28.11.2012 Views

terima kasih kepada anggota yang membayar iuran di bulan ... - ukibc

terima kasih kepada anggota yang membayar iuran di bulan ... - ukibc

terima kasih kepada anggota yang membayar iuran di bulan ... - ukibc

SHOW MORE
SHOW LESS

You also want an ePaper? Increase the reach of your titles

YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.

12 |<br />

dapat <strong>di</strong>anggap sebagai ‘makhluk hidup’ seutuhnya dan<br />

harus <strong>di</strong>lihat dari segi potensinya untuk menyelamatkan<br />

nyawa manusia secara keseluruhan. Sampai hari ini, isu<br />

penelitian stem-cell <strong>di</strong> AS tetap menja<strong>di</strong> perdebatan hangat<br />

antara para senator Republikan (ada <strong>yang</strong> pro dan kontra)<br />

dan Demokrat (pada umumnya pro).<br />

Aspek etika dan moral<br />

Dari segi etika, hal mendasar dalam kontroversi ESC, antara<br />

lain, adalah: pertama, status moral embrio, kedua, para<br />

wanita penyumbang sel telur untuk penelitian ESC, dan<br />

ketiga, perspektif kita mengenai persoalan usia dan penyakit<br />

(aging and illness), <strong>yang</strong> berkaitan dengan konsekuensi<br />

kemajuan penelitian regenerative me<strong>di</strong>cine. Hal keempat<br />

adalah bagaimana hasil capaian penelitian stem-cell dapat<br />

<strong>di</strong>rasakan secara merata dan tidak hanya untuk kalangan<br />

mampu saja, sehingga menja<strong>di</strong> penyebab praktik bisnis<br />

tercela serta kasus-kasus malpraktik perusahaan biotech.<br />

Aspek religius<br />

Dari segi religius, pokok persoalannya adalah pada status<br />

embrio manusia <strong>yang</strong> <strong>di</strong>sakralkan dan pertanyaan dasar<br />

apakah kita boleh mengisolasi ESC dari fetus <strong>yang</strong> sudah<br />

mati. Agama <strong>yang</strong> percaya bahwa embrio manusia adalah<br />

sakral sejak terbentuknya menganggap isolasi ESC dari<br />

blastocyst adalah salah satu bentuk pembunuhan. Ada pula<br />

<strong>yang</strong> menganggap bahwa nilai embrio—<strong>yang</strong> ter<strong>di</strong>ri dari<br />

delapan sel—tidaklah sama dengan nilai seorang in<strong>di</strong>vidu<br />

manusia. Menarik sekali mencermati pendapat dan posisi<br />

moral berbagai ilmuwan agama soal riset stem-cell ini.<br />

Pernyataan Paus Bene<strong>di</strong>ktus XVI pada Februari 2008 <strong>di</strong><br />

depan sidang Congregation for the Doctrine of the Faith<br />

adalah sebagai berikut: “Human ESC research, artificial<br />

insemination and the possibility of human cloning have<br />

shattered the barriers meant to protect human <strong>di</strong>gnity”.<br />

Ditambahkannya pula, “Roman Catholic church wants<br />

scientific progress to be based on ‘ethical-moral principles’<br />

inclu<strong>di</strong>ng respect for human beings from conception until<br />

natural death”. Lanjutnya lagi, Gereja bukanlah penghalang<br />

untuk kemajuan IPTEK dan kemanusiaan. Katanya, “The<br />

church appreciates and encourages stem cell research that<br />

does not involve the destruction of human embryos”.<br />

Dalam setiap agama, ada kelompok <strong>yang</strong> pro dan kontra<br />

terhadap riset ESC. Salah seorang pakar teologi moral<br />

Australia, Norman M. Ford, adalah pendukung ‘teori hari ke-<br />

14’. Inti teori ini adalah bahwa sampai pada hari ke-14 sejak<br />

pembuahan, embrio <strong>yang</strong> terbentuk tidak dapat <strong>di</strong>anggap

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!