong>P2H</strong> mendefinisikan terorganisasiadalah kegiatan yang dilakukan oleh suatu kelompok yang terstruktur, yang terdiri atas 2(dua) orang atau lebih, dan yang bertindak secara bersama-sama pada waktu tertentudengan tujuan melakukan perusakan hutan, tidak termasuk kelompok masyarakat yangmelakukan perladangan tradisional. Definisi tersebut merupakan definisi yangmultiinterpretasi dan rawan mengkriminalisasi masyarakat adat atau masyarakat lokal. Dikawasan sekitar hutan, sudah lazim dan menjadi budaya masyarakat setempat untukmengambil ranting-ranting kayu dari dalam kawasan hutan untuk kebutuhan kayu bakarsehari-hari atau untuk kebutuhan membangun rumah dan membuat pagar. Merekabiasanya masuk ke hutan baik sendiri maupun berkelompok lebih dari 2 orang.Kedua, meskipun <strong>RUU</strong> <strong>P2H</strong> mengecualikan kelompok masyarakat yang melakukanperladangan tradisional sebagai suatu kegiatan terorganisasi dalam perusakan hutan,<strong>RUU</strong> <strong>P2H</strong> belum memberikan penjelasan yang memadai tentang apa yang dimaksuddengan perladangan tradisional itu. Kurang jelasnya penjelasan tentang perladangantradisional membuat keberadaan masyarakat adat dan lokal yang ada di sekitar kawasanhutan menjadi semakin rentan. Bisa jadi masyarakat mengambil kayu untuk kebutuhansehari-hari atau membangun rumah dan pagar juga akan terkena <strong>RUU</strong> ini.Ketiga, pohon yang menjadi objek dari pembalakan liar dalam <strong>RUU</strong> <strong>P2H</strong> didefinisikansebagai tumbuhan yang batangnya berkayu dan dapat mencapai ukuran diameter 10(sepuluh) sentimeter atau lebih yang diukur pada ketinggian 1,50 (satu koma lima puluh)meter di atas permukaan tanah. Artinya, objek dari pembalakan liar itu setara denganpohon yang diameternya sebesar tinju orang dewasa dan setinggi dada orang dewasa.Jenis kayu dengan ukuran sekecil itu lazim dipakai oleh masyarakat yang hidup di sekitardan menggantungkan kehidupannya atas sumber daya hutan untuk keperluannya seharihari.Definisi “pembalakan liar” ini cakupannya sangat luas, mengingat “pengaturan” negaraterhadap pemanfaatan hasil hutan itu mencakup baik di kawasan hutan negara maupunhutan hak. Apakah memanfaatkan hasil hutan yang diusahakan (ditanam, dikelola, dijaga,31

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!