12.07.2015 Views

Karakteristik Karkas Sapi Bali Betina dan Jantan

Karakteristik Karkas Sapi Bali Betina dan Jantan

Karakteristik Karkas Sapi Bali Betina dan Jantan

SHOW MORE
SHOW LESS
  • No tags were found...

Create successful ePaper yourself

Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.

KARAKTERISTIK KARKAS SAPI BALI BETINA DAN JANTAN YANG DIPOTONG DIRUMAH POTONG UMUM PESANGGARAN, DENPASARI Ketut Saka, I.B. Mantra, I N. Tirta Ariana, A.A. Oka, Ni L. P. Sriyani, Sentana PutraFakultas Peternakan,Universitas UdayanaABSTRACTA number of 219 <strong>Bali</strong> cattle consisted of 170 entiremales (bulls) and 49 female cattle (mostly cows) ofvarious age (based on number of permanent incisorserupted) were observed at Pesanggaran abattoir,Denpasar.Design used in in this study was completelyrandomized design. The study was conducted atpublic abattoir of Pesanggaran Denpasar for about fivemonths.The study was designed in order to identify theaffects of sex on carcass yield and some others carcasscharacteristics of <strong>Bali</strong> cattle slaughtered at the abattoir.Data recorded in the study were analyzed using analysisof variance to determine the affects of sex on carcasscharacteristics measured in the study by comparingbetween the two treatment means (Sokal and Rohlf,1969 and Chang, 1972).Results of the study indicated that the entire maleswere very significant (P


<strong>dan</strong> panjang karkas berada di atas garis regresinya padagrafik), negatif bila satuan-satuan berat karkas lebihringan daripada rata-rata <strong>dan</strong> nol (zero index) jika tepatsama dengan hubungan rata-rata dengan panjangnya.Suatu penelitian yang dilakukan terhadap beberaparibu karkas sapi daging yang mewakili suatu rentanganyang besar dari sapi daging rata-rata sampai kualitasunggul mendapatkan bahwa karkas-karkas yangkonformasinya baik semuanya lebih berat daripada rataratauntuk panjangnya (plotting data-datanya beradadi atas garis regresi linearnya); yang konformasinyajelek lebih ringan daripada rata-rata untuk panjangnya(plotting data-datanya berada di bawah garis regresilinear sederhanya)(Yeates et al., 1975)..Thwaites, Yeates <strong>dan</strong> Pogue (1964)(dikutip olehYeates et al., 1975) mendapatkan bahwa koefisien korelasi( r ) antara panjang karkas (X) <strong>dan</strong> berat karkas (Y)pada domba adalah 0,8274 dengan persamaan regresi :Y=1,963X–78,995. Nilai FI memberi gambaran tentangjumlah daging (otot <strong>dan</strong> lemak) yang dikandung padasebuah karkas, Tetapi jelaslah FI tidaklah membedabedakanantara perkembangan relatif otot <strong>dan</strong> lemak.Perkembangan otot adalah diinginkan se<strong>dan</strong>gkankegemukan karkas yang berlebihan atau kurangdikenakan penalti (pengurangan nilai skor) selamapenilaian karkas.Di Afrika Selatan, nisbah berat dengan panjang karkasdigunakan untuk menentukan tingkatan-tingkatankonformasi dalam menentukan peringkat komersialkarkas-karkas sapi yang akan diperdagangkan sepertidisajikan dalam Tabel 1 di bawah ini.Tabel 1. Deskripsi Konformasi <strong>Karkas</strong> <strong>dan</strong> Nisbah-nisbah Berat dengan Panjang <strong>Karkas</strong> Masing-masing pada <strong>Sapi</strong><strong>Karakteristik</strong> Kode / Skor Deskripsi PetunjukKonformasi1Sangat kurusKurang daripada 1,30 kg tiap cm panjang karkas.2Kurus1,30 – 1,55 kg tiap cm panjang karkas.3Menengah1,56 – 1,80 kg tiap cm panjang karkas.4Bundar1,81 – 2,05 kg tiap cm panjang karkas.5Amat bundarLebih daripada 2,05 kg tiap cm panjang karkasSumber: Kempster et al. (1982).<strong>Karakteristik</strong>-karakteristik karkas yang seringdiukur dalam suatu grading (pemberian peringkat)komersial karkas adalah karakteristik-karakteristikyang penting secara komersial. <strong>Karakteristik</strong>karakteristikini mungkin digambarkan sebagaikarakteristik yang merupakan petunjuk hasil dagingyang dapat dijual <strong>dan</strong> karakteristik yang menyebabkankarkas menarik bagi pembeli. Grading ada dua macamyaitu yield grade (YG) atau peringkat hasil, <strong>dan</strong> qualitygrade (QG) atau peringkat mutu. YG dilakukanberdasarka n jumlah daging yang dapat dijual yangdapat diperoleh dari sebuah karkas <strong>dan</strong> didefinisikansebagai persentase dari berat karkas tetelan-tetelandaging eceran tanpa tulang yang telah diiris lemaknyasecara ketat yang berasal dari empat potongan utamakarkas: round, loin, rib <strong>dan</strong> chuck yang merupakan 80%dari nilai suatu karkas sapi.Hasil daging eceran amat penting dalammenentukan nilai akhir dari suatu karkas sapi daging.Nilai hasil ini, juga disebut sebagai “cutability”, amatdipengaruhi jumlah relatif daging (lean) <strong>dan</strong> lemakyang tidak bermanfaat (waste fat) pada karkas tersebut.Faktor-faktor yang digunakan untuk menentukanperingkat eceran (Tabel 2) dari sebuah karkas adalah(1) perototan (luas UDMR), (2) tebal lemak punggungkarkas, (3) berat lemak ginjal <strong>dan</strong> (4) berat karkas.Faktor-faktor ini bisa digunakan dalam menentukankatagori karkas berkenaan dengan hasil daging eceranyang mungkin diharapkan/diperkirakan.40The Excellence Research UNIVERSITAS UDAYANA 2011


Tabel 2. Persentase daging eceran tanpa tulang dari berat karkas yang lemak karkasnya teriris ketat yang berasaldari round, loin, rib <strong>dan</strong> chuck untukperingkat-peringkat hasil yang bersesuaianPeringkatHasilHasil Tetelan Daging dari Empat Potongan Utama <strong>Karkas</strong> (Round, Loin, Rib, <strong>dan</strong> Chuck)Sebagai Persentase dari Berat <strong>Karkas</strong>1,0 – 1,92,0 – 2,93,0 – 3,94,0 – 4,95,0 – 5,954,6 – 52,652,3 – 50,350,0 – 48,047,7 – 45,745,4 – 43,3Sumber: Hunsley et al. (1978).Untuk sapi-sapi <strong>Bali</strong> jantan Nusa Penida yangberumur 1-3 tahun (I 1, I 2, <strong>dan</strong> I 3) yang dipotong di RPUPesanggaran, capaian rataan (± SD) hasil daging dari4 potongan karkasnya <strong>dan</strong> peringkat hasil karkasnya(YG) masih amat rendah, masing-masing 44,0 ± 3,457persen <strong>dan</strong> 5 (Tabel 2). Sesuai dengan ini, FI-nya jugaamat rendah, dengan rataan (± SD) 1,19 ± 0,086. Jadiskor konformasi karkasnya amat rendah, yaitu 1 (Tabel1) (Saka et al., 2005) Demikian pula sapi-sapi <strong>Bali</strong> jantandari berbagai umur (I 0– I 4) yang berasal dari pulau <strong>Bali</strong>yang dipotong di RPU Pesanggaran mencapai rataan (±SE) FI, 1,44 ± 0,041 atau skor konformasinya 2 (Tabel 1)(Saka et al., 1992).Menurut Hunsley et al. (1978), pada sapi daging,istilah “mutu” mengacu terutama kepada kedewasaan(maturity) <strong>dan</strong> kepada marbling (jumlah lemakintramuskuler), warna (daging <strong>dan</strong> lemak karkas),tekstur (daging <strong>dan</strong> lemak) <strong>dan</strong> kekerasan/firmnessdaging (lean). Sifat-sifat mutu karkas sapi daging,kecuali kedewasaan, diamati pada UDMR dari karkasyang sudah dipotong-potong. UDMR sebuah karkassapi daging yang bermutu tinggi berwarna merahcherry cemerlang, keras terhadap sentuhan <strong>dan</strong>bertekstur halus. UDMR tersebut mempunyai marblingyang banyak <strong>dan</strong> halus dengan lemak yang berwarnaputih. Marbling ada hubungannya dengan palatabilitas(rasa enak); kebanyakan penelitian menunjukkanbahwa marbling menyebabkan/bertanggung jawabkira-kira 12 persen dari variabilitas dalam keempukan<strong>dan</strong> agaknya lebih banyak untuk tingkat sari minyak/juiceness. Untuk menentukan peringkat karkas USDA(United State Department of Agriculture), ditetapkan10 tingkatan marbling sebagai berikut: (1) Abun<strong>dan</strong>t,(2) Moderately abun<strong>dan</strong>t, (3) Slightly abun<strong>dan</strong>t, (4)Moderate, (5) Modest, (6) Small, (7) Slight, (8) Traces,(9) Practically devoid <strong>dan</strong> (10) Devoid.Umur hewan waktu pemotongan erat hubungannyadengan eating quality, khususnya keempukan,kedewasaan dinilai pada waktu melakukan penilikansapi daging hidup. Hal-hal yang berikut ini adalahkarakteristik-karakteristik kedewasaan hewanhewanmuda: (1) ruas-ruas tulang belakang (vertebrae)lembek, porus <strong>dan</strong> berwarna merah; (2) tulang-tulangrawan taju tegak (buttons) besar, putih, lembek; <strong>dan</strong>(3) tulang-tulang rusuk relatif sempit, berwrna merah.Hal-hal berikut ini adalah karakteristik-karakteristikdari hewan-hewan dewasa: (1) vertebrae keras, putih,membatu; (2) tulang-tulang rawan taju tegak (buttons)mengalami osifikasi (menjadi tulang); <strong>dan</strong> (3) tulangtulangrusuk lebar, berwarna putih.Peringkat mutu (QG) dirancang untuk menggolonggolongkanrupa <strong>dan</strong> eating quality (citarasa, keempukan<strong>dan</strong> tingat sari minyak/juiceness) daging suatu karkassapi.Meskipun rupa daging bukanlah merupakanpetunjuk yang tepat terhadap eating quality, suatu rupadaging yang abnormal akan menurunkan kemungkinanpenjualan, teristimewa dalam suatu situasi swalayan.Oleh karena itu faktor ini tidak dapat diabaikan begitusaja sebagai hal yang tidak penting. Salah satu penenturupa daging adalah daging babi yang rupanya pucat(pale), lembek (soft) <strong>dan</strong> berair/sembab (exudative) ataudikenal dengan PSE meat/pork <strong>dan</strong> daging sapi yangberwarna merah gelap/hitan (dark), keras (firm), <strong>dan</strong>kering (dry) yang terkenal dengan istilah DFD beef/cutatau black beef. Fenomena DFD cut sering terjadi padasapi (bovine muscle), domba <strong>dan</strong> kambing (ovine muscle)The Excellence Research UNIVERSITAS UDAYANA 2011 41


karena hewan-hewan tersebut mengalami cekaman(stress) yang kronis beberapa saat sebelum pemotonganbaik selama pengangkutan, maupun selama ditaruh dirumah potong hewan atau di pasar hewan. Cekamanemosional yang kronis sering terjadi pada sapi-sapijantan terutama jika sapi-sapi jantan muda yang berasaldari farm (asal tempat pemeliharaan) yang berbedabedadikumpulkan bersama-sama dalam satu pen(kan<strong>dan</strong>g), sehingga merasa asing satu sama lainnya.Ini disebabkan oleh pengaruh hormon testosteroneyang menyebabkan sapi-sapi jantan mempunyaitemperamen excited (mudah terangsang). Cekamanberakibat menurunnya ca<strong>dan</strong>gan glikogen otot karenakeperluan energi untuk melawan cekaman sehinggakadar glikogen otot menurun. Jika kadarnya turunhingga 0,65% (kadar glikogen otot yang normal adalah1%) atau lebih rendah maka proses glikolisis (anaerobe)dalam pascamati otot akan amat lambat <strong>dan</strong> kadarasam laktat yang terbentuk akan rendah. Karena itumaka pH akhir (kira-kira 24 jam setelah pemotongandalam ruang pelayuan) daging menjadi tinggi (lebihtinggi daripada 6,0). Ini menyebabkan terjadinya DFDbeef, keempukan daging <strong>dan</strong> citarasanya menurun. Lagipula daya ikat air daging (WHC, water holding capacity)menjadi tinggi <strong>dan</strong> pembusukan daging oleh bakterimenjadi lebih mudah. Organisme pembusuk dagingbiasa, Pseudomonas sp. tumbuh paling baik pada nilaipH mendekati 7,0 atau sedikit basa, pertumbuhannyaberkurang bila pH daging adalah 6,0 atau lebih rendah(Lawrie, 1979; Aberle et al., 2001).Otot yang berasal dari sapi yang sehat, diberiransum dengan baik <strong>dan</strong> bendapat istirahat cukupmempunyai kadar glikogen otot yang cukup (kira-kira1% dari berat otot segar), yang akan dirubah menjadiasam laktat setelah mati/pemotongan. Perubahananaerobe glikogen menjadi asam laktat setelah 24 jammengakibatkan penurunan pH oto dari 7,2 (segerasetelah sapi disembelih) menjadi kira-kira 5,5 (5,4 –5,6).Nilai pH akhir otot yang dicapai ketika produksiasam laktat pascamati telah berhenti disebut sebagai pHakhir (pHU). Nilai pHU daging karkas sapi dicapai kirakira24 jam pascamati (PM) <strong>dan</strong> perkembamgan rigormortis (rm) sebenarnya telah selesai 24 jam PM. Karenaitu maka nilai pHU yang tercapai ditentukan oleh kadarglikogen dalam otot pada waktu pemotongan. NilaipHU ini mempengaruhi hampir semua aspek mutudaging seperti keempukan, warna, citarasa <strong>dan</strong> dayasimpan daging (Lawrie, 1979).Berkenaan dengan pengaruh jenis atau statuskelamin terhadap pertumbuhan <strong>dan</strong> perkembanganternak dinyatakan bahwa jenis kelamin berpengaruhterhadap umur fisiologi ternak. <strong>Sapi</strong>-sapi jantanmempunyai pertumbuhan yang lebih besar, jadi lebihberat, lebih lean (kandungan lemak karkas sedikit)atau secara fisiologi kurang dewasa daripada sapi-sapibetina atau sapi jantan kastrasi pada umur yang sama.<strong>Sapi</strong>-sapi betina mencapai dewasa lebih dini <strong>dan</strong> padaberat ba<strong>dan</strong> yang lebih kecil atau umur kronologi yanglebih muda; sapi-sapi jantan kebirian adalah menengahantara sapi-sapi jantan <strong>dan</strong> betina mengenai umurhewan itu mencapai dewasa fisiologi. Pada setiap umurkronologi yang tersedia sapi-sapi jantan lebih berat,lebih lean <strong>dan</strong> mempunyai lemak lebih sedikit daripadasapi-sapi betina maupun jantan kebirian. <strong>Sapi</strong>-sapijantan juga mempunyai peringkat/grade mutu yang lebihrendah karena jumlah marbling, keempukan, tekstur,warna <strong>dan</strong> citarasa dagingnya. yang kurang memenuhistandar untuk grade mutu yang yang tinggi. Karenapencapaian umur dewasa yang lebih dini pada sapisapibetina maka sapi-sapi betina akan lebih gemuk<strong>dan</strong> mempunyai peringkat mutu yang lebih tinggi padasetiap umur kronologi atau pada berat yang sama atautersedia daripada sapi-sapi jantan (Boggs <strong>dan</strong> Merkel,1979).Dalam keadaan-keadaan pakan yang baik sapi-sapijantan tumbuh lebih cepat daripada sapi-sapi jantankebirian <strong>dan</strong> sapi-sapi jantan kebirian lebih cepatdaripada sapi-sapi dara (Price <strong>dan</strong> Yeates, 1969, dikutipoleh Berg <strong>dan</strong> Butterfield, 1976). Tetapi, dalam keadaankeadaanpakan yang jelek keunggulan sapi-sapi jantantidak tampak dibandingkan dengan sapi-sapi dari jeniskelamin lainnya. Hasil-hasil penelitian dari penelititerakhir ini menunjukkan bahwa mulai dari beratkarkas 200 kg sampai 320 kg secara nyata sapi-sapibetina dara lebih tinggi jumlah lemaknya daripada sapisapijantan kebirian <strong>dan</strong> sapi-sapi jantan kebirian lebihtinggi daripada sapi-sapi jantan.Bagaimana FI sebaga ukuran konformasi karkas<strong>dan</strong> karakteristik-karakteristik karkas lain pada sapi<strong>Bali</strong> tersebut dalam berbagai status kelamin, sampaisekarang belum banyak dipublikasikan. Mengingatdemikian pentingnya FI <strong>dan</strong> karakteristik-karakteristikkarkas tersebut di atas maka dipan<strong>dan</strong>g perlu untukmelakukan suatu penelitian pada sapi <strong>Bali</strong> padaberbagai status kelamin untuk dapat menentukan FIatau konformasi karkas <strong>dan</strong> karakteristik-karakteristikkarkas sapi-sapi <strong>Bali</strong> yang dipelihara secara tradisional<strong>dan</strong> dipotong di RPU Pesanggaran, Denpasar.MATERI DAN METODELokasi <strong>dan</strong> Lama PenelitianPenelitian ini dilaksanakan di RPU Pesanggaran,Paberik Pengalengan Daging PT. C.I.P. Denpasar, <strong>dan</strong>di Laboratorium Teknologi Hasil Ternak, FakultasPeternakan, Universitas Udayana selama kira-kira limabulan. RPU Pesanggaran adalah RPU terbesar di <strong>Bali</strong>,<strong>dan</strong> sapi-sapi yang dipotong di sini berasal dari seluruhkabupaten di <strong>Bali</strong> <strong>dan</strong> sebagian besar dari sapi-sapiyang dipotong di sini dibeli dari Pasar Hewan Beringkit42The Excellence Research UNIVERSITAS UDAYANA 2011


yang merupakan Pasar Hewan terbesar di <strong>Bali</strong>. PasarHewan ini terletak kira-kira 20 km di sebelah Baratkota Denpasar, Kabupaten Badung. <strong>Sapi</strong>-sapi peneltianini yang dibeli oleh para jagal pagi hari pada tiaphari pasaran (Rabu <strong>dan</strong> Minggu) <strong>dan</strong> setelah terjaditransaksi, sapi-sapi diangkut ke RPU Pesanggaranpada sore hari pada hari itu juga.Materi<strong>Sapi</strong>-sapi <strong>Bali</strong> jantan <strong>dan</strong> betian yang digunakandalam penelitian ini adalah sapi-sapi milik para jagalyang memotong sapi-sapi itu di RPU Pesanggaran<strong>dan</strong> sebagian besar dibeli dari Pasar Hewan Beringkit,Badung serta menjual karkas-karkas sapi tersebutkepada PT. C.I.P. Denpasar.Alat-alat ukur yang digunakan dalam penelitianini adalah (1) timbangan duduk kapasitas 500 kgdengan ketelitian pembacaan 0,1 kg; (2) metal rulerdari Rabone Chesterman No. 64FR, berskala 0 – 150mm, dengan ketelitian pembacaan sampai 0,5 mm;(3) kisi-kisi dengan ukuran tiap kisi, 0,3 x 0,3 cm; (4)pita meteran metal fleksibel, panjang 2,5 m denganketelitian pembacaan sampai seteliti 0,1 cm; (5) ActivonpH meter, Model 209/Temp/mV meter; (6) photographiccolour standard for beef and fat samples, made availaqble byMr. Frapple and Mr. Bond (Western Australian Department ofAgriculture, unpublished); (7) Point Scale of Fat Score, berupasuatu Tabel untuk pedoman melakukan pemberianskor kegemukan karkas (carcass fatness) seperti disajikanpada Tabel 3.(McIntyre <strong>dan</strong> Ryan (1980).Tabel 3. Deskripsi, tebal lemak subkutan <strong>dan</strong> skor-skor yang bersangkutanSkorLemak12345DeskripsiVey lean (amat ramping)Lean (ramping)Medium (menengah)Fat (gemuk)Very fatPengukuran (perkiraan) tebal lemakpunggung antara rusuk 9 <strong>dan</strong> 10 (mm)1 atau kurang2 sampai 45 sampai 78 sampai 1112 atau lebihSumber : McIntyre <strong>dan</strong> Ryan (1980).MetodeSetiap pemotongan sejumlah sapi yang akandipotong yang karkasnya akan dijual kepada PT. C.I.P.Denpasar, dialokasikan ke dalam kelompok-kelompokjantan <strong>dan</strong> betina. Tiap individu sapi diperkirakanumur kronologinya dengan cara membuka mulutnya<strong>dan</strong> mengamati jumlah gigi-gigi depan tetapnya. <strong>Sapi</strong>sapibetina <strong>dan</strong> jantan yang dipotong bergigi depan dari0, 2, 4, 6, <strong>dan</strong> 8 (I0, I1, I2, I3, <strong>dan</strong> I4).Prosedur <strong>dan</strong> proses pemotongan dilakukan sesuaidengan praktik pemoto-ngan yang dilakukan sehariharidi RPU Pesanggaran. Setelah penyembelihanlalu dilakukan pengulitan, pemotongan ekor, kakikakibawah depan <strong>dan</strong> belakang maka dilakukanpengeluaran semua organ dalam (viscera), termasukginjal, lemak ginjal <strong>dan</strong> pelvis. Setelah pengerjaankarkas selesai maka segera dilakukan pembelahankarkas secara simetris menjadi separuh bagian kanan<strong>dan</strong> kiri melalui sepanjang ruas-ruas tulang belakangmulai dari symphysis pelvis sampai berakhir pada tulangatlas.Tiap separuh karkas kemudian dibagi dua padasela di antara tulang-tulang rusuk 10 <strong>dan</strong> 11 menjadiperempatan depan (forequarter) <strong>dan</strong> perempatanbelakang (hindquarter). Segera kemudian semua karkasdiangkut ke paberik pengalengan daging PT. C.I.P.Denpasar yang berjarak kira-kira 6 km dari RPUPesanggaran.Pengukuran-pengukuran yang dilakukan di RPUPesanggaran adalah (1) skor kegemukan karkas; (2)skor-warna lemak karkas; (3) panjang karkas; <strong>dan</strong>(4) gambar lacakan (tracing) urat daging mata rusuk(UDMR). Penimbangan berat karkas <strong>dan</strong> pengambilansampel UDMR dilakukan di PT. C.I.P. Denpasar.Pengukuran-pengukuran pHU, <strong>dan</strong> skor warna dagingdilaksanakan di Laboratorium Teknologi Hasil Ternak,Fapet Unud.Skor kegemukan karkas dinilai berdasarkan metodeyang dideskripsikan oleh McIntyre <strong>dan</strong> Ryan (1980)seperti disajikan pada Tabel 3 di atas.Untuk skor-skor warna lemak <strong>dan</strong> daging, penilaiandilakukan dengan cara membandingkan warna lemakkarkas yang diamati dengan Standar Warna Foto dariThe Excellence Research UNIVERSITAS UDAYANA 2011 43


sampel-sampel daging <strong>dan</strong> lemak karkas sapi dagingyang dibuat oleh Mr. Frapple <strong>dan</strong> Mr. Bond (WesternAustralian Department of Agriculture). Ada 6 skorwarna lemak berkisar dari 1 (putih kekreman) sampai6 (amat kuning). Skor-skor daging sapi juga berkisardari 1 (amat merah pucat- hampir ungu) hingga 6 (amatmearh gelap – merah keunguan).Panjang karkas diukur dengan menggunakanpita ukur logam flexible mengikuti metode yangdideskripsikan oleh Yeates et al (1975). Separuh karkassegar digantung pada tendo Achilles, lalu pengukurandilakukan dari pihak sisi dalam karkas mulai dari tepidepan Os pubis vertikal lurus ke bawah sampai ke tepidepan dari tulang rusuk pertama.Untuk mengukur luas UDMR maka terlebih dahuludibuat gambar lacakan penampang lintang UDMR diatas plastik tranparan dengan spidol permanen, <strong>dan</strong>setelah itu gambar outline ini diukur luasnya denganmenggunakan kisi-kisi berukuran 0,3 x 0,3 cm sepertiditunjukkan oleh Hunsley et al (1978).Analysis StatistikaData-data mengenai semua peubah yang diamatiyang diperoleh dalam penelitian ini dianalisis denganSidik Ragam untuk membanding rata-rata antar duaperlakuan jenis kelamin betina <strong>dan</strong> jantan.HASIL DAN PEMBAHASAN<strong>Sapi</strong>-sapi jantan amat nyata (P


tinggi daripada sapi-sapi betina..Karena itu maka padaumur fisiologi atau kronologi yang sama maka beratba<strong>dan</strong> <strong>dan</strong> berat karkas sapi-sapi jantan selalu lebihtinggi daripada sapi-sapi betina (Bogs <strong>dan</strong> Merkel,1979; Kempster et al., 1982). Hasil-hasil yang sama jugadilaporkan oleh Saka et al. (1991), bahwa karkas sapisapijantan amat sangat nyata (P


<strong>dan</strong> protein dari ransum amat meningkat karena terjadipertumbuhan janin yang amat besar <strong>dan</strong> progresif<strong>dan</strong> peningkatan depo-depo lemak di bagian-bagiantertentu dari tubuh <strong>dan</strong> organ dalam untuk ca<strong>dan</strong>ganenergi ketika induk yang bersangkutan berproduksisusu/laktasi untuk anaknya. Pada masa laktasi terjadikatabolisme lemak yang besar untuk kebutuhan energiuntuk produksi susu, tetapi karoten (ß-carotene, bahandasar vitamin A) yang berasal dari pakan yang dimakan<strong>dan</strong> disimpan di dalam depo-depo lemak (asam lemakpalmitin suatu triglisirida pelarut karoten) tetap tinggaldi dalam depo-depo lemak, tidak ikut terkatabolis.Karena itu maka konsentrasi karoten di dalam depodepolemak tubuh sapi betina tersebut akan semakintinggi, semakin sering sapi-sapi induk tersebutmelahirkan anak <strong>dan</strong> tidak mendapat tambahan ransumselama masa kebuntingan seperti terjadi pada sapi-sapi<strong>Bali</strong> hasil pemeliharaan tradisional oleh para petani di<strong>Bali</strong> ataupun di tempat lainnya di luar <strong>Bali</strong>. Hasil-hasilyang sama juga ditunjukkan oleh Alam (1986) <strong>dan</strong> Sakaet al. (1989) pada penelitiannya yang dilakukan masingmasingdi RPH PT. C.I.P. <strong>dan</strong> RPU Pesanggaran,Denpasar. Demikian pula Tulloh (1978) menunjukkanbahwa fenomena lemak karkas yang berwarna kuningini juga terjadi pada sapi-sapi yang dipelihara di daerahkering Australia Utara (Northern Territory) karenasapi-sapi mengalami intermittent growth yakni silihberganti sapi-sapi mengalami susut berat ba<strong>dan</strong> <strong>dan</strong>peningkatan berat ba<strong>dan</strong> masing-masing pada waktuwaktumusim kering <strong>dan</strong> hujan. Karena kekuranganasupan pakan pada waktu musim kering maka terjadikatabolisme lemak yang cukup besar untuk memenuhikebutuhan energi. Demikianlah hal ini terjadi secaraperiodik <strong>dan</strong> berulang sehingga warna lemak karkassapi-sapi yang telah mengalami katabolisme lemakberulang kali setiap musim kering akan sangat kuningkarena bertimbunnya karoten dalam konsentasi tinggidi dalam depo-depo lemak tubuh..Walaupun warna lemak karkas bukanlah merupakanfaktor mutu, suatu lemak karkas yang kekuningkuningantidak disenangi di dalam perdagangan, tetapisemata-mata merupakan faktor estetika/selera. Lemakkarkas yang berwarna kuning biasanya dihubungkandengan hewan-hewan tipe tua (Levie, 1963).KESIMPULAN DAN SARANKesimpulanDari hasil-hasil yang diperoleh dalam penelitian inidapat disimpulkan hal-hal sebagai berikut:<strong>Sapi</strong>-sapi jantan mempunyai konformasi karkasamat sagat nyata lebih baik atau tingkat perototankarkas yang amat sangat nyata lebih tinggi yangtercermin dari indeks perototannya (FI) yang amatsangat nyata lebih tinggi daripada sapi-sapi betina.<strong>Sapi</strong>-sapi jantan lebih unggul dalam beberapakarakteristik karkas lainnya seperti berat karkas lebihtinggi, karkasnya lebih lean (sedikit mengandunglemak), <strong>dan</strong> skor wana lemaknya lebih rendah/diinginkan.SaranUntuk meningkatkan peringkat hasil <strong>dan</strong> peringkatmutu sapi-sapi jantan maka mesti dilakukan perbaikanjumlah <strong>dan</strong> mutu pakan yang dibarengi dengan upayaseleksi untuk laju pertumbuhan yang tinggi, perototan<strong>dan</strong> marbling.<strong>Sapi</strong>-sapi betina yang steril atau tidak produktifuntuk berproduksi anak agar digemukkan untukproduksi daging untuk meningkatkan hasil <strong>dan</strong> mutudaging karkasnya.UCAPAN TERIMA KASIHPada kesempatan ini kami mengucapkan banyakterima kasih kepada Bapak Rektor <strong>dan</strong> Kepala PusatPenelitian Universitas Udayana atas persetujuanbantuan <strong>dan</strong>a yang diberikan untuk pelaksanaanpenelitian ini. Juga kepada Bapak Dekan Fapet Unud,Kepala Dinas Peternakan Kabupaten Badung,BapakKepala RPU Pesanggaran, Bapak Direktur PT. C.I.P.Denpasar atas persetujuan, ijin penelitian atau fasilitasyang telah diberikan kepada kami sehingga penelitianini dapat berlang-sung lancar <strong>dan</strong> diselesaikan <strong>dan</strong>berhasil dengan baik.DAFTAR PUSTAKAAberle, E.D., J.C. Forrest, D.E. Gerrard, <strong>dan</strong> E.W. Mills.2001. Princples of Meat Science. Kendall/HuntPublishing Company. U.S.A.46The Excellence Research UNIVERSITAS UDAYANA 2011


Alam, J.H.P.L. 1986. Kualitas sapi jantan <strong>dan</strong> betinayang dipotong di rumah potong hewan PT. C.I.P.Denpasar. Skripsi Sarjana, Fakultas Peternakan,Universitas Udayana, Denpasar.Berg, R.T. and R.M. Butterfield. 1976. New Conceps ofCattle Growth. Sydney University Press, Sydney,Australia.Boggs, D.L. and R.A. Merkel. 1979. Live Animal CarcassEvaluation. Hunt Publishing Company, U.S.A.Chang, Lu-Chih. 1972. The concep of statistics inconnecting with experimentation. F\ood andFertilizer Technology Center, China. Ext. Bull. No.13, pp. 1-132.Dalton, D.C. 1980. An Introduction to Practical AnimalBreeding. Granada Publishing Ltd., Printed in GreatBritain by W,& J. Mackay Ltd., Catham, Kent.Hunsley, R.E., W.M. Beeson, and J.E. Nordby. 1978.Livestock, Judging, Selection and Evaluation. 2ndedn. The Interstate Printers & Publishers, Inc.Danville, Illinois, USA.Kempster, T., A. Cuthbertson and G. Harrington.1982. Carcass Evaluation in Livestock Breeding,Production and Marketing. 1 st Publication. GranadaPublishing Ltd., Grt. Brit.Lawrie, R.A. 1979. Meat Science. 3 rd edn. PergamonPress. Oxford; New York; Toronto; Sydney; Paris;Frankfurt.Levie, A. 1963. The Meat Handbook. The Avi PublishingCo. Westport, Connecticut, USA.Mc.Intyre, B.L. and W.J. Ryan. 1980. A guide tobying bulk beef. A Farmnote. Western AustralianDepartment of Agriculture. No. 112/80. Agdex427/070.Saka, I K., I M. Suarna, I G.W. Rudolf <strong>dan</strong> I G.N.R.Haryana. 1989. <strong>Karakteristik</strong>-karakteristik karkas.karkas sapi <strong>Bali</strong> jantan <strong>dan</strong> betina yang dipotongdi rumah potong hewan Pesanggaran, Denpasar.Laporan Penelitian DIP. Suplemen, FakultasPeternakan, Universitas Udayana, Denpasar, <strong>Bali</strong>.Saka, I K., I M. Mastika, I G. N. Bhinawa, <strong>dan</strong> I G.Suranjaya. 1991. Efek jenis kelamin terhadapsusut berat ba<strong>dan</strong> <strong>dan</strong> beberapa ciri karkas sapi<strong>Bali</strong> di rumah potong umum. Laporan PenelitianDPP , Fakultas Peternakan, Universitas Udayana,Denpasar, <strong>Bali</strong>.Saka, I K., I.B. Djagra, <strong>dan</strong> I N. Simbung. 1992. Pengaruhumur <strong>dan</strong> jenis kelamin terhadap hasil <strong>dan</strong> kualitaskarkas sapi <strong>Bali</strong> yang dipotong umum Pesanggaran,Denpasar. Laporan Penelitian OPF, FakultasPeternakan, Universitas Udayana, Denpasar, <strong>Bali</strong>.Saka, I K., Sentana Putra, Ni M. A. Rasna, I N. Ardika,N.M. Astawa, I G.N. Kayana, I K. M. Budiasa, <strong>dan</strong>I N. Tirta Ariana. 2005. Laporan PelaksanaanKegiatan Study Pusat Perbibitan <strong>Sapi</strong> <strong>Bali</strong> (PPSB)di Nusa Penida, Kabupaten Klungkung. FakultasPeternakan, Universitas Udayana, Denpasar.Sokal, R.R. and F.J. Rohlf. 1969. Biometry. The Principlesand Practice of Statistics in Biological Research.W.H. Freeman and Company, San Fransisco, U.S.A,.Tulloh, N.M. 1978. Growth, development, bodycomposition, breeding and manage-ment. In: ACourse Manual in Beef Cattle Management andEconomics. Part 2 (Editor: N.M. Tulloh). Aust.Vice Chancellors Committee. Acad. Press. Pty. Ltd.Brisbane, Australia.Yeates, N.T.M. , T.N. Edey and M.K. Hill. 1975. AnimalScience. Reproduction, Climate, Meat, Wool. 1 stPublished. Pergamon Press., N.S.W. Australia.Preston, T.R. and M.B. Willis. 1974. Intensive BeefProduction. 2 nd edn., Pergamon Press, Oxford, NewYork; Toronto and Sydney.The Excellence Research UNIVERSITAS UDAYANA 2011 47

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!