11.07.2015 Views

tahun 2006 nomor 02 peraturan daerah kota ... - Bappeda Depok

tahun 2006 nomor 02 peraturan daerah kota ... - Bappeda Depok

tahun 2006 nomor 02 peraturan daerah kota ... - Bappeda Depok

SHOW MORE
SHOW LESS
  • No tags were found...

Create successful ePaper yourself

Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.

PERATURAN DAERAH KOTA DEPOKNOMOR <strong>02</strong> TAHUN <strong>2006</strong>TENTANGRENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD)KOTA DEPOK TAHUN <strong>2006</strong> - 2011DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESAMenimbangWALIKOTA DEPOK,: a. bahwa dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan <strong>daerah</strong>, berdasarkanketentuan Pasal 150 ayat (1) Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentangPemerintahan Daerah, disusun perencanaan pembangunan <strong>daerah</strong> sebagaisatu kesatuan dalam sistem perencanaan pembangunan nasional;b. bahwa berdasarkan ketentuan Pasal 150 ayat (3) Undang-undang Nomor 32Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, perencanaan pembangunan<strong>daerah</strong> disusun secara berjangka, meliputi : Rencana Pembangunan JangkaPanjang Daerah (RPJPD) untuk jangka waktu 20 (dua puluh) <strong>tahun</strong>, RencanaPembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) untuk jangka waktu 5(lima) <strong>tahun</strong> dan Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) untuk jangkawaktu 1 (satu) <strong>tahun</strong>;c. bahwa agar pelaksanaan pembangunan <strong>daerah</strong> Kota <strong>Depok</strong> dalam kurunwaktu 5 (lima) <strong>tahun</strong> mendatang dapat terarah, berkesinambungan, efektifdan efisien serta dapat mengakomodasi kepentingan masyarakat, telahdisusun Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kota<strong>Depok</strong> Tahun <strong>2006</strong>-2011;d. bahwa berdasarkan ketentuan Pasal 150 ayat (3) huruf e Undang-undangNomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, RencanaPembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) ditetapkan denganPeraturan Daerah;e. bahwa…..


Mengingate. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud pada huruf a, b,c, dan d, perlu ditetapkan Peraturan Daerah tentang Rencana PembangunanJangka Menengah Daerah (RPJMD) Kota <strong>Depok</strong> Tahun <strong>2006</strong>-2011;: 1. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 1999 tentang Pembentukan KotamadyaDaerah Tingkat II <strong>Depok</strong> dan Kotamadya Daerah Tingkat II Cilegon(Lembaran Negara Tahun 1999 Nomor 49, Tambahan Lembaran NegaraRepublik Indonesia Nomor 3828);2. Undang-undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggara Negara yangBersih dan Bebas dari Korupsi, Kolusi dan Nepotisme (Lembaran NegaraTahun 1999 Nomor 75, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3851);6. Undang-undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara(Lembaran Negara Tahun 2003, Tambahan Lembaran NegaraNomor 4286);3. Undang-undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara(Lembaran Negara Tahun 2004 Nomor 5, Tambahan Lembaran NegaraNomor 4355);4. Undang-undang Nomor 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan PeraturanPerundang-undangan (Lembaran Negara Tahun 2004 Nomor 53, TambahanLembaran Negara Nomor 4389);5. Undang-undang Nomor 25 <strong>tahun</strong> 2004 tentang Sistem PerencanaanPembangunan Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia <strong>tahun</strong> 2004Nomor104, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4421);6. Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah(Lembaran Negara Tahun 2004 Nomor 125 Tambahan Lembaran NegaraNomor 4437) sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang Nomor 8Tahun 2005 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti UndangundangNomor 3 Tahun 2005 tentang Perubahan Undang-undang Nomor 32Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah Menjadi Undang-undang(Lembaran Negara Tahun 2005 Nomor 108, Tambahan Lembaran NegaraNomor 4548);7. Undang-undang Nomor 33 <strong>tahun</strong> 2004 tentang Perimbangan Keuanganantara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah (Lembaran Negara <strong>tahun</strong>2004 Nomor 126, Tambahan Lembaran Negara <strong>tahun</strong> 2004 Nomor 4438);8. Peraturan…..


8. Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 2000 tentang KewenanganPemerintah dan Kewenangan Propinsi sebagai Daerah Otonom (LembaranNegara Tahun 2000 Nomor 54, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3852);9. Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun 2001 tentang Pembinaan danPengawasan Atas Penyelenggaraan Pemerintah Daerah (Lembaran NegaraTahun 2001 Nomor 41, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4090);10. Peraturan Pemerintah Nomor 56 <strong>tahun</strong> 2001 tentang PelaporanPenyelenggaraan Pemerintah Daerah (lembaran Negara <strong>tahun</strong> 2001 Nomor100, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4124);11. Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan keuanganDaerah (Lembaran Negara Tahun 2005 Nomor. 140, Tambahan LembaranNegara Nomor 4578);12. Peraturan Presiden Nomor 7 Tahun 2005 tentang Rencana PembangunanJangka Menengah Nasional Tahun 2004-2009;13. Peraturan Daerah Kota <strong>Depok</strong> Nomor 12 Tahun 2001 tentang Rencana TataRuang Wilayah Kota <strong>Depok</strong> 2000-2919 (Lembaran Daerah Kota <strong>Depok</strong>Tahun 2001 Nomor 45);14. Peraturan Daerah Kota <strong>Depok</strong> Nomor 14 Tahun 20<strong>02</strong> tentang Pola dasarPembangunan Kota <strong>Depok</strong> <strong>tahun</strong> 20<strong>02</strong>-2012 (Lembaran Daerah Kota <strong>Depok</strong>Tahun 20<strong>02</strong> Nomor 27);15. Peraturan Daerah Kota <strong>Depok</strong> Nomor 1 Tahun 2003 tentang Pokok-PokokPengelolaan Keuangan Daerah (Lembaran Daerah Tahun 2003 Nomor 1);16. Peraturan Daerah Kota <strong>Depok</strong> Nomor 15 Tahun 2003 tentang Kewenangan(Lembaran Daerah Tahun 2003 Nomor 33);17. Peraturan Daerah Kota <strong>Depok</strong> Nomor 16 Tahun 2003 tentang Pembentukandan Susunan Organisasi Perangkat Daerah (Lembaran Daerah Tahun 2003Nomor 34);Dengan Persetujuan Bersama…..


Dengan Persetujuan BersamaDEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KOTA DEPOKDANWALIKOTA DEPOKMEMUTUSKAN :Menetapkan : PERATURAAN DAERAH KOTA DEPOK TENTANG RENCANAPEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) KOTA DEPOKTAHUN <strong>2006</strong> – 2011.Pasal 1Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kota <strong>Depok</strong>Tahun <strong>2006</strong>-2011 merupakan Dokumen Perencanaan yang berisikan penjabaranvisi, misi dan kebijakan Kepala Daerah terpilih, yang penyusunannyaberpedoman pada Dokumen Perencanaan Daerah, Provinsi dan RPJM Nasional.BAB I PENDAHULUAN1.1 Latar Belakang1.2 Maksud dan Tujuan1.3 Landasan Hukum1.4 Mekanisme Penyusunan RPJM Daerah1.5 Sistematika PenulisanBAB II GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH2.1 Kondisi Geografis2.2 Kondisi Demografi2.3 Perekonomian Daerah2.3.1 Produk Domestik Regional Bruto2.3.2 Ekspor dan Impor2.3.3 Pendapatan Asli Daerah2.3.4 Dana Perimbangan2.3.5 Lain-lain Pendapatan Yang Sah2.4 Sosial Budaya2.5 Sarana dan Prasarana Daerah2.5.1 Sarana Prasarana Pendidikan2.5.2 Sarana Prasarana Kesehatan2.5.3 Sarana…..


2.5.3 Sarana Prasarana Transportasi2.5.4 Sarana Prasarana Energi Listrik2.5.5 Sarana Prasarana Air Bersih2.5.6 Sarana Prasarana Peribadatan dan Permukiman2.6 Pemerintahan UmumBAB III VISI DAN MISI3.1 Visi Kota <strong>Depok</strong>3.2 Misi Kota <strong>Depok</strong>3.3 Indikator Makro Kota <strong>Depok</strong>BAB IV VISI DAN MISI4.1 Arah Kebijakan dan Strategi Pembangunan Daerah4.1.1 Arah Kebijakan4.1.2 Strategi Pembangunan Daearah4.2 Indikasi Program dan Kegiatan Pembangunan DaerahBAB V KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH5.1 Arah Kebijakan dan Strategi Pendapatan Daerah5.2 Arah Kebijakan dan Strategi Belanja Daerah5.3 Arah Kebijakan dan Strategi PembiayaanBAB VI PENUTUP6.1 Program Transisi6.1 Kaidah PelaksanaanPasal 2Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kota <strong>Depok</strong> Tahun<strong>2006</strong>-2011 sebagaimana tercantum dalam Lampiran Peraturan Daerah ini danmerupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Peraturan Daerah ini.Pasal 3Pelaksanaan atas semua kebijakan, program dan kegiatan yang dijabarkan didalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kota <strong>Depok</strong>Tahun <strong>2006</strong>-2011 ini ditampung melalui sumber pembiayaan APBD Kota <strong>Depok</strong>dan diusulkan melalui APBD Provinsi Jawa Barat dan APBN.Pasal 4…..


Pasal 4Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan PeraturanDaerah ini dengan penempatannya dalam Lembaran Daerah Kota <strong>Depok</strong>.Ditetapkan di <strong>Depok</strong>pada tanggalWALIKOTA DEPOK,Diundangkan di <strong>Depok</strong>pada tanggalSEKRETARIS DAERAH KOTA DEPOK,H. NUR MAHMUDI ISMA’ILDra. WINWIN WINANTIKA, MMNIP. 480 093 043LEMBARAN DAERAH KOTA DEPOK TAHUNNOMOR


LAMPIRAN PERATURAN DAERAH KOTA DEPOKNOMOR : <strong>02</strong> TAHUN <strong>2006</strong>TANGGAL : 31 Juli <strong>2006</strong>RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD)KOTA DEPOK TAHUN <strong>2006</strong> - 2011BAB IPENDAHULUAN1.1. Latar BelakangSeiring dengan perubahan paradigma pemerintahan dan pembangunan yangberlangsung sejak era reformasi dan desentralisasi sejak tujuh <strong>tahun</strong> terakhir, terjadipeningkatan peran Pemerintah Daerah dalam hal perencanaan, pembiayaan danpelaksanaan pembangunan, yang mana pada saat bersamaan juga telah terjadipengurangan peran Pemerintah Pusat. Perubahan tersebut secara politik tertuangdalam UU Nomor 22 <strong>tahun</strong> 1999 yang disempurnakan dengan UU Nomor 32 <strong>tahun</strong>2004 tentang Pemerintahan Daerah (atau dikenal dengan Otonomi Daerah) dan UUNomor 25 Tahun 1999 yang disempurnakan dengan UU Nomor 33 Tahun 2004 tentangPerimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah.Seiring berlakunya Undang-undang tersebut, maka setiap Pemerintah Daerah(Kabupaten/Kota) dituntut untuk mampu mengidentifikasi keunggulan komparatif(comparative adventages) wilayahnya. Keunggulan komparatif wilayah tersebut untukselanjutnya harus dapat diarahkan dan dipadukan, serta dikembangkan secaraterencana, sehingga tercapai pengembangan wilayah yang optimal, yang tercermin dariluasnya kesempatan kerja dan berusaha, serta adanya insentif ekonomi yangmenguntungkan bagi seluruh pelaku ekonomi.1


Kota <strong>Depok</strong> yang awalnya merupakan bagian dari wilayah Kabupaten Bogormempunyai keunggulan komparatif yang cukup besar, terutama letaknya yang sangatstrategis ditinjau dari segi politik, ekonomi, sosial, budaya dan pertahanan keamanan.Wilayah ini berbatasan langsung dengan wilayah Daerah Khusus Ibu<strong>kota</strong> Jakarta, danmerupakan wilayah yang diarahkan untuk pola pemukiman dan penyebarankesempatan kerja secara lebih merata sebagaimana dimaksud dalam instruksi Presiden<strong>nomor</strong> 13 <strong>tahun</strong> 1976 tentang Pengembangan Wilayah Jabotabek (Jakarta, Bogor,Tangerang, Bekasi). Dalam perkembangannya selanjutnya, Kota <strong>Depok</strong> telah tumbuhsebagai <strong>kota</strong> perdagangan dan jasa yang mandiri.Keunggulan komparatif Kota <strong>Depok</strong> sampai saat ini belum dikelola secaraoptimal karena terbatasnya kemampuan Pemerintah Daerah dan masyarakat dalammerencanakan, membiayai dan melaksanakan pembangunan.Berlakunya UU Nomor 25 <strong>tahun</strong> 2004 tentang Sistem PerencanaanPembangunan Nasional dan UU Nomor 17 <strong>tahun</strong> 2003 tentang Keuangan Negara,maka setiap Pemerintah Daerah diharuskan menyusun rencana pembangunan yangsistematis, terarah, terpadu dan berkelanjutan dengan mempertimbangkan keunggulankomparatif wilayah dan kemampuan sumberdaya keuangan <strong>daerah</strong>. Berbagai dokumenperencanaan yang diamanatkan Undang-undang tersebut untuk segera disusunadalah: Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD), RencanaPembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD), Rencana Pembangunan JangkaMenengah Satuan Kerja Perangkat Daerah (Renstra-SKPD), Rencana PembangunanTahunan Daerah atau disebut Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD), RencanaPembangunan Tahunan Satuan Kerja Perangkat Daerah atau disebut Rencana KerjaSatuan Kerja Perangkat Daerah (Renja-SKPD).Sesuai dengan amanat konstitusi, kepala <strong>daerah</strong> dipilih secara langsung olehrakyat. Dengan demikian Kepala Daerah terpilih yang baru harus menyusun danmenetapkan Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) Daerah.2


RPJM Daerah merupakan dokumen perencanaan untuk periode lima <strong>tahun</strong> yangmemuat penjabaran visi, misi dan program kerja Kepala Daerah terpilih selama masajabatannya (<strong>tahun</strong> <strong>2006</strong> – 2011). Penyusunan RPJM Daerah ini harus dilakukan secarapartisipatif dengan melibatkan semua pemangku kepentingan (stakeholders)pembangunan dengan mempertimbangkan batas kewenangan Pemerintah Daerah dankemampuan keuangan <strong>daerah</strong>.1.2. Maksud dan TujuanMaksud penyusunan RPJM Daerah adalah: (1) mengidentifikasi danmenganalisis kondisi umum berbagai sumberdaya pembangunan <strong>daerah</strong> Kota <strong>Depok</strong>,seperti geografis & sumberdaya alam, perekonomian, sosial budaya & SDM, prasarana& sarana, serta pemerintahan umum; (2) merumuskan visi, misi, strategi dan arahkebijakan pembangunan Kota <strong>Depok</strong> lima <strong>tahun</strong> ke depan; dan (3) menyajikan matrikindikasi rencana program dan kegiatan prioritas dalam pembangunan Kota <strong>Depok</strong> lima<strong>tahun</strong> ke depan.Tujuan penyusunan RPJM Daerah adalah: (1) agar tersedianya dokumenpublik yang menjadi pedoman bagi Pemerintah Daerah dalam menyusun RencanaKerja Pemerintah Daerah (RKPD) Tahunan dan Renstra-SKPD Lima Tahun; (2) agartersedia landasan bagi DPRD dalam melaksanakan fungsi pengawasan terhadapkinerja Pemerintah Daerah, sehingga pelaksanaan pembangunan dapat memberikanmanfaat yang maksimal bagi peningkatan kesejahteraan masyarakat danpengembangan wilayah; dan (3) agar tersedianya program dan kegiatan prioritas yangdapat menjadi pedoman bagi semua pemangku kepentingan (stakeholders)pembangunan dalam mengoptimalkan kiprah dan partisipasinya.1.3. Landasan HukumPenyusunan RPJM Daerah Kota <strong>Depok</strong> dilakukan dengan berlandaskan kepadabeberapa ketentuan hukum dan <strong>peraturan</strong> sebagai berikut:a. Undang-undang Nomor 15 Tahun 1999 tentang Pembentukan Kotamadya DaerahTingkat II <strong>Depok</strong> dan Kotamadya Daerah Tingkat II Cilegon (Lembaran Negara<strong>tahun</strong> 1999 Nomor 49, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3828);3


. Undang-undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Negara yangBersih dan Bebas dari Korupsi, Kolusi dan Nepotisme (Lembaran Negara <strong>tahun</strong>1999 Nomor 75, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3851);c. Undang-undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara (LembaranNegara Republik Indonesia <strong>tahun</strong> 2003 Nomor 17, Tambahan Lembaran Negararepublik Indonesia Nomor 4287);d. Undang-undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendeharaan Negara (LembaranNegara Republik Indonesia <strong>tahun</strong> 2004 Nomor 5, Tambahan Lembaran NegaraRepublik Indonesia Nomor 4355);e. Undang-undang Nomor 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan PeraturanPerundang-undangan (Lembaran Negara Republik Indonesia <strong>tahun</strong> 2004 Nomor53, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4389);f. Undang-undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem PerencanaanPembangunan Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia <strong>tahun</strong> 2004Nomor104, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4421);g. Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (LembaranNegara Tahun 2004 Nomor 125 Tambahan Lembaran Negara Nomor 4437)sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang Nomor 8 Tahun 2005 tentangPenetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-undang Nomor 3 Tahun 2005tentang Perubahan Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang PemerintahanDaerah Menjadi Undang-undang (Lembaran Negara Tahun 2005 Nomor 108,Tambahan Lembaran Negara Nomor 4548);h. Undang-undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan AntaraPemerintah Pusat dan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia <strong>tahun</strong> 2004Nomor 126, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4438);i. Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 2000 tentang Kewenangan Pemerintah danKewenangan Propinsi sebagai Daerah Otonom (Lembaran Negara <strong>tahun</strong> 2000Nomor 54, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3452);j. Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun 2001 tentang Pembinaan dan PengawasanPenyelenggaraan Pemerintah Daerah (Lembaran Negara <strong>tahun</strong> 2001 Nomor 41,Tambahan Lembaran Negara Nomor 4090);4


k. Peraturan Pemerintah Nomor 56 Tahun 2001 tentang Pelaporan PenyelenggaraanPemerintah Daerah (Lembaran Negara <strong>tahun</strong> 2001 Nomor 100, TambahanLembaran Negara Nomor 4124);l. Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan KeuanganDaerah (lembaran Negara <strong>tahun</strong> 2005 Nomor 140);m. Peraturan Presiden Nomor 7 Tahun 2005 tentang Rencana Pembangunan JangkaMenengah Nasional Tahun 2004-2009;n. Peraturan Daerah Kota <strong>Depok</strong> Nomor 12 <strong>tahun</strong> 2001 tentang Rencana Tata RuangWilayah Kota <strong>Depok</strong> (Lembaran Daerah <strong>tahun</strong> 2001 Nomor 45);o. Peraturan Daerah Kota <strong>Depok</strong> Nomor 14 Tahun 20<strong>02</strong> tentang Pola dasarPembangunan Kota <strong>Depok</strong> <strong>tahun</strong> 20<strong>02</strong>-2012 (Lembaran Daerah Kota <strong>Depok</strong> Tahun20<strong>02</strong> Nomor 27);p. Peraturan Daerah Kota <strong>Depok</strong> Nomor 1 Tahun 2003 tentang Pokok-PokokPengelolaan Keuangan Daerah (Lembaran Daerah Tahun 2003 Nomor 1);q. Peraturan Daerah Kota <strong>Depok</strong> Nomor 15 Tahun 2003 tentang Kewenangan(Lembaran Daerah <strong>tahun</strong> 2003 Nomor 33);r. Peraturan Daerah Kota <strong>Depok</strong> Nomor 16 Tahun 2003 tentang Pembentukan danSusunan Organisasi Perangkat Daerah (Lembaran Daerah Tahun 2003 Nomor 34);1.4. Mekanisme Penyusunan RPJMD DaerahRPJM Daerah harus disusun secara sistematis, terarah, terpadu, menyeluruhdan tanggap terhadap perubahan dengan mengikuti proses penyusunan lima tahapankegiatan sebagai berikut:a. Penyiapan Rancangan Awal RPJM DaerahKepala Bapeda (melalui Tim Penyusun RPJM Daerah) menyiapkanrancangan awal RPJM Daerah untuk mendapatkan gambaran awal visi, misi danprogram Kepala Daerah terpilih yang memuat strategi pembangunan <strong>daerah</strong>,kebijakan umum, program prioritas Kepala Daerah, dan arah kebijakan keuangan<strong>daerah</strong>. Muatan rancangan awal RPJM Daerah ini menjadi pedoman bagi KepalaSKPD dalam penyusunan rancangan Renstra-SKPD.5


. Penyiapan Rancangan Renstra-SKPDKepala SKPD menyiapkan rancangan Renstra-SKPD yang memuat visi, misi,tujuan, strategi, kebijakan, program, dan kegiatan pembangunan sesuai dengantugas dan fungsi SKPD dengan berpedoman pada rancangan awal RPJM Daerah.Program dalam rancangan Renstra-SKPD adalah bersifat indikatif, tidakmengabaikan keberhasilan yang sudah dicapai selama ini, dan diselaraskandengan program prioritas Kepala Daerah terpilih. Untuk dapat menyiapkanrancangan Restra-SKPD secara baik, terarah dan selaras dengan kebutuhan RPJMDaerah, maka Kepala SKPD (melalui Tim Penyusun rancangan Renstra-SKPD)akan didampingi atau dibimbing oleh Tim Penyusun RPJM Daerah.c. Penyusunan Rancangan RPJM DaerahKepala Bapeda (melalui Tim Penyusun RPJM Daerah) menyusun rancanganRPJM Daerah dengan cara mengintegrasikan rancangan awal RPJM Daerah (yangdihasilkan pada tahap 1) dengan rancangan Renstra-SKPD (yang dihasilkan padatahap 2). Rancangan RPJM Daerah yang dihasilkan pada tahap ini menjadimasukan utama dalam Musrenbang Jangka Menengah Daerah.d. Penyelenggaraan Musrenbang Jangka Menengah DaerahMusrenbang Jangka Menengah Daerah merupakan forum konsultasi denganpara pemangku kepentingan (stakeholders) pembangunan untuk membahasrancangan RPJM Daerah dibawah koordinasi Kepala Bapeda (melalui TimPenyusun RPJM Daerah). Pendapat, aspirasi dan komitmen stakeholders menjadimasukan dalam penyempurnaan rancangan RPJM Daerah. Stakeholders yangakan berpartisipasi dalam Musrenbang ini meliputi: Institusi Pemerintah atauSatuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD), anggota DPRD, TNI & Polri, Pengadilan &Kejaksaan, Masyarakat, Dunia Usaha, LSM, Perguruan Tinggi dan stakeholderslainnya. Metode yang digunakan dalam Musrenbang ini adalah Lokakarya yangdikombinasikan dengan diskusi dan konsultasi publik terhadap berbagaistakeholders dalam jumlah peserta yang cukup banyak.6


e. Penyusunan Rancangan Akhir RPJM DaerahRancangan akhir RPJM Daerah disusun dan/atau disempurnakan olehKepala Bapeda (melalui Tim Penyusun RPJM Daerah) berdasarkan hasilMusrenbang Jangka Menengah Daerah dengan tetap mempertimbangankebutuhan dan kemampuan sumberdaya pembangunan. Rancangan akhir RPJMDaerah diserahkan kepada Kepala Daerah, dan selanjutnya diproses untukditetapkan dalam Peraturan Daerah.1.5. Sistematika Penulisanberikut:Sistematika penulisan RPJM Daerah Kota <strong>Depok</strong> Tahun <strong>2006</strong> – 2011 sebagaiBAB I. PENDAHULUANMembahas dan menjabarkan latar belakang pembentukan <strong>daerah</strong>; pengertian RPJMDaerah; dan proses penyusunan RPJM Daerah, maksud dan tujuan dari penyusunanRPJM Daerah, landasan hukum penyusunan RPJM Daerah, mekanisme penyusunanRPJM Daerah dan sistematika penulisan.BAB II. GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAHMembahas dan menjabarkan mengenai keadaan 10 <strong>tahun</strong> terakhir, analisis danprediksi kondisi umum <strong>daerah</strong> selama 5 <strong>tahun</strong> kedepan berkenaan dengan: kondisigeografis; demografi; ekonomi dan sumber daya alam; sosial budaya; sarana danprasarana; dan pemerintahan umum.BAB III. VISI DAN MISIMembahas dan menjabarkan mengenai Visi, Misi dan Indikator Makro Kota.BAB IV. KEBIJAKAN PEMBANGUNAN DAERAHMembahas dan menjabarkan Arah Kebijakan dan Strategi pembangunan Daerah sertaIndikator Program dan Kegiatan Pembangunan Daerah.7


BAB V. KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAHMembahas dan menjabarkan mengenai Arah Kebijakan dan Strategi PendapatanDaerah, Arah Kebijakan dan Strategi Belanja Daerah dan Arah Kebijakan dan StrategiPembiayaan.BAB VI. PENUTUPMembahas dan menjabarkan mengenai manfaat RPJM Daerah sebagai pedoman bagiseluruh pemangku kepentingan pembangunan dalam penyelenggaraan pemerintahan<strong>daerah</strong>, sebagai koridor dalam penyusunan visi, misi dan program calon KepalaDaerah, sebagai pedoman dalam penyusunan Renstra SKPD, dan lampiran matrik lima<strong>tahun</strong>an RPJM Daerah Kota <strong>Depok</strong> serta lampiran matrik indikator makro <strong>kota</strong>.8


BAB IIGAMBARAN UMUMKONDISI DAERAHGambaran umum kondisi <strong>daerah</strong> adalah deskripsi tetang karakteristik berbagaisumberdaya <strong>daerah</strong> yang berhubungan atau terkait dengan pembangunan. kondisi<strong>daerah</strong> yang dibahas meliputi kondisi geografis, kondisi demografis, perekonomian<strong>daerah</strong>, sosial budaya <strong>daerah</strong>, sarana dan prasarana <strong>daerah</strong>, dan pemerintahan umum.2.1. KONDISI GEOGRAFISSecara geografis Kota <strong>Depok</strong> terletak pada koordinat 6 o 19’ 00” – 6 o 28’ 00”Lintang Selatan dan 106 o 43’ 00” – 106 o 55’ 30” Bujur Timur. Secara geografis, Kota<strong>Depok</strong> berbatasan langsung dengan Kota Jakarta atau berada dalam lingkunganwilayah Jabotabek.Bentang alam Kota <strong>Depok</strong> dari Selatan ke Utara merupakan <strong>daerah</strong> dataranrendah - perbukitan bergelombang lemah, dengan elevasi antara 50 – 140 meterdiatas permukaan laut dan kemiringan lerengnya kurang dari 15%. Kota <strong>Depok</strong> sebagaiwilayah termuda di Jawa Barat, mempunyai luas wilayah sekitar 200,29 km2.Kondisi geografisnya dialiri oleh sungai-sungai besar yaitu Sungai Ciliwungdan Cisadane serta 13 sub Satuan Wilayah Aliran Sungai. Disamping itu terdapat pula25 situ. Data luas situ pada <strong>tahun</strong> 2005 sebesar 169,68 Ha, dengan kualitas air ratarataburuk akibat tercemar.Kondisi topografi berupa dataran rendah bergelombang dengan kemiringanlereng yang landai menyebabkan masalah banjir di beberapa wilayah, terutamakawasan cekungan antara beberapa sungai yang mengalir dari selatan menuju utara:Kali Angke, Sungai Ciliwung, Sungai Pesanggrahan dan Kali Cikeas.A. Sumber Daya LahanSumber Daya Lahan Kota <strong>Depok</strong> mengalami tekanan sejalan denganperkembangan <strong>kota</strong> yang sedemikian pesat. Sebagaimana kita ketahui berdasarkandata analisis Revisi RTRW Kota <strong>Depok</strong> (2000-2010) dalam pemanfaatan ruang<strong>kota</strong>, kawasan pemukiman pada <strong>tahun</strong> 2005 mencapai 8.915.09 ha (44,31%) daritotal pemanfaatan ruang Kota <strong>Depok</strong>.9


Pada <strong>tahun</strong> 2005 kawasan terbuka hijau tercatat 10.106,14 ha (50,23%) dariluas wilayah <strong>Depok</strong> atau terjadi penyusutan sebesar 0,93 % dari data <strong>tahun</strong> 2000.Meningkatnya tutupan permukaan tanah, berdampak terhadap penurunan kondisialam Kota <strong>Depok</strong>, terutama disebabkan tekanan dari pemanfaatan lahan untukkegiatan pemukiman yang mencapai lebih dari 44,31 % dari luas wilayah <strong>kota</strong>.Sementara luas kawasan terbangun <strong>tahun</strong> 2005 mencapai 10.013,86 ha (49,77%)dari luas wilayah Kota <strong>Depok</strong> atau meningkat 3,59 % dari data <strong>tahun</strong> 2000.Luas kawasan terbangun sampai dengan <strong>tahun</strong> 2010 diproyeksikan mencapai10.720,59 ha (53,28%) atau meningkat 3,63 % dari data <strong>tahun</strong> 2005. Sementaraluas ruang terbuka (hijau) pada <strong>tahun</strong> 2010 diproyeksikan seluas 9.399,41 ha(46,72%) atau menyusut 3,63 % dari <strong>tahun</strong> 2005. Proyeksi Perbandingan antarakawasan terbangun dan ruang terbuka di Kota <strong>Depok</strong> dapat dilihat pada Tabel II-1berikut :Tabel II-1. Proyeksi Perbandingan antara Kawasan Terbangun dan Ruang Terbukadi Kota <strong>Depok</strong>No Jenis Penggunaan Lahan LahanTahun 2005Revisi RTRWTahun 2010Ha % Ha %I Kawasan Terbangun 10.013,86 49,77 10.720,59 53,28a. Perumahan + kampung 8.915,09 44,31 9.151,74 45,49b. Pendidikan Tinggi & Terpadu 231,39 1,15 299,61 1,49c. Jasa & Perdagangan 301,28 1,50 596,03 2,96d. Industri 310,45 1,54 417,56 2,08e. Kawasan Tertentu (Gandul,Cilodong,<strong>Depok</strong>KRL,Bromob,Radar AURI)255,65 1,27 255,65 1,27II Ruang Terbuka Hijau 10.106,14 50,23 9.399,41 46,72a. Sawah Teknis & Non Teknis 972,55 4,83 972,55 4,83b. Tegalan/Ladang/Kebun /Tanah Kosong 7.110,10 35,34 6.258,04 31,10c. Situ & Danau 169,68 0.84 169,68 0.84d. Pariwisata, Lapangan Golf & Kuburan 389,99 1,94 517,07 2,57e. Hutan 26,29 0,13 26,29 0,13f. Kawasan tertentu (TVRI, RRI) 177,88 0,88 177,88 0,88g. Sungai 81,65 0,41 81,65 0,41h. Garis Sempadan (Sungai, tegangan tinggi, 1.178,00 5,85 1.196,25 5,95& Pipa Gas)TOTAL 20.120,00 100 20.120,00 100Sumber: Revisi Rencana Tata Ruang Wilayah Kota <strong>Depok</strong> 2000-2010.10


Diprediksikan pada <strong>tahun</strong> 2010, dari 53,28% total luas kawasan terbangun,hampir 45,49% akan tertutup oleh perumahan dan perkampungan. Jasa danperdagangan akan menutupi 2,96% total luas <strong>kota</strong>, industri 2,08% total luas <strong>kota</strong>,pendidikan tinggi 1,49% total luas <strong>kota</strong>, dan kawasan khusus 1,27% total luas <strong>kota</strong>.Meningkatnya jumlah tutupan permukaan tanah tersebut, ditambah denganberubahnya fungsi saluran irigasi menjadi saluran drainase, diprediksikan akanmenyebabkan terjadinya genangan dan banjir di beberapa kawasan, yangberdampak terhadap penurunan kondisi Kota <strong>Depok</strong>.Diperkirakan pembangunan pertanian tanaman pangan di Kota <strong>Depok</strong> di masayang akan datang akan menghadapi suatu kondisi, dimana lahan sawah yangsemakin menyempit. Pada <strong>tahun</strong> 2010 diperkirakan lahan sawah akan mengecil biladibandingkan kondisi sekarang. Penyempitan yang paling parah terjadi pada lahansawah tadah hujan, disusul sawah irigasi sederhana PU. Grafik perkembangan luassawah di Kota <strong>Depok</strong> dapat dilihat pada Gambar II-1 berikut :Gambar II-1. Perkembangan Luas Sawah di Kota <strong>Depok</strong>Ha14001200100080060040<strong>02</strong>00Perkembangan LuasSawah<strong>02</strong>000 2001 20<strong>02</strong> 2003 2004 2005 <strong>2006</strong> 2007 2008 2009 2010 2011Tadah Hujan 331 330 330 305 305 130 178 147 115 84 52 21Irigasi Non PU 72 71 71 75 75 75 76 77 78 79 80 81Irigasi Sederhana PU 343 347 347 325 325 178 220 193 167 141 115 89Irigasi 1/2 Teknis 348 348 348 346 346 319 327 323 318 314 310 305Irigasi Teknis 239 236 236 236 236 215 221 218 214 211 207 204Sumber: Kota <strong>Depok</strong> Dalam Angka 2001, 20<strong>02</strong>, 2003, 2004, 2005, Bapeda dan BPS Kota <strong>Depok</strong>.11


B. Sumber Daya AirSumber Daya Air yang ada terdiri dari dua sumber yaitu sungai dan situ.Secara umum sungai-sungai di Kota <strong>Depok</strong> termasuk kedalam dua Satuan WilayahSungai besar, yaitu sungai Ciliwung dan Cisadane. Selanjutnya sungai-sungaitersebut dibagi menjadi 13 Satuan Wilayah Aliran Sungai, yaitu sungai Ciliwung,Kali Baru, Pesanggrahan, Angke, Sugutamu, Cipinang, Cijantung, Sunter, Krukut,Saluran Cabang Barat, Saluran Cabang Tengah dan sungai Caringin.Kota <strong>Depok</strong> memiliki 25 situ yang tersebar di wilayah Timur, Barat dan Tengah.Luas keseluruhan situ yang ada di Kota <strong>Depok</strong> berdasarkan data <strong>tahun</strong> 2005 adalahseluas 169,68 Ha 1) , atau sekitar 0,84 % luas Kota <strong>Depok</strong>. Kedalaman situ-situbervariasi antara 1 sampai 4 meter, dengan kualitas air yang paling buruk terdapatpada Situ Gadog dan Rawa Besar. Selain penurunan kualitas air, kawasan situ jugamengalami degradasi luasan.Pembangunan perikanan di Kota <strong>Depok</strong> juga menghadapi masalah yang samadengan pertanian tanaman pangan, yaitu penyempitan lahan air kolam.Berdasarkan data <strong>tahun</strong> 2005, luas areal air kolam adalah 242,21 ha dibandingkanpada <strong>tahun</strong> 2000 seluas 290,54 ha. Diperkirakan pada <strong>tahun</strong> 2010 areal air kolamakan menjadi 238 ha dari luas areal air kolam saat ini, sebagaimana Gambar II-2berikut :Gambar II-2 Perkembangan luas areal air kolam350Luas Areal Air30<strong>02</strong>5<strong>02</strong>0015010050-2000 2001 20<strong>02</strong> 2003 2004 2005 <strong>2006</strong> 2007 2008 2009 2010 2011Kolam Ikan Hias 7.46 9.20 8.01 7.51 7.51 7.65 7 7 7 7 7 7Kolam Pembenihan 38.52 24.00 71.00 15.31 15.36 15.36 10 5 - - - -Kolam Air Deras 0.36 - - - - - - - - - - -Kolam Air Tenang 244.2 123.9 140.1 2<strong>02</strong>.8 209.0 219.2 209 215 220 226 231 237Air Saw ah 50.00 70.00 - - - - - - - - - -Sumber: Kota <strong>Depok</strong> Dalam Angka 2001, 20<strong>02</strong>, 2003, 2004, 2005, Bapeda dan BPS Kota <strong>Depok</strong>.1) Luas ini belum termasuk 2 Situ yang belum ada datanya pada waktu itu, yaitu Situ Cinere danSitu Krukut12


C. Tingkat Polusi dan Produksi LimbahKualitas udara pada 4 kecamatan di Kota <strong>Depok</strong>, berdasarkan data <strong>tahun</strong> 2005,pada 4 titik pengamatan tentang nilai kualitas SO 2 , NO 2 , CO, O 3 dan Pb masihmemenuhi baku mutu berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 41 <strong>tahun</strong> 1999tentang Pengendalian Pencemaran Udara.Konsentrasi Sulfur Dioksida (SO 2 ) pada 4 titik pengamatan tersebut antara 0,1 –16,14 mikro-gram/m 3 , di bawah ambang baku mutu 365 mikro-gram/m 3 . KonsentrasiNitrogen Oksida (NO 2 ) pada 4 titik pemantauan tersebut antara 2,94 – 15,95 mikrogram/m3 , di bawah ambang baku mutu 150 mikro-gram/m 3 . Konsentrasi KarbonMonoksida (CO) pada 4 titik pemantauan tersebut antara 151,45 – 716,84 mikrogram/m3 , di bawah ambang baku mutu 10.000 mikro-gram/m 3 . Konsentrasi Oksidan(O 3 ) pada 4 titik pemantauan tersebut antara 12,94 – 40,38 mikro-gram/m 3 , di bawahambang baku mutu 235 mikro-gram/m 3 . Konsentrasi Timbal (Pb) pada 4 titikpemantauan tersebut antara 0,16 –1,56 mikro-gram/m 3 , di bawah ambang bakumutu 2 mikro-gram/m 3 . Sedangkan konsentrasi debu (partikulat) pada 4 titikpemantauan tersebut antara 0,078 – 0,364 mikro-gram/m 3 , dengan ambang baku0,23 mikro-gram/m 3 . Kondisi tersebut akan dipertahankan pada <strong>tahun</strong>-tahaun yangakan datang dengan adanya Program Langit Biru. Sedangkan untuk konsentrasidebu diupayakan untuk dikurangi di bawah ambang mutu standar pada <strong>tahun</strong>-<strong>tahun</strong>berikutnya, berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 41 <strong>tahun</strong> 1999 tentangPengendalian Pencemaran Udara.Limbah cair yang berasal dari berbagai sumber termasuk rumah tangga dan airbekas kegiatan per<strong>kota</strong>an lainnya, masih menggunakan sistem tercampur, yaitu airlimbah dan air hujan dialirkan melalui satu saluran. Sedangkan untuk air limbahindustri dan komersial juga belum ada sistem yang menanganinya secara khusus.Limbah padat Kota <strong>Depok</strong> diatasi dengan sistem sanitary landfill yang berlokasidi TPA Cipayung, berdekatan dengan Sungai Pesanggrahan yang berfungsisebagai tempat pembuangan air. Sistem penanganan limbah padat akandikembangkan lebih lanjut berupa program daur ulang dan sistim kompos. Secaragaris besar, volume sampah Kota <strong>Depok</strong> dapat dihitung melalui perkalian antaratimbulan sampah per kapita dikalikan jumlah penduduk Kota <strong>Depok</strong>. Dengan asumsitimbulan sampah adalah 2,6 liter/orang/hari, maka volume sampah yang dihasilkan13


Kota <strong>Depok</strong> pada <strong>tahun</strong> 2005 adalah 3,810 meter kubik per hari. Sebagian besarsampah yang dihasilkan penduduk Kota <strong>Depok</strong> pada umumnya merupakan sampahorganik yang mudah membusuk.Dengan asumsi timbulan sampah adalah 2,6 liter/orang/hari, maka prediksivolume sampah yang dihasilkan Kota <strong>Depok</strong> mencapai 4.617 m 3per hari pada<strong>tahun</strong> 2010. Volume sampah tersebut mendekati kapasitas maksimum sistem yangada saat ini. Untuk itu diperlukan sistem pemusnahan sampah berkapasitas besaratau penanganan sampah dari sumbernya. Ilustrasi grafis mengenai pertumbuhanjumlah penduduk dan volume sampah dapat dilihat pada Gambar II-3 berikut :Gambar II-3. Proyeksi Jumlah Penduduk & Volume Sampah di Kota <strong>Depok</strong>Jumlah Penduduk & Volume SampahJumlah Pe nduduk1.61.41.21.00.80.60.40.2Juta orang1.85,0004,5004,0003,5003,00<strong>02</strong>,50<strong>02</strong>,0001,5001,000500Volume Sampah (m 3 /hari)0.01999 2000 2001 20<strong>02</strong> 2003 2004 2005 <strong>2006</strong> 2007 2008 2009 2010 2011-Jumlah Penduduk 921, 1,16 1,20 1,24 1,33 1,36 1,37 1,44 1,49 1,53 1,56 1,61 1,66Volume Sampah (m3/hari) 2,39 3,01 3,13 3,24 3,47 3,56 3,57 3,76 3,88 3,99 4,08 4,20 4,33Sumber: Kota <strong>Depok</strong> Dalam Angka 2001, 20<strong>02</strong>, 2003, 2004, 2005, Bapeda dan BPS Kota <strong>Depok</strong>.14


2.2. KONDISI DEMOGRAFISebagai Kota yang berbatasan langsung dengan Ibu<strong>kota</strong> Negara, Kota <strong>Depok</strong>menghadapi berbagai permasalahan per<strong>kota</strong>an, termasuk masalah kependudukan.Sebagai <strong>daerah</strong> penyangga Kota Jakarta, Kota <strong>Depok</strong> mendapatkan tekanan migrasipenduduk yang cukup tinggi sebagai akibat dari meningkatnya jumlah kawasanpermukiman, pendidikan, perdagangan dan jasa.A. Jumlah PendudukJumlah penduduk di Kota <strong>Depok</strong> <strong>tahun</strong> 2005 mencapai 1.374.522 jiwa, terdiriatas laki-laki 696.329 jiwa (50,66%) dan perempuan 678.193 jiwa (49,34%),Sedangkan luas wilayah hanya 200,29 km 2 , maka kepadatan penduduk Kota <strong>Depok</strong>adalah 6.863 jiwa/km 2 . Tingkat kepadatan penduduk tersebut tergolong “padat”,apalagi jika dikaitkan dengan penyebaran penduduk yang tidak merata.Dalam kurun waktu 5 <strong>tahun</strong> (2000 – 2005) penduduk Kota <strong>Depok</strong> mengalamipeningkatan sebesar 447.993 jiwa. Pada <strong>tahun</strong> 1999 jumlah penduduk masihdibawah 1 juta jiwa dan pada <strong>tahun</strong> 2005 telah mencapai 1.374.522 jiwa, sehinggaperkembangan rata-rata 4,23 % per <strong>tahun</strong>. Peningkatan tersebut disebabkantingginya angka migrasi setiap <strong>tahun</strong>nya. Pada <strong>tahun</strong> 2010, diperkirakan jumlahpenduduk akan mencapai jumlah 1.610.000 jiwa dan kepadatan pendudukmencapai 7.877 jiwa per km 2 .Adapun angka kelahiran penduduk dari <strong>tahun</strong> 1999 sampai 2004 senantiasaberfluktuasi, demikian juga angka kematian berfluktuasi hampir mendekati polaangka kelahiran. Pada <strong>tahun</strong> 2004, angka kelahiran sebesar 3.713 jiwa dan angkakematian 1,962 jiwa.Meningkatnya jumlah penduduk Kota <strong>Depok</strong> disebabkan tingginya migrasipenduduk ke Kota <strong>Depok</strong> sebagai akibat pesatnya pengembangan <strong>kota</strong> yang dapatdilihat dari meningkatnya pengembangan kawasan perumahan. Angka kepergianpenduduk Kota <strong>Depok</strong> <strong>tahun</strong> 2004 memperlihatkan pula pola yang berfluktuasi,dimana jumlah penduduk yang datang 11,899 jiwa dan penduduk yang pergi 4.503jiwa, atau rata-rata jumlah pendatang per<strong>tahun</strong> mencapai 7,396 jiwa. Berdasarkanperkembangan tersebut diperkirakan jumlah penduduk yang datang ke Kota <strong>Depok</strong>pada waktu mendatang akan meningkat, seiring dengan semakin banyaknyaoperasional kegiatan jasa dan niaga yang berkembang pesat.15


Gambar II-6. Proyeksi Penduduk Usia Sekolah di Kota <strong>Depok</strong>100%Penduduk Usia Sekolah80%60%40%20%0%2000 2001 20<strong>02</strong> 2003 2004 2005 <strong>2006</strong> 2007 2008 2009 2010 2011Bukan Usia Sekolah 888,6 931,1 964,2 1,060, 1,131, 1,131, 1,208, 1,249, 1,285, 1,314, 1,356, 1,400,Jumlah Anak Umur 16-18 th 78,51 78,41 81,48 76,55 56,33 52,44 49,44 47,06 45,13 43,52 42,17 41,<strong>02</strong>Jumlah Anak Umur 13-15 th 67,22 66,83 69,25 68,94 48,84 55,52 48,01 49,58 50,90 52,76 54,62 56,49Jumlah Anak Umur 7-12 th 126,4 128,3 132,2 129,3 132,7 134,8 141,3 146,6 152,7 158,2 164,1 169,8Sumber: Kota <strong>Depok</strong> Dalam Angka 2001, 20<strong>02</strong>, 2003, 2004, 2005, Bapeda dan BPS.Sedangkan jumlah anak usia sekolah 7 – 12 <strong>tahun</strong> berdasarkan data yang ada<strong>tahun</strong> 2000 sampai dengan <strong>tahun</strong> 2005, jumlah anak usia 7-12 <strong>tahun</strong> yang tidaksekolah cenderung menurun setiap <strong>tahun</strong>nya, dan diproyeksikan pada <strong>tahun</strong>2011 jumlah anak usia 7-12 <strong>tahun</strong> yang tidak bersekolah menjadi 0 % sebagaimanaterlihat dari gambar II-7 proyeksi pendidikan anak usia 7 – 12 <strong>tahun</strong> berikut :Gambar II-7. Proyeksi Pendidikan Anak Usia 7-12 <strong>tahun</strong> di Kota <strong>Depok</strong>Pendidikan Anak Usia 7-12 <strong>tahun</strong>100%90%80%70%60%50%40%30%20%10%0%2000 2001 20<strong>02</strong> 2003 2004 2005 <strong>2006</strong> 2007 2008 2009 2010 2011Tidak Sekolah 17,19 14,52 12,85 6,562 2,656 - - - 0 - 0 -Sekolah SD 109,2 113,8 119,3 122,8 130,1 134,8 141,3 146,6 152,7 158,2 164,1 169,8Sumber: Indikator Kesejahteraan Rakyat Tahun 20<strong>02</strong> dan Tahun 200318


Adapun jumlah anak usia 13-15 <strong>tahun</strong> yang tidak sekolah selama periode <strong>tahun</strong>2000 sampai 2005 setiap <strong>tahun</strong> mencapai 10% lebih. Pada <strong>tahun</strong> 2004 jumlah anakusia 13-15 <strong>tahun</strong> yang tidak sekolah menurun atau kurang dari 10 %. Jikakecenderungan ini terus berlanjut maka diperkirakan jumlah anak usia 13-15 <strong>tahun</strong>yang tidak bersekolah akan menjadi 0% pada <strong>tahun</strong> 2011, sebagaimana terlihatpada gambar II-8 berikut :Gambar II-8. Proyeksi Pendidikan Anak Usia 13-15 <strong>tahun</strong> di Kota <strong>Depok</strong>100%Pendidikan Anak Usia 13-15 <strong>tahun</strong>80%60%40%20%0%2000 2001 20<strong>02</strong> 2003 2004 2005 <strong>2006</strong> 2007 2008 2009 2010 2011Tidak Sekolah 28,40 28,52 9,912 27,34 5,383 10,20 830 537 - - - -Sekolah SLTP 38,81 38,31 59,34 41,60 43,46 45,32 47,18 49,04 50,90 52,76 54,62 56,49Sumber: Indikator Kesejahteraan Rakyat Tahun 20<strong>02</strong> dan Tahun 2003, BPS Kota <strong>Depok</strong>19


Selama periode <strong>tahun</strong> 2000 sampai <strong>tahun</strong> 2005, jumlah anak usia 16-18 <strong>tahun</strong>yang tidak sekolah terus menurun. Jika kecenderungan ini terus berlanjut makadiperkirakan jumlah anak usia 16-18 <strong>tahun</strong> yang tidak bersekolah pada <strong>tahun</strong> 2011diproyeksikan menjadi 0% sebagaimana terlihat dalam gambar II-9 berikut :Gambar II-9. Proyeksi Pendidikan Anak Usia 16-18 <strong>tahun</strong> di Kota <strong>Depok</strong>100%90%80%70%60%50%40%30%20%10%0%Pendidikan Anak Usia 16-18 <strong>tahun</strong>(Dalam Ribuan Jiwa)2000 2001 20<strong>02</strong> 2003 2004 2005 <strong>2006</strong> 2007 2008 2009 2010 2011Tidak Sekolah 49,12 46,38 49,71 43,50 20,81 14,43 8,957 4,096 - - - -Sekolah SLTA 29,38 32,<strong>02</strong> 31,77 33,04 35,52 38,00 40,48 42,96 45,45 47,93 50,41 52,89Sumber: Indikator Kesejahteraan Rakyat Tahun 20<strong>02</strong> dan Tahun 2003C. Angkatan KerjaData komposisi tenaga kerja pada <strong>tahun</strong> 2005 menunjukkan bahwa dari 585.798angkatan kerja, sebanyak 82.420 orang belum mendapatkan kesempatan kerja.Angka ini sama dengan 14,07% dari total angkatan kerja, atau 6 % dari totalpenduduk Kota <strong>Depok</strong>. Persentase ini relatif tinggi dibandingkan persentasepengangguran di Jawa Barat, yang hanya berkisar 4,7% pada <strong>tahun</strong> 2005.20


Angkatan kerja di Kota <strong>Depok</strong> sebagian besar bekerja di sektor tersier, yaitusektor yang meliputi lapangan usaha perdagangan, angkutan, komunikasi,keuangan dan jasa-jasa. Pada <strong>tahun</strong> 2005, jumlah angkatan kerja yang terlibat disektor tersier sebesar 408.300 orang, atau sama dengan 69,7 % dari total angkatankerja. Pada sektor sekunder, yaitu sektor yang meliputi lapangan usaha industripengolahan, listrik, gas, air minum dan konstruksi, jumlah angkatan kerja yangterlibat sebanyak 136.080 orang, atau sama dengan 23,2 % dari total angkatankerja. Sedangkan di sektor primer, yaitu sektor yang meliputi lapangan usahapertanian dan pertambangan, jumlah angkatan kerja yang terlibat hanya 19.700orang atau sekitar 3,37 % dari total angkatan kerja.Diprediksi jumlah angkatan kerja dan pencari kerja di Kota <strong>Depok</strong> akanmeningkat sebanding dengan pertumbuhan jumlah penduduknya. Diproyeksikanangkatan kerja pada <strong>tahun</strong> 2005 berjumlah sekitar 585.000, dan akan meningkatpada <strong>tahun</strong> 2011 menjadi 786.000 orang, sementara itu pencari kerja pada <strong>tahun</strong>2005 berjumlah 82.420 orang atau 7,57 % dari angkatan kerja, dan pada <strong>tahun</strong> 2010diproyeksikan mencapai 97.000 orang atau 8,22 % dari angkatan kerja,sebagaimana gambar II-10 berikut :Gambar II-10. Proyeksi Jumlah Angkatan Kerja dan Persentase Pencari Kerja.Angkatan KerjaJumlah Angkatan Kerja dan Persentase Pencari Kerjadiantara Penduduk Berusia 10 Tahun KeatasRibu Orang90080070060050040030<strong>02</strong>00100-2000 2001 20<strong>02</strong> 2003 2004 2005 <strong>2006</strong> 2007 2008 2009 2010 201110%9%8%7%6%5%4%3%2%1%0%Pencari KerjaAngkatan Kerja 436, 443, 496, 543, 570, 585, 635, 662, 690, 723, 758, 786,Pencari Kerja 5.08 4.89 8.76 7.99 6.73 7.57 8.37 7.64 7.60 8.07 8.15 8.22Sumber: Kota <strong>Depok</strong> Dalam Angka 2001, 20<strong>02</strong>, 2003, 2004, 2005, BPS Kota <strong>Depok</strong>21


Persentase angkatan kerja Kota <strong>Depok</strong> yang bergerak di sektor primerdiperkirakan akan semakin kecil di masa mendatang. Pada <strong>tahun</strong> 2011 diperkirakantenaga kerja yang bekerja pada sektor primer hanya sekitar 1,32 % dari totalangkatan kerja, sebagaimana grafik Gambar II-11 berikut :Gambar II-11. Perkembangan Persentase PDRB Sektor Primer di Kota <strong>Depok</strong>PERSEN TENAGA KERJA (% )PERSENTASE dan JUMLAH TENAGA KERJAPADA LAPANGAN USAHA PRIMER4.03.53.<strong>02</strong>.52.01.51.00.520,00018,00016,00014,00012,00010,0008,0006,0004,00<strong>02</strong>,000Jumlah Tenaga Kerja0.<strong>02</strong>000 2001 20<strong>02</strong> 2003 2004 2005 <strong>2006</strong> 2007 2008 2009 2010 2011-Pertanian 3.8 3.79 2.32 3.29 2.12 3.16 2.35 2.15 1.94 1.73 1.53 1.32Jumlah Tenaga Kerja Primer 16,592 16,817 11,520 17,872 12,096 18,494 14,958 14,221 13,392 12,539 11,574 10,367Sumber: Kota <strong>Depok</strong> Dalam Angka 2001, 20<strong>02</strong>, 2003, 2004, 2005, BPS Kota <strong>Depok</strong>Sedangkan kontribusi PDRB pada sektor sekunder semakin meningkat,persentase angkatan kerja Kota <strong>Depok</strong> yang bergerak di sektor sekunder pada<strong>tahun</strong> 2005 mencapai 131.280 orang atau 22,41 % dari total angkatan kerja, danpada <strong>tahun</strong> 2011 diperkirakan akan mencapai 141.060 orang atau 17,93 % dari totalangkatan kerja. Hal ini disebabkan adanya penurunan tenaga kerja sektor industrisecara global, sebagai dampak meningkatnya pemanfaatan teknologi mesin secaraefisien pada industri pengolahan. Namun secara nominal jumlah angkatan kerjayang terserap pada sektor sekunder tetap meningkat, dari sekitar 131.000 orangpada <strong>tahun</strong> 2005 menjadi sekitar 140.000 orang pada <strong>tahun</strong> 2011, sebagaimanagrafik perkembangan persentase tenaga kerja sektor sekunder pada Gambar II-12berikut :22


Gambar II-12. Perkembangan Persentase Tenaga Kerja Sektor Sekunder di Kota<strong>Depok</strong>PERSEN TENAG A KERJA (%)PERSENTASE dan JUMLAH TENAGA KERJA PADA LAPANGANUSAHA SEKUNDER252015105160,000140,000120,000100,00080,00060,00040,00<strong>02</strong>0,000Jumlah Te naga Ke rja<strong>02</strong>000 2001 20<strong>02</strong> 2003 2004 2005 <strong>2006</strong> 2007 2008 2009 2010 2011-Listrik, Gas & Air Minum 1.1 1.06 1.12 1.03 0.97 0.91 0.90 0.86 0.83 0.79 0.75 0.71Industri Olahan 21.9 20.54 17.25 16.81 17.81 20.68 17.69 17.27 16.85 16.43 16.01 15.59Bangunan & Konstruksi 8.5 8.08 9.69 6.48 5.73 5.22 4.62 3.85 3.09 2.33 1.57 0.81Jumlah Tenaga Kerja Sekunder 100,4 98,55 92,30 101,9 110,1 131,2 124,3 127,4 130,5 134,5 138,5 141,0Sumber: Kota <strong>Depok</strong> Dalam Angka 2001, 20<strong>02</strong>, 2003, 2004, 2005, BPS Kota <strong>Depok</strong>Walaupun konstribusi sektor tersier terhadap PDRB menurun, tetapipersentase angkatan kerja Kota <strong>Depok</strong> yang bergerak di sektor ini sudah sangatbesar. Hal ini menunjukkan potensi sektor tersier dalam menyerap tenaga kerjamemberikan konstribusi sebesar 69,7 % dari total angkatan kerja pada <strong>tahun</strong> 2005dan pada <strong>tahun</strong> 2011 diperkirakan mencapai 81 % dari total angkatan kerja.Secara nominal peningkatan penyerapan tenaga kerja sektor tersier pada <strong>tahun</strong>2005 mencapai 415.000 orang, dan akan mencapai 628.900 orang pada <strong>tahun</strong> 2011sebagaimana grafik Gambar II-13 perkembangan persentase tenaga kerja sektortersier berikut :23


Gambar II-13. Perkembangan Persentase Tenaga Kerja Sektor Tersier di Kota<strong>Depok</strong>PERSEN TENAGA KERJA (% )PERSENTASE dan JUMLAH TENAGA KERJAPADA LAPANGAN USAHA TERSIER9080706050403<strong>02</strong>010<strong>02</strong>000 2001 20<strong>02</strong> 2003 2004 2005 <strong>2006</strong> 2007 2008 2009 2010 2011700,000600,000500,000400,000300,00<strong>02</strong>00,000100,000-Jumlah Tenaga KerjaJasa-jasa 31.8 22.11 27.67 27.07 27.87 24.84 25.08 24.56 24.04 23.53 23.01 22.49Bank & Lembaga Keuangan 2.2 11.<strong>02</strong> 7.45 5.95 10.93 10.55 12.01 13.16 14.30 15.44 16.58 17.72Angkutan & Komuniksi 8.1 9.89 11.09 11.83 10.32 11.43 12.31 12.84 13.37 13.91 14.44 14.97Perdangan, hotel & Restoran 22.6 22.9 23.19 26.61 23.72 22.40 24.06 24.20 24.34 24.48 24.62 24.76Jumlah Tenaga Kerja Tersier 282,5 292,5 344,5 388,1 415,5 405,4 466,7 495,2 525,1 559,9 596,8 628,9Sumber: Kota <strong>Depok</strong> Dalam Angka 2001, 20<strong>02</strong>, 2003, 2004, 2005, BPS Kota <strong>Depok</strong>D. Angka Kemiskinan dan Pemerataan PendapatanPada <strong>tahun</strong> 2005 batas garis kemiskinan di Kota <strong>Depok</strong> diprediksikan beradapada tingkat penghasilan sekitar Rp. 206.000/kapita/bulan, dan akan meningkatmenjadi Rp. 323.000/kapita/bulan pada <strong>tahun</strong> 2011. Jumlah penduduk miskin yangterdata pada <strong>tahun</strong> 2005 sebesar 77.460 orang atau 5,77 % dari jumlah penduduk,dan diprediksikan akan mencapai 115.000 orang atau 7,9 % dari jumlah penduduk,sebagaimana terlihat pada grafik kemiskinan pada gambar II-14 berikut :24


Gambar II-14. Proyeksi Jumlah dan Persentase Penduduk Miskin di Kota <strong>Depok</strong>140,000Kemiskinan9%Jumlah Penduduk Miskin120,000100,00080,00060,00040,00<strong>02</strong>0,0008%7%6%5%4%3%2%1%Persen Penduduk Miskin-2000 20<strong>02</strong> 2003 2004 2005 <strong>2006</strong> 2007 2008 2009 2010 2011Jmlh penduduk miskin (orang) 37,30 68,50 65,00 64,00 77,46 84,28 91,10 93,49 1<strong>02</strong>,2 110,0 115,0% Penduduk miskin 3.23% 5.62% 4.96% 4.84% 5.77% 6.17% 6.57% 6.59% 7.19% 7.65% 7.90%0%Sumber: Laporan Pembangunan Manusia Kota <strong>Depok</strong> Tahun 2004, BPS Kota <strong>Depok</strong>Ketimpangan pendapatan di Kota <strong>Depok</strong> diperkirakan akan meningkatdibandingkan dengan data <strong>tahun</strong> 2005 sebesar 0,217 dan pada <strong>tahun</strong> 2011diperkirakan mencapai 0,257. Hal ini ditunjukan oleh pemerataan pendapatan yangdiukur dengan indikator Gini Ratio, di mana pemerataan pendapatan dua dan tiga<strong>tahun</strong> lalu lebih baik dari kondisi sekarang sebagaimana ditunjukkan grafik gambarII-15 berikut :Gambar II-15 Proyeksi Pemerataan Pendapatan.0.35Pemerataan Pendapatan0.300.250.200.150.100.050.0<strong>02</strong>001 20<strong>02</strong> 2003 2004 2005 <strong>2006</strong> 2007 2008 2009 2010 2011Gini Ratio 0.152 0.121 0.281 0.314 0.217 0.239 0.271 0.257 0.243 0.256 0.257Sumber: Laporan Pembangunan Manusia Kota <strong>Depok</strong> Tahun 200425


2.3. PEREKONOMIAN DAERAH2.3.1 Produk Domestik Regional BrutoSelama tiga <strong>tahun</strong> terakhir (20<strong>02</strong> – 2005) perekonomian Kota <strong>Depok</strong> rata-ratatumbuh 6% lebih per <strong>tahun</strong>. Pertumbuhan terbesar terjadi pada <strong>tahun</strong> 2004 yaitusebesar 6,45%. Diperkirakan sampai dengan <strong>tahun</strong> 2011, rata-rata pertumbuhanekonomi Kota <strong>Depok</strong> akan berkisar pada 6 % per<strong>tahun</strong>, sebagaimana grafikpertumbuhan ekonomi Kota <strong>Depok</strong> pada gambaran II-16 berikut :Gambar II-16. Laju Pertumbuhan Ekonomi di Kota <strong>Depok</strong>250Laju Pertumbuhan Ekonomi7%Indeks (Tahun 1993 = 100)200150100506%5%4%3%2%1%Pertumbuhan<strong>02</strong>000 2001 20<strong>02</strong> 2003 2004 2005 <strong>2006</strong> 2007 2008 2009 2010 20110%Indeks PDRB 98.30 104.1 110.5 117.5 125.1 132.7 141.1 150.0 159.4 169.4 180.1 191.3LPE 4.47 5.98 6.12 6.34 6.45 6.07 6.34 6.31 6.25 6.24 6.32 6.26Sumber: Produk Domestik Regional Bruto Kota <strong>Depok</strong> Menurut Lapangan Usaha <strong>tahun</strong> 2000-2005. (Bapeda dan BPS Kota <strong>Depok</strong>)26


A. PDRB Sektor PrimerSektor primer di Kota <strong>Depok</strong> hanya terdiri dari lapangan usaha pertaniandalam arti luas yang meliputi usaha peternakan, perikanan dan perkebunan.Sedangkan sektor primer yang meliputi lapangan usaha pertambangan danpenggalian tidak terdapat di Kota <strong>Depok</strong>.Persentase PDRB sektor primer Kota <strong>Depok</strong> <strong>tahun</strong> 2005 hanya 2,81% dari total PDRB, presentase ini akan semakin kecil di masa mendatang, danpada <strong>tahun</strong> 2011 diperkirakan PDRB sektor primer di Kota <strong>Depok</strong> hanyamencapai 2,19% dari total PDRB. Grafik perkembangan persentase PDRBsektor primer di Kota <strong>Depok</strong> dapat diilihat pada Gambar II-17 berikut :Gambar II-17. Perkembangan Persentase PDRB Sektor Primer di Kota <strong>Depok</strong>3.5PERSENTASE PDRBLAPANGAN USAHA PRIMER3.<strong>02</strong>.52.01.51.00.50.<strong>02</strong>000 2001 20<strong>02</strong> 2003 2004 2005 <strong>2006</strong> 2007 2008 2009 2010 20111. Pertanian 3.32 3.21 3.12 3.00 2.91 2.81 2.70 2.60 2.50 2.40 2.30 2.19Sumber: Produk Domestik Regional Bruto Kota <strong>Depok</strong> Menurut Lapangan Usaha <strong>tahun</strong> 2000-2005. (Bapeda dan BPS Kota <strong>Depok</strong>)27


1. PDRB Lapangan Usaha PertanianLapangan usaha pertanian memberikan kontribusi PDRB sebesar3,59% terhadap nilai total PDRB Kota <strong>Depok</strong>, dengan laju pertumbuhan2,22%. Kecilnya konstribusi sektor pertanian diakibatkan berbagaipermasalahan, diantaranya adalah produktivitas, efesiensi usaha,konservasi lahan pertanian, keterbatasan sarana dan prasarana, sertaterbatasnya kredit dan infrastruktur pertanian. Disamping itu,pembangunan pertanian Kota <strong>Depok</strong> juga menghadapi masalah lainnya,seperti : lahan yang semakin menyempit, rendahnya kualitas sumber dayamanusia pertanian, serta keterbatasan pemanfaatan teknologi.Perkembangan PDRB (atas dasar harga konstan 1993) darilapangan usaha pertanian sebagaimana ditunjukkan dalam Tabel II-2.aberikut :Tabel II-2. a. PDRB Kota <strong>Depok</strong> dari Lapangan Usaha Pertanian (ADHK1993)Lapangan Usaha 1999 2000 2001 20<strong>02</strong> 2003 2004PERTANIAN 42,400.90 43,099.10 44,214.03 45,551.59 46,561.40 48,086.77Tanaman Bahan Makanan 6,639.64 6,804.16 6,999.76 7,176.93 7,377.17 7,675.07Tanaman Perkebunan 140.25 140.54 146.64 148.36 150.16 151.99Peternakan 31,703.10 31,957.76 32,633.10 33,634.09 34,370.68 35,523.47Kehutanan - - - - - -Perikanan 3,917.91 4,196.64 4,434.53 4,592.21 4,663.39 4,736.24Sumber: Produk Domestik Regional Bruto Kota <strong>Depok</strong> Menurut Lapangan Usaha <strong>tahun</strong>2000- 2005. (Bapeda dan BPS Kota <strong>Depok</strong>)Sedangkan persentase PDRB lapangan usaha pertanian Kota <strong>Depok</strong>dibandingkan total PDRB Kota <strong>Depok</strong> adalah sebagaimana ditampilkanpada Tabel II-2.b berikut :Tabel II-2. b. Persentase PDRB dari Lapangan Usaha Pertanian (ADHK1993) di Kota <strong>Depok</strong>Sektor 1999 2000 2001 20<strong>02</strong> 2003 20041. Pertanian 3.41 3.32 3.21 3.12 3.00 2.91Sumber: Produk Domestik Regional Bruto Kota <strong>Depok</strong> Menurut Lapangan Usaha <strong>tahun</strong> 2000-2005. (Bapeda dan BPS Kota <strong>Depok</strong>)28


Pertumbuhan sektor pertanian Kota <strong>Depok</strong> selama periode <strong>tahun</strong>1999-2003 di bawah 3 % per <strong>tahun</strong> dengan PDRB lapangan usahapertanian tidak pernah melebihi Rp. 50.000 per kapita. Dibandingkandengan lapangan usaha pertanian Jawa Barat, dengan pertumbuhan ratarata3 % per <strong>tahun</strong> dan PDRB per kapita sebesar Rp. 768.000, maka sektorpertanian Kota <strong>Depok</strong> relatif tertinggal. Secara grafis perbandinganlapangan usaha pertanian Jawa Barat dan Kota <strong>Depok</strong> dapat dilihat padaGambar II-18 berikut :Gambar II-18. Posisi Lapangan Usaha Pertanian Kota <strong>Depok</strong> dibandingrata-rata Jawa Barat.LAPANGAN USAHA PERTANIAN6PERTUMBUHAN (%)Cepat Maju &Cepat Tumbuh3BerkembangCepat20<strong>02</strong>1999200120032000-MajuTertekan768,000RelatifTertinggal-PDRB SEKTOR PER KAPITA (Rp.)Sumber: Produk Domestik Regional Bruto Kota <strong>Depok</strong> Menurut Lapangan Usaha <strong>tahun</strong> 2000-2005 (Bapeda dan BPS Kota <strong>Depok</strong>), diolah29


B. PDRB Sektor SekunderPersentase PDRB sektor sekunder Kota <strong>Depok</strong> saat ini sekitar 52,08 %dari total PDRB. Hal ini menunjukan konstribusi sektor sekunder terhadapstruktur ekonomi Kota <strong>Depok</strong> cukup besar peranannya. Diproyeksikan pada<strong>tahun</strong> 2011 konstribusi PDRB sektor sekunder akan mencapai 53,54 % daritotal PDRB Kota <strong>Depok</strong> sebagaimana diperlihatkan oleh grafik perkembanganpersentase PDRB pada Gambar II – 19 berikut :Gambar II-19. Perkembangan Persentase PDRB Sektor Sekunder di<strong>Depok</strong>KotaPERSENTASE PDRBLAPANGAN USAHA SEKUNDER55504540353<strong>02</strong>000 2001 20<strong>02</strong> 2003 2004 2005 <strong>2006</strong> 2007 2008 2009 2010 20115. Bangunan/ Konstruksi 7.<strong>02</strong> 7.01 6.87 6.82 6.77 6.67 6.60 6.52 6.44 6.36 6.29 6.214. Listrik, Gas & Air Minum 3.97 4.<strong>02</strong> 4.01 3.98 3.96 3.98 3.97 3.97 3.96 3.96 3.95 3.953. Industri Pengolahan 39.86 40.03 40.45 40.78 41.09 41.43 41.76 42.09 42.42 42.75 43.08 43.41Sumber: Produk Domestik Regional Bruto Kota <strong>Depok</strong> Menurut Lapangan Usaha <strong>tahun</strong> 2000-2005. (Bapeda dan BPS Kota <strong>Depok</strong>)30


1. PDRB Lapangan Usaha Industri PengolahanPerkembangan PDRB (atas dasar harga konstan 1993) Kota <strong>Depok</strong>yang berasal dari Lapangan usaha industri pengolahan adalahsebagaimana ditunjukkan dalam Tabel II-3.a berikut :Tabel II-3. a. PDRB Kota <strong>Depok</strong> dari Lapangan Usaha Industri Pengolahan (ADHK 1993)LAPANGAN USAHA 1999 2000 2001 20<strong>02</strong> 2003 2004INDUSTRIPENGOLAHAN489.650,76 517.377,26 550.740,32 590.528,62 633.105,73 679.108,70Industri Migas - - - - - -3.1.1. Pengilangan M.Bumi- - - - - -3.1.2. Gas Alam Cair - - - - - -Industri Non Migas 489.650,76 517.377,26 550.740,32 590.528,62 633.105,73 679.108,70Sumber: Produk Domestik Regional Bruto Kota <strong>Depok</strong> Menurut Lapangan Usaha <strong>tahun</strong> 2000-2005. (Bapeda dan BPS Kota <strong>Depok</strong>)Sedangkan persentase PDRB lapangan usaha industri pengolahanKota <strong>Depok</strong> dibandingkan total PDRB Kota <strong>Depok</strong> adalah sebagaimanaditampilkan pada Tabel II-3.b berikut :Tabel II-3. b. Persentase PDRB dari Lapangan Usaha Industri Pengolahan (ADHK 1993) diKota <strong>Depok</strong>SEKTOR 1999 2000 2001 20<strong>02</strong> 2003 2004INDUSTRIPENGOLAHAN39.41 39.86 40.03 40.45 40.78 41.09Sumber: Produk Domestik Regional Bruto Kota <strong>Depok</strong> Menurut Lapangan Usaha <strong>tahun</strong> 2000-2005. (Bapeda dan BPS Kota <strong>Depok</strong>)31


Hasil-hasil industri pengolahan di Kota <strong>Depok</strong> sebagian telahmenjadi komoditas ekspor. Menurut Dr. Muhammad Wahyudin dalam buku“Industri Orentasi Ekspor: Dinamika dan Analisis Spasial”, selama dasawarsa 1990 –1999, Kota <strong>Depok</strong> diklasifikasikan sebagai <strong>kota</strong> yang tinggiekspor industri manufakturnya diantara 182 kabupaten/<strong>kota</strong> di seluruhIndonesia. Ada 80 kabupaten/<strong>kota</strong> yang mendapat peringkat tinggi eksporindustri manufakturnya pada <strong>tahun</strong> 1990, empat diantaranya dari DKIJakarta dan Jawa Barat, yaitu: Kabupaten Karawang, Kota Jakarta Pusat,Kota Tangerang dan Kota <strong>Depok</strong>.Pada <strong>tahun</strong> 1999 tercatat ada 76 kabupaten/<strong>kota</strong> yang tergolongtinggi ekspor industri manufakturnya, lima diantaranya dari DKI Jakarta danJawa Barat, yaitu: Kota Bogor, Kota Jakarta Barat, Kota Jakarta Pusat, KotaBekasi dan Kota <strong>Depok</strong>. Kota Tangerang naik peringkatnya dari sepuluh<strong>tahun</strong> sebelumnya menjadi sangat tinggi ekspor industri manufakturnya,sedangkan Kota Bogor dan Kota Bekasi turun peringkatnya dan Kota<strong>Depok</strong> berhasil mempertahankan peringkatnya seperti sepuluh <strong>tahun</strong>sebelumnya.Dibandingkan lapangan usaha industri pengolahan Jawa Barat, darirata-rata pertumbuhan PDRB-nya selama lima <strong>tahun</strong> terakhir ini, lapanganusaha industri pengolahan Kota <strong>Depok</strong> berkembang cepat. Selama<strong>tahun</strong> 2000 – 2005, pertumbuhan lapangan usaha industri pengolahan diKota <strong>Depok</strong> hampir selalu di atas 4,5% per <strong>tahun</strong> (ADHK 1993), kecuali<strong>tahun</strong> 1999, padahal rata-rata pertumbuhan lapangan usaha industripengolahan di Jawa Barat (<strong>tahun</strong> 2003 & 2004) hanya 4,5% per <strong>tahun</strong>.Namun, PDRB lapangan Usaha industri pengolahan di Kota <strong>Depok</strong> masih dibawah Rp. 600.000 per kapita (ADHK 1993), sedangkan rata-rata PDRBlapangan usaha industri pengolahan di Jawa Barat pada <strong>tahun</strong> 2003 dan2004 sebesar Rp. 2.400.000 per kapita. Secara grafis, perbandinganlapangan usaha industri pengolahan Jawa Barat dan Kota <strong>Depok</strong> dapatdilihat pada Gambar II-20 berikut :32


Gambar II-20. Posisi Lapangan Usaha Industri Pengolahan Kota <strong>Depok</strong>dibanding Jawa BaratLAPANGAN USAHA INDUSTRI OLAHANPERTUMBUHAN (%)9.0Cepat Maju &Cepat Tumbuh4.5MajuTertekanBerkembangCepatRelatifTertinggal20<strong>02</strong>200320012000-2,400,000PDRB SEKTOR PER KAPITA (Rp.)1999200,000Sumber: Produk Domestik Regional Bruto Kota <strong>Depok</strong> Menurut Lapangan Usaha <strong>tahun</strong>2000- 2005. (Bapeda dan BPS Kota <strong>Depok</strong>), diolah2. PDRB Lapangan Usaha Listrik, Gas dan Air MinumPerkembangan PDRB (atas dasar harga konstan 1993) Kota <strong>Depok</strong>yang berasal dari lapangan usaha listrik, gas dan air minum ditunjukkandalam Tabel II-4.a berikut :Tabel II-4. a. PDRB Kota <strong>Depok</strong> dari Lapangan Usaha Listrik, Gas dan Air Minum(ADHK 1993)LAPANGAN USAHA 1999 2000 2001 20<strong>02</strong> 2003 2004Listrik, Gas dan AirMinum49.649,73 51.596,04 55.328,53 580.573,53 613.867,68 65.374,34Listrik 46.611,81 48.494,93 52.044,14 55.133,42 58.215,38 61.495,00Gas - - - - - -Air Bersih 3.037,92 3.101,11 3.284,21 3.440,11 3.652,30 3.879,34Sumber: Produk Domestik Regional Bruto Kota <strong>Depok</strong> Menurut Lapangan Usaha <strong>tahun</strong>2000- 2005. (Bapeda dan BPS Kota <strong>Depok</strong>)33


Sedangkan persentase PDRB lapangan usaha listrik, gas dan airminum Kota <strong>Depok</strong> terhadap PDRB Kota <strong>Depok</strong> ditampilkan padaTabel II-4.b berikut :Tabel II-4. b. Persentase PDRB dari Lapangan Usaha Listrik, Gas & Air minum(ADHK 1993) di Kota <strong>Depok</strong>SEKTOR 1999 2000 2001 20<strong>02</strong> 2003 2004Listrik, Gas dan Air Minum 4.00 3.97 4.<strong>02</strong> 4.01 3.98 3.96Sumber: Produk Domestik Regional Bruto Kota <strong>Depok</strong> Menurut Lapangan Usaha<strong>tahun</strong> 2000- 2005. (Bapeda dan BPS Kota <strong>Depok</strong>)Dibandingkan lapangan usaha listrik, gas dan air minum Jawa Barat,ditinjau dari rata-rata pertumbuhannya, selama lima <strong>tahun</strong> terakhir ini,lapangan usaha listrik, gas & air minum Kota <strong>Depok</strong> berkembang cepat.Selama tiga <strong>tahun</strong> terakhir pertumbuhan lapangan usaha listrik, gas & airminum di Kota <strong>Depok</strong> selalu diatas 5% per <strong>tahun</strong> (ADHK 1993) (lihatGambar II-21), padahal rata-rata pertumbuhan lapangan usaha listrik, gas& air minum di Jawa Barat (<strong>tahun</strong> 2003 dan 2004) hanya 5% per <strong>tahun</strong>.Namun, PDRB lapangan usaha listrik, gas dan air minum di Kota <strong>Depok</strong>masih dibawah Rp. 60.000 per kapita (ADHK 1993), sedangkan rata-rataPDRB lapangan usaha listrik, gas & air minum di Jawa Barat <strong>tahun</strong> 2003dan 2004 sebesar Rp. 120.000 per kapita. Secara grafis, perbandinganlapangan usaha listrik, gas dan air minum Jawa Barat dan Kota <strong>Depok</strong>dapat dilihat pada Gambar II-21. berikut :34


Gambar II-21. Posisi Lapangan Usaha Listrik, Gas & Air Minum Kota <strong>Depok</strong>dibanding Jawa Barat10.0LAPANGAN USAHALISTRIK, GAS & AIR MINUMPERTUMBUHAN(%)5.0Cepat Maju &Cepat TumbuhMajuTertekanBerkembangCepat19992000RelatifTertinggal200120<strong>02</strong>2003-120,000PDRB SEKTOR PER KAPITA (Rp.)20,000Sumber: Produk Domestik Regional Bruto Kota <strong>Depok</strong> Menurut Lapangan Usaha <strong>tahun</strong>2000- 2005. (Bapeda dan BPS Kota <strong>Depok</strong>), diolahPDRB Lapangan Usaha Bangunan/KonstruksiLapangan usaha ini mencakup kegiatan pembangunan fisik(konstruksi), baik yang digunakan sebagai tempat tinggal (pemukiman) atausarana lainnya yang dilakukan oleh perusahaan konstruksi maupunperorangan.Perkembangan PDRB (atas dasar harga konstan 1993) Kota <strong>Depok</strong>yang berasal dari Lapangan usaha bangunan dan konstruksi adalahsebagaimana ditunjukkan dalam Tabel II.5.a berikut :Tabel II-5.a. PDRB Kota <strong>Depok</strong> dari Lapangan Usaha Konstruksi (ADHK 1993)LAPANGAN USAHA 1999 2000 2001 20<strong>02</strong> 2003 2004Bangunan danKonstruksi89.009,17 91.145,39 96.386,25 100.344,32 105.903,40 111.816,21Sumber: Produk Domestik Regional Bruto Kota <strong>Depok</strong> Menurut Lapangan Usaha <strong>tahun</strong>2000- 2005. (Bapeda dan BPS Kota <strong>Depok</strong>)35


Sedangkan persentase PDRB lapangan usaha bangunan dankonstruksi Kota <strong>Depok</strong> terhadap PDRB Kota <strong>Depok</strong> ditampilkan pada TabelII-5.b berikut :Tabel II-5. b. Persentase PDRB dari Lapangan Usaha Konstruksi (ADHK 1993) diKota <strong>Depok</strong>SEKTOR 1999 2000 2001 20<strong>02</strong> 2003 2004Bangunan danKonstruksi7.16 7.<strong>02</strong> 7.01 6.87 6.82 6.77Sumber: Produk Domestik Regional Bruto Kota <strong>Depok</strong> Menurut Lapangan Usaha<strong>tahun</strong> 2000- 2005. (Bapeda dan BPS Kota <strong>Depok</strong>)Lapangan usaha bangunan/konstruksi Kota <strong>Depok</strong> relatiftertinggal dibandingkan dengan lapangan usaha bangunan/konstruksiJawa Barat, baik rata-rata pertumbuhannya maupun rata-rata PDRB perkapitanya. Selama <strong>tahun</strong> 1999-2003 pertumbuhan lapangan usahabangunan/konstruksi di Kota <strong>Depok</strong> selalu dibawah 9% per <strong>tahun</strong> (ADHK1993), padahal rata-rata pertumbuhan lapangan usahabangunan/konstruksi di Jawa Barat (<strong>tahun</strong> 2003 & 2004) mencapai 9% per<strong>tahun</strong>.Berdasarkan PDRB per kapita, lapangan usaha bangunan/konstruksidi Kota <strong>Depok</strong> tidak pernah mencapai Rp. 100.000 per kapita (ADHK 1993),sedangkan rata-rata PDRB lapangan usaha bangunan/konstruksi di JawaBarat <strong>tahun</strong> 2003 dan 2004 sebesar Rp. 160.000 per kapita. Secara grafis,perbandingan lapangan usaha bangunan/konstruksi Jawa Barat dan Kota<strong>Depok</strong> dapat dilihat pada Gambar II-22. berikut :36


Gambar II-22. Posisi Lapangan Usaha Konstruksi Kota <strong>Depok</strong> dibandingJawa BaratLAPANGAN USAHA KONSTRUKSIPERTUMBUHAN (%)Cepat Maju &Cepat Tumbuh9.0-MajuTertekan160,000BerkembangCepatRelatifTertinggal200120001999200320<strong>02</strong>PDRB SEKTOR PER KAPITA (Rp.)60,000Sumber: Produk Domestik Regional Bruto Kota <strong>Depok</strong> Menurut Lapangan Usaha<strong>tahun</strong> 2000- 2005. (Bapeda dan BPS Kota <strong>Depok</strong>), diolahC. PDRB Sektor TersierSektor tersier terdiri dari lapangan usaha perdagangan, hotel danrestoran, lapangan usaha angkutan dan komunikasi, lapangan usaha bank &lembaga keuangan lainnya, serta lapangan usaha jasa-jasa.Selama lima <strong>tahun</strong> terakhir persentase PDRB sektor tertier Kota<strong>Depok</strong> menunjukkan penurunan meskipun tidak signifikan. Kecenderunganpenurunan ini akan terbawa ke masa mendatang. Tanpa pengelolaan yangtepat, kontribusi sektor tertier terhadap struktur ekonomi Kota <strong>Depok</strong> akansemakin kecil. Pada <strong>tahun</strong> 2010, yakni lima <strong>tahun</strong> dari sekarang, diperkirakankontribusi PDRB sektor tertier di Kota <strong>Depok</strong> berkurang 0,74% menjadi44,37%. Grafik perkembangan persentase PDRB sektor tersier di Kota <strong>Depok</strong>dapat dilihat pada Gambar II-23 berikut :37


Gambar II-23. Perkembangan Persentase PDRB Sektor Tersier di Kota <strong>Depok</strong>50PERSENTASE PDRBLAPANGAN USAHA TERSIERPERSEN PDRB (%)403<strong>02</strong><strong>02</strong>000 2001 20<strong>02</strong> 2003 2004 2005 <strong>2006</strong> 2007 2008 2009 2010 20119. Jasa-jasa 9.54 9.56 9.41 9.28 9.15 9.07 8.96 8.85 8.75 8.64 8.53 8.438. Bank & Lembaga Keuangan lain 4.81 4.82 4.79 4.87 4.95 5.00 5.05 5.11 5.16 5.22 5.27 5.337. Pengangkutan & Komunikasi 5.99 6.03 6.12 6.15 6.18 6.21 6.24 6.27 6.31 6.34 6.37 6.416. Perdagangan, Hotel & Restoran 25.49 25.32 25.23 25.12 24.99 24.85 24.72 24.59 24.46 24.33 24.20 24.08Sumber: Produk Domestik Regional Bruto Kota <strong>Depok</strong> Menurut Lapangan Usaha <strong>tahun</strong> 2000-2005. (Bapeda dan BPS Kota <strong>Depok</strong>)PDRB Lapangan Usaha Perdagangan, Hotel dan RestoranPerkembangan PDRB (atas dasar harga konstan 1993) Kota <strong>Depok</strong>yang berasal dari lapangan usaha perdagangan, hotel dan restoranditunjukkan dalam Tabel II-6.a berikut :Tabel II-6.a. PDRB Kota <strong>Depok</strong> dari Lapangan Usaha Perdagangan, Hotel & Restoran (ADHK1993)LAPANGAN USAHA 1999 2000 2001 20<strong>02</strong> 2003 2004Perdagangan, Hoteldan Restoran318.713,60 330.852,92 348.361,56 368.341,50 389.971,67 413.054,94Perdagangan 255.657,51 266.0<strong>02</strong>,32 279.731,34 294.669,01 312.054,48 330.609,30Hotel 1.453,90 1.455,79 1.490,86 1.510,41 1.519,20 1.528,10Restoran 61.608,19 63.394,81 67.139,36 72.162,08 76.397,99 80.917,54Sumber: Produk Domestik Regional Bruto Kota <strong>Depok</strong> Menurut Lapangan Usaha <strong>tahun</strong> 2000-2005. (Bapeda dan BPS Kota <strong>Depok</strong>)38


Sedangkan persentase PDRB lapangan usaha perdagangan, hotel danrestoran dibandingkan total PDRB ditampilkan pada Tabel II-6.b berikut :Tabel II-6. b. Persentase PDRB dari Lapangan Usaha Perdagangan, Hotel &Restoran (ADHK 1993) di Kota <strong>Depok</strong>Sektor 1999 2000 2001 20<strong>02</strong> 2003 20046. Perdagangan, Hotel & Restoran 25.65 25.49 25.32 25.23 25.12 24.99Sumber: Produk Domestik Regional Bruto Kota <strong>Depok</strong> Menurut Lapangan Usaha <strong>tahun</strong> 2000-2005. (Bapeda dan BPS Kota <strong>Depok</strong>)Sektor lapangan usaha perdagangan, hotel dan restoran Kota <strong>Depok</strong>berkembang cepat jika dibandingkan dengan sektor serupa di Jawa Barat.Ditinjau dari rata-rata pertumbuhannya selama <strong>tahun</strong> 2001 – 2003,pertumbuhan lapangan usaha perdagangan, hotel dan restoran Kota <strong>Depok</strong>selalu diatas 5% per <strong>tahun</strong> (ADHK 1993), sedangkan rata-rata pertumbuhanJawa Barat pada <strong>tahun</strong> 2003 - 2004 hanya 4% per <strong>tahun</strong>. Dalam segi PDRBper kapita, lapangan Usaha perdagangan, hotel dan restoran di Kota <strong>Depok</strong>maksimum hanya mencapai Rp. 320.000 per kapita (ADHK 1993) pada <strong>tahun</strong>1999-2003, sedangkan rata-rata di Jawa Barat <strong>tahun</strong> 2003 - 2004 adalah Rp.1.000.000 per kapita. Secara grafis, perbandingannya pada Gambar II-24.berikut :Gambar II-24. Posisi Lapangan Usaha Perdagangan, Hotel & Restoran Kota<strong>Depok</strong> dibanding Jawa BaratPERTUMBUHAN(%)8.04.0LAPANGAN USAHA PERDAGANGAN, HOTEL& RESTORANCepat Maju &Cepat TumbuhMajuTertekanBerkembangCepatRelatifTertinggal20<strong>02</strong>2003200120001999-1,000,000PDRB SEKTOR PER KAPITA (Rp.)200,000Sumber: Produk Domestik Regional Bruto Kota <strong>Depok</strong> Menurut Lapangan Usaha <strong>tahun</strong>2000- 2005. (Bapeda dan BPS Kota <strong>Depok</strong>), diolah39


1. PDRB Lapangan Usaha Angkutan dan KomunikasiSalah satu potensi <strong>kota</strong> <strong>Depok</strong> adalah di sektor perhubungan. LokasiKota <strong>Depok</strong> yang dekat dengan ibu<strong>kota</strong> dan banyaknya penduduk yangbekerja di ibu<strong>kota</strong> Jakarta, menyebabkan meningkatnya kegiatan perjalanancommuter (pulang-pergi) antara kedua <strong>kota</strong> tersebut. Perkembangan PDRBatas dasar harga konstan 1993 Kota <strong>Depok</strong> yang berasal dari lapanganusaha angkutan dan komunikasi diperlihatkan oleh Tabel II-7.a berikut :Tabel II-7.a. PDRB Kota <strong>Depok</strong> dari Lapangan Usaha Angkutan & Komunikasi (ADHK 1993)LAPANGAN USAHA 1999 2000 2001 20<strong>02</strong> 2003 2004Pengangkutan &Komunikasi75.284,82 77.761,24 83.019,44 89.347,51 95.468,43 1<strong>02</strong>.082,20- Angkutan 71.088,99 73.414,78 78.492,92 84.108,90 89.569,49 95.433,90Angkutan Rel 2.911,30 2.867,34 3.057,81 3.200,88 3.429,10 3.675,50Angkutan JalanRaya58.282,25 60.462,01 64.780,59 69.754,99 74.456,48 79.513,99Angkutan Laut - - - - - -Angkutan Sungai - - - - - -Angkutan Udara - - - - - -Jasa PenunjangAngkutan9.895,44 10.085,43 10.654,52 11.153,03 11.683,91 12.244,41- Komunikasi 4.195,83 4.346,46 4.526,52 5.238,61 5.898,94 6.648,30Sumber: Produk Domestik Regional Bruto Kota <strong>Depok</strong> Menurut Lapangan Usaha <strong>tahun</strong> 2000- 2005. (Bapedadan BPS Kota <strong>Depok</strong>)Sedangkan persentase PDRB lapangan usaha angkutan dankomunikasi Kota <strong>Depok</strong> dibandingkan total PDRB Kota <strong>Depok</strong> ditampilkanpada Tabel II-7.b berikut :Tabel II-7. b. Persentase PDRB dari Lapangan Usaha Angkutan &Komunikasi (ADHK 1993) di Kota <strong>Depok</strong>Sektor 1999 2000 2001 20<strong>02</strong> 2003 20047. Pengangkutan & Komunikasi 6.06 5.99 6.03 6.12 6.15 6.18Sumber: Produk Domestik Regional Bruto Kota <strong>Depok</strong> Menurut Lapangan Usaha <strong>tahun</strong>2000- 2005. (Bapeda dan BPS Kota <strong>Depok</strong>)40


Lapangan usaha angkutan dan komunikasi Kota <strong>Depok</strong> relatiftertinggal jika dibandingkan lapangan usaha serupa di Jawa Barat. Selama<strong>tahun</strong> 1999 – 2003, pertumbuhan lapangan usaha angkutan dankomunikasi di Kota <strong>Depok</strong> selalu dibawah 9% per <strong>tahun</strong> (ADHK 1993),padahal rata-rata pertumbuhan lapangan usaha angkutan dan komunikasidi Jawa Barat (<strong>tahun</strong> 2003 & 2004) mencapai 10% per <strong>tahun</strong>. Dalam segiPDRB per kapita, lapangan usaha angkutan dan komunikasi di Kota <strong>Depok</strong>tidak pernah mencapai Rp. 100.000 per kapita (ADHK 1993), sedangkanrata-rata PDRB lapangan usaha angkutan dan komunikasi di Jawa Barat<strong>tahun</strong> 2003 dan 2004 sebesar Rp. 250.000 per kapita. Secara grafis,perbandingan lapangan usaha angkutan dan komunikasi Jawa Barat danKota <strong>Depok</strong> dapat dilihat pada Gambar II-25. berikut :Gambar II-25. Posisi Lapangan Usaha Angkutan & Komunikasi Kota <strong>Depok</strong>dibanding Jawa BaratCepat Maju &Cepat Tumbuh10.0LAPANGAN USAHA ANGKUTAN&KOMUNIKASIBerkembangCepatPERTUMBUHAN (%)20<strong>02</strong>200320012000-MajuTertekan250,000RelatifTertinggal199950,000PDRB SEKTOR PER KAPITA (Rp.)Sumber: Produk Domestik Regional Bruto Kota <strong>Depok</strong> Menurut Lapangan Usaha <strong>tahun</strong>2000- 2005. (Bapeda dan BPS Kota <strong>Depok</strong>), diolah41


2. PDRB Lapangan Usaha Bank dan Lembaga Keuangan LainnyaPada sub-sektor bank pada <strong>tahun</strong> 2004 terdapat lembaga keuanganformal bank sebanyak 22 bank dengan rincian: bank pemerintah 4 buah,bank swasta nasional 16 buah, bank <strong>daerah</strong> 2 buah. Termasuk dalam subsektorlembaga keuangan lainnya adalah lembaga keuangan bukan bank,sewa bangunan, dan jasa perusahaan.Perkembangan PDRB (atas dasar harga konstan 1993) yang berasaldari Lapangan usaha bank dan lembaga keuangan ditunjukkan dalamTabel II-8.a berikut :Tabel II-8.a. PDRB Kota <strong>Depok</strong> dari Lapangan Usaha bank/lembagakeuangan (ADHK1993)Lapangan Usaha 1999 2000 2001 20<strong>02</strong> 2003 2004BANK & LEMBAGA KEUANGAN LAINNYA 57,130.15 62,441.44 66,242.59 69,928.13 75,641.72 81,882.16Bank 1,315.89 1,440.24 1,597.37 1,703.35 1,808.61 1,921.26Lembaga Keuangan Bukan Bank 224.05 228.60 240.92 249.37 264.86 281.43Sewa Bangunan 49,866.28 54,852.91 58,198.24 61,469.87 66,780.87 72,595.74Jasa Perusahaan 5,723.93 5,919.69 6,206.06 6,505.54 6,787.38 7,083.73Sumber: Produk Domestik Regional Bruto Kota <strong>Depok</strong> Menurut Lapangan Usaha <strong>tahun</strong> 2000-2005. (Bapeda dan BPS Kota <strong>Depok</strong>)Sedangkan persentase PDRB lapangan usaha bank dan lembagakeuangan Kota <strong>Depok</strong> dibandingkan total PDRB Kota <strong>Depok</strong> ditampilkanpada Tabel II-8.b berikut :Tabel II-8.b. Persentase PDRB dari Lapangan Usaha bank dan lembagakeuangan (ADHK 1993) di Kota <strong>Depok</strong>Sektor 1999 2000 2001 20<strong>02</strong> 2003 20048. Bank & Lembaga Keuangan lain 4.60 4.81 4.82 4.79 4.87 4.95Sumber: Produk Domestik Regional Bruto Kota <strong>Depok</strong> Menurut Lapangan Usaha <strong>tahun</strong> 2000-2005. (Bapeda dan BPS Kota <strong>Depok</strong>)42


Dibandingkan lapangan usaha bank dan lembaga keuangan JawaBarat, selama <strong>tahun</strong> 2001 - 2004, lapangan usaha bank & lembagakeuangan di Kota <strong>Depok</strong> berkembang cepatdengan rata-ratapertumbuhan diatas 6 %, sedangkan pertumbuhan rata-rata Jawa Baratpada <strong>tahun</strong> 2003-2004 adalah 6% per <strong>tahun</strong>. Namun, rata-rata PDRBlapangan usaha bank & lembaga keuangan Kota <strong>Depok</strong> tidak lebih dariRp.80.000,- per kapita (ADH 1993) sedangkan rata-rata Jawa Barat <strong>tahun</strong>2003 - 2004 adalah Rp. 190.000 per kapita. Secara grafis perbandinganlapangan usaha bank & lembaga keuangan Jawa Barat dan Kota <strong>Depok</strong>dapat dilihat pada Gambar II-26. berikut :Gambar II-26. Posisi Lapangan Usaha Bank & Lembaga Keuangan Kota<strong>Depok</strong> dibanding Jawa BaratLAPANGAN USAHA BANK & LEMBAGAKEUANGANPERTUMBUHAN (%)6.0-Cepat Maju &Cepat TumbuhMajuTertekan190,000BerkembangCepatRelatifTertinggalPDRB SEKTOR PER KAPITA (Rp.)2003200<strong>02</strong>0<strong>02</strong>2001199950,000Sumber: Produk Domestik Regional Bruto Kota <strong>Depok</strong> Menurut Lapangan Usaha <strong>tahun</strong> 2000-2005. (Bapeda dan BPS Kota <strong>Depok</strong>), diolah43


3. PDRB Lapangan Usaha Jasa-jasaLapangan usaha jasa-jasa dikelompokkan ke dalam dua sub-sektoryaitu: sub-sektor jasa pemerintahan umum dan sub-sektor jasa swasta.Perkembangan PDRB (atas dasar harga konstan 1993) Kota <strong>Depok</strong> yangberasal dari lapangan usaha jasa-jasa ditunjukkan padaTabel II-9.a berikut :Tabel II-9.a. PDRB Kota <strong>Depok</strong> dari Lapangan Usaha Jasa-jasa (ADHK1993)Lapangan Usaha 1999 2000 2001 20<strong>02</strong> 2003 2004JASA JASA 120,690.42 123,817.27 131,456.58 137,366.42 144,104.67 151,240.81Pemerintahan Umum 58,948.16 60,793.24 65,504.71 68,388.23 71,588.80 74,965.29Swasta 61,742.26 63,<strong>02</strong>4.03 65,951.87 68,978.19 72,515.87 76,275.529.2.1 Sosial kemasyarakatan 23,489.63 24,067.47 25,340.51 26,665.78 28,465.72 30,4<strong>02</strong>.149.2.2 Hiburan dan Rekreasi 1,574.41 1,621.80 1,675.15 1,729.25 1,794.96 1,863.709.2.3 Perorangan dan Rumah tangga 36,678.22 37,334.76 38,936.21 40,583.16 42,255.19 44,009.68Sumber: Produk Domestik Regional Bruto Kota <strong>Depok</strong> Menurut Lapangan Usaha <strong>tahun</strong> 2000-2005. (Bapeda dan BPS Kota <strong>Depok</strong>)Sedangkan persentase PDRB lapangan usaha jasa-jasa Kota <strong>Depok</strong>terhadap PDRB Kota <strong>Depok</strong> ditampilkan pada Tabel II-9.b berikut :Tabel II-9.b. Persentase PDRB dari Lapangan Usaha Jasa-jasa (ADHK1993) di Kota <strong>Depok</strong>Sektor 1999 2000 2001 20<strong>02</strong> 2003 20049. Jasa-jasa 9.71 9.54 9.56 9.41 9.28 9.15Sumber: Produk Domestik Regional Bruto Kota <strong>Depok</strong> Menurut Lapangan Usaha <strong>tahun</strong> 2000-2005. (Bapeda dan BPS Kota <strong>Depok</strong>)44


Dibandingkan lapangan usaha jasa-jasa Jawa Barat, selama <strong>tahun</strong>2000 - 2004, lapangan usaha jasa-jasa di Kota <strong>Depok</strong> relatif tertinggal,dimana rata-rata pertumbuhan dibawah 8 %, sementara pertumbuhanrata-rata Jawa Barat <strong>tahun</strong> 2003-2004 mencapai 14 %. Selain itu PDRBlapangan usaha jasa di Kota <strong>Depok</strong> tidak pernah melebihi Rp.130.000,- perkapita, sementara pertumbuhan Jawa Barat pada <strong>tahun</strong> 2003-2004 rataratamencapai Rp.460.000 per kapita. Secara grafis, perbandinganlapangan usaha jasa-jasa Jawa Barat dan Kota <strong>Depok</strong> dapat dilihat padaGambar II-27. berikut :Gambar II-27. Posisi Lapangan Usaha Jasa-jasa Kota <strong>Depok</strong> dibandingJawa BaratLAPANGAN USAHA JASA-JASACepat Maju &Cepat Tumbuh14.0BerkembangCepatPERTUMBUHAN(%)MajuTertekanRelatifTertinggal200120<strong>02</strong>200320001999-460,00050,000PDRB SEKTOR PER KAPITA (Rp.)Sumber: Produk Domestik Regional Bruto Kota <strong>Depok</strong> Menurut Lapangan Usaha <strong>tahun</strong>2000- 2005. (Bapeda dan BPS Kota <strong>Depok</strong>), diolah2.3.2. Ekspor dan ImporSebagaimana telah disebutkan sebelumnya, bahwa selama <strong>tahun</strong> 1990-1999 Kota <strong>Depok</strong> diklasifikasikan sebagai <strong>kota</strong> yang tinggi ekspor industrimanufakturnya. Hal ini terlihat dari meningkatnya nilai ekspor Kota <strong>Depok</strong> dari<strong>tahun</strong> 2001 sebesar USD 66,83 juta, menjadi USD 321,48 juta pada <strong>tahun</strong>2004. Diperkirakan pada <strong>tahun</strong> 2010 nilai ekspor Kota <strong>Depok</strong> akan mencapaiUSD 925 juta. Grafik nilai ekspor Kota <strong>Depok</strong> dapat dilihat padaGambar II-28. berikut :45


Gambar II-28. Perkembangan Ekspor dan Impor Kota <strong>Depok</strong>Juta USD4.03.53.<strong>02</strong>.5Nilai Ekspor & Impor1,2001,000800Juta USDImpor2.01.51.00.560040<strong>02</strong>00Ekspor0.<strong>02</strong>001 20<strong>02</strong> 2003 2004 2005 <strong>2006</strong> 2007 2008 2009 2010 2011-Nilai Impor (USD) 2,354 2,623 2,623 2,8<strong>02</strong> 2,862 3,0<strong>02</strong> 3,088 3,210 3,308 3,422 3,525Nilai Ekspor (USD) 66,83 175,6 428,9 321,4 5<strong>02</strong>,5 575,4 612,2 739,2 794,1 875,9 966,9(ribuan)Sumber: Produk Domestik Regional Bruto Kota <strong>Depok</strong> Menurut Lapangan Usaha <strong>tahun</strong> 2000-2005. (Bapeda dan BPS Kota <strong>Depok</strong>)2.3.3. Pendapatan Asli DaerahKomponen Pendapatan Asli Daerah (PAD), sebagaimana diatur dalamPasal 157 huruf a Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang PemerintahanDaerah terdiri dari Hasil Pajak Daerah, Hasil Retribusi Daerah, HasilPengelolaan Kekayaan Daerah yang dipisahkan, dan lain-lain Pendapatan AsliDaerah (PAD) yang sah, serta Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yangdipisahkan.Selama kurun waktu <strong>tahun</strong> 20<strong>02</strong>sampai dengan 2005 kontribusi PajakDaerah terhadap Pendapatan Asli Daerah rata-rata 51%, Retribusi Daerahsebesar 41%, dan lain-lain PAD yang sah rata-rata 6% dan hasil pengelolaankekayaan <strong>daerah</strong> yan dipisahkan dengan rata-rata 2%. Grafis perkembanganPendapatan Asli Daerah (PAD) Kota <strong>Depok</strong> dapat dilihat pada Gambar II-29berikut :46


Gambar II-29. Komponen Pendapatan Asli Daerah Kota <strong>Depok</strong>Hasil PAD yangdipisahkan(ribuan)Sumber: Realisasi Pendapatan 20<strong>02</strong> - 2005, Dipenda Kota <strong>Depok</strong>A. Hasil Pajak DaerahHasil Pajak Daerah dari <strong>tahun</strong> 20<strong>02</strong> sampai dengan <strong>tahun</strong> 2005,menunjukan peningkatan rata-rata sebesar 17,3% atau sebesar Rp. 3,86milyar. Seiring dengan pertumbuhan ekonomi yang dipicu oleh kebijakanekonomi yang tepat, diharapkan penerimaan dari hasil pajak <strong>daerah</strong> akanterus meningkat, dan diharapkan pada <strong>tahun</strong> 2007 sampai dengan 2011penerimaan dari hasil pajak <strong>daerah</strong> akan meningkat minimal sebesar 10%,sehingga pada <strong>tahun</strong> 2011 diprediksikan akan mencapai angka sebesarkurang lebih Rp. 54 milyar. Secara grafis perkembangan hasil pajak <strong>daerah</strong>Kota <strong>Depok</strong> dapat dilihat pada Gambar II-30 berikut :47


Gambar II-30. Perkembangan Pajak Daerah Kota <strong>Depok</strong>PAJAK DAERAHPenerimaan Pajak Daerah(ribuan)Sumber: Realisasi Pendapatan 20<strong>02</strong> - 2005, Dipenda Kota <strong>Depok</strong>B. Hasil Retribusi DaerahSejak <strong>tahun</strong> 20<strong>02</strong> sampai dengan <strong>tahun</strong> 2005 penerimaan yang berasaldari hasil retribusi <strong>daerah</strong> menunjukan peningkatan yang cukup besarmencapai rata-rata sebesar Rp. 5,15 milyar atau 29,77 %, diperkirakanpenerimaan dari hasil retribusi <strong>daerah</strong> pada <strong>tahun</strong> 2007 sampai dengan2011 diharapakan minimal rata-rata peningkatan sebesar 12 % sehinggapada <strong>tahun</strong> 2011 yang akan datang penerimaan hasil retribusi <strong>daerah</strong> dapatmencapai Rp. 61 milyar. Secara grafis perkembangan retribusi <strong>daerah</strong> Kota<strong>Depok</strong> dapat dilihat pada Gambar II-31 berikut :48


Gambar II-31. Perkembangan Retribusi Daerah Kota <strong>Depok</strong>RETRIBUSI DAERAHPenerimaan Retribusi Daerah(ribuan)Sumber: Realisasi Pendapatan 20<strong>02</strong> - 2005, Dipenda Kota <strong>Depok</strong>C. Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang DipisahkanPendapatan asli <strong>daerah</strong> yang bersumber dari hasil pengelolaankekayaan <strong>daerah</strong> yang dipisahkan menunjukan peningkatan yang cukupbesar yaitu dari Rp. 252,6 juta pada <strong>tahun</strong> 20<strong>02</strong> menjadi Rp. 1,27 milyarpada <strong>tahun</strong> 2005, apabila dirata-ratakan peningkatan setiap <strong>tahun</strong>mencapai 91,23% atau sebesar Rp. 342,4 juta. Diharapkan pada kurunwaktu <strong>tahun</strong> 2007 sampai dengan 2011 rata-rata peningkatan dari hasilpengelolaan kekayaan <strong>daerah</strong> yang dipisahkan minimal mencapai 15%.Sehingga pada <strong>tahun</strong> 2011 akan mencapai Rp. 3,2 milyar. Secara grafisHasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang dipisahkan dapat dilihat padaGambar II-32 berikut :49


Gambar II-32. Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang dipisahkanHasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang DipisahkanHasil Pengelolaan KekayaanDaerah yang Dipisahkan(ribuan)Sumber: Realisasi Pendapatan 20<strong>02</strong> - 2005, Dipenda Kota <strong>Depok</strong>D. Lain-lain Pendapatan Asli Daerah yang SahDari <strong>tahun</strong> 20<strong>02</strong> sampai dengan 2005 lain-lain pendapatan asli <strong>daerah</strong>yang sah menunjukan peningkatan yang cukup besar pula yaitu sebesar Rp.6,32 milyar pada <strong>tahun</strong> 2005, yang sebelumnya pada <strong>tahun</strong> 20<strong>02</strong> hanyasebesar Rp. 2,04 milyar, apabila dirata-ratakan peningkatan selama <strong>tahun</strong>20<strong>02</strong> samapai 2005 mencapai Rp. 2 milyar atau sebesar 84,23%. Diharapkanpeningkatan dari lain-lain pendapatan asli <strong>daerah</strong> yang sah rata-ratamencapai minimal 15% sehingga pada <strong>tahun</strong> 2011 akan mencapai angkasebesar Rp. 18,9milyar. Secara grafis perkembangan lain-lain PendapatanAsli Daerah yang sah Kota <strong>Depok</strong> dapat dilihat pada Gambar II-33 berikut :50


Gambar II-33. Perkembangan Lain-lain PAD yang sah di Kota <strong>Depok</strong>Pendapatan Lain-lain PADPendapatan Lain-lain PAD(ribuan)Sumber: Realisasi Pendapatan 20<strong>02</strong> - 2005, Dipenda Kota <strong>Depok</strong>2.3.4. Dana PerimbanganProporsi terbesar dana perimbangan <strong>daerah</strong> Kota <strong>Depok</strong> berasal dariDana Alokasi Umum (DAU), kemudian dikuti oleh Bagi Hasil Pajak danPerimbangan dari provinsi. Selama <strong>tahun</strong> 20<strong>02</strong>-2005 rata-rata Dana AlokasiUmum (DAU) sebesar 65% dari total Dana Perimbangan. Rata-rata penerimaandari Bagi Hasil Pajak adalah 21% dari total Dana Perimbangan. Sedangkanpenerimaan pemerintah Kota <strong>Depok</strong> berupa dana perimbangan dari PropinsiJawa Barat rata-rata 14% dari total Dana Perimbangan, sebagaimana grafiskomponen dana perimbangan Kota <strong>Depok</strong> pada Gambar II-34 berikut :51


Gambar II-34. Komposisi Dana Perimbangan Kota <strong>Depok</strong>(ribuan)Bagi Hasil Pajak/Bagi Hasil Bukan PajakSumber: Realisasi Pendapatan 20<strong>02</strong> - 2005, Dipenda Kota <strong>Depok</strong>A. Bagi Hasil Pajak/ Bagi Hasil Bukan PajakDalam <strong>tahun</strong> 20<strong>02</strong>-2005 penerimaan Dana Perimbangan Kota <strong>Depok</strong>yang berasal dari Bagi Hasil Pajak/ Bagi Hasil Bukan Pajak meningkat sekitar26,5% per <strong>tahun</strong>, atau dari Rp. 50,5 milyar pada <strong>tahun</strong> 20<strong>02</strong> menjadiRp. 101,1 milyar pada <strong>tahun</strong> 2005. Diperkirakan sampai dengan <strong>tahun</strong> 2011,Dana Perimbangan dari Bagi hasil pajak akan tumbuh rata-rata sebesar 9%per <strong>tahun</strong>. Bagi Hasil Pajak/ Bagi Hasil Bukan Pajak diperkirakan akanmencapai Rp. 131 milyar lebih pada <strong>tahun</strong> 2011.Secara grafis perkembangan penerimaan Bagi Hasil Pajak di Kota<strong>Depok</strong> dapat dilihat pada Gambar II-35 berikut :52


Gambar II-35. Perkembangan Penerimaan Bagi Hasil Pajak Kota <strong>Depok</strong>Bagi Hasil Pajak / Bagi Hasil Bukan PajakPenerimaan Bagi Hasil Pajak / BagiHasil Bukan Pajak(ribuan)Sumber: Realisasi Pendapatan 20<strong>02</strong> - 2005, Dipenda Kota <strong>Depok</strong>B. Dana Alokasi UmumDana Alokasi Umum (DAU) merupakan komponen terbesar dalampenerimaan dana perimbangan. Selama <strong>tahun</strong> 20<strong>02</strong>-2005 pertumbuhanpenerimaan Dana Alokasi Umum cukup signifikan, yaitu meningkat sekitar22% per <strong>tahun</strong>. Peningkatannya adalah dari Rp. 160,1 milyar pada <strong>tahun</strong>20<strong>02</strong> menjadi Rp. 239 milyar pada <strong>tahun</strong> 2005.Diperkirakan sampai dengan <strong>tahun</strong> 2011, Dana Perimbangan Kota<strong>Depok</strong> yang berasal dari Dana Alokasi Umum akan tumbuh rata-rata sebesar14,8% per <strong>tahun</strong>. Dana Alokasi umum yang diterima pemerintah Kota <strong>Depok</strong>diperkirakan akan mencapai Rp. 389 milyar lebih pada <strong>tahun</strong> 2011. Secaragrafis perkembangan Dana Alokasi Umum yang diterima pemerintah Kota<strong>Depok</strong> dapat dilihat pada Gambar II-36 berikut :53


Gambar II-36. Perkembangan Penerimaan DAU Kota <strong>Depok</strong>Penerimaan DAU(M ilyar)Dana Alokasi Umum45040035030<strong>02</strong>5<strong>02</strong>0015010050<strong>02</strong>0<strong>02</strong> 2003 2004 2005 <strong>2006</strong> 2007 2008 2009 2010 201135%30%25%20%15%10%5%0%Nilai (Rp.) 160,110 209,550 227,627 239,099 272,857 298,361 316,355 341,876 368,425 389,970 (ribuan)Pertumbuhan 30.9% 8.6% 5.0% 14.1% 9.3% 6.0% 8.1% 7.8% 5.8%PertumbuhanSumber: Realisasi Pendapatan 20<strong>02</strong> - 2005, Dipenda Kota <strong>Depok</strong>C. Pinjaman Dalam NegeriPada <strong>tahun</strong> 20<strong>02</strong>, pemerintah Kota <strong>Depok</strong> pernah melakukan pinjamandari sumber keuangan dalam negeri yaitu sebesar Rp. 9,5 milyar, dalamrangka perimbangan anggaran. Sumber dana perimbangan berupa pinjamandalam negeri ini tidak pernah terjadi lagi sejak saat itu, sehingga tidak dapatdiprediksi pertumbuhannya di masa mendatang. Gambaran grafisperkembangan pinjaman dalam negeri dapat dilihat pada Gambar II-37berikut:54


Gambar II-37. Perkembangan Pinjaman Dalam Negeri Pemerintah DaerahKota <strong>Depok</strong>Pinjaman Dalam NegeriPinjaman Dalam Negeri(Milyar)10987654321<strong>02</strong>001 20<strong>02</strong> 2003 2004 2005 <strong>2006</strong> 2007 2008 2009 2010 2011120%100%80%60%40%20%0%PertumbuhanNilai (Rp.) - 9,500, - - - - - - - - -Pertumbuhan(ribuan)Sumber: Realisasi Pendapatan 20<strong>02</strong> - 2005, Dipenda Kota <strong>Depok</strong>D. Bagi Hasil Pajak dan Bantuan Keuangan Dari PropinsiSelama priode <strong>tahun</strong> 20<strong>02</strong>-2005, pertumbuhan penerimaan bagi hasilpajak dan bantuan keuangan dari propinsi meningkat sekitar 50,9% per<strong>tahun</strong>. Peningkatannya dari Rp. 28,3 milyar pada <strong>tahun</strong> 20<strong>02</strong> menjadi Rp.93,1 milyar pada <strong>tahun</strong> 2005. Diperkirakan sampai dengan <strong>tahun</strong> 2011, Danabagi hasil pajak dan bantuan keuangan dari propinsi tumbuh rata-ratasebesar 8% per <strong>tahun</strong>, diperkirakan akan mencapai Rp. 155,6 milyar lebihpada <strong>tahun</strong> 2011. Secara grafis perkembangan Dana Perimbangandari propinsi dapat dilihat pada Gambar II-38 berikut :55


Gambar II-38. Perkembangan Dana Perimbangan dari Propinsi kepada Kota<strong>Depok</strong>Dana Perimbangan Dari PropinsiP e r im b a n g a n d a r i P r o p in s i( M ily a r )25<strong>02</strong>0015010050<strong>02</strong>0<strong>02</strong> 2003 2004 2005 <strong>2006</strong> 2007 2008 2009 2010 2011100%90%80%70%60%50%40%30%20%10%0%P e r tu m b u h a nNilai (Rp.) 28,368, 52,901, 75,535, 93,161, 116,74 138,44 159,04 180,27 2<strong>02</strong>,49 223,40Pertumbuhan 86.5% 42.8% 23.3% 25.3% 18.6% 14.9% 13.3% 12.3% 10.3%(ribuan)Sumber: Realisasi Pendapatan 20<strong>02</strong> - 2005, Dipenda Kota <strong>Depok</strong>2.3.5. Lain-lain Pendapatan Yang SahKomponen lain-lain pendapatan yang sah dari <strong>tahun</strong> 20<strong>02</strong> sampai dengan<strong>tahun</strong> 2005 terus mengalami penurunan. Hal tersebut dikarenakanpenerimaannya tidak bisa diprediksikan dan sifatnya insidentil tergantung dariPemerintah Daerah lain atau Pemerintah Pusat yang akan memberikan.Tahun 20<strong>02</strong> sebesar 22,6 milyar dan <strong>tahun</strong> 2005 sebesar 13,5 milyar danmengalami penurunan rata-rata 11,26%56


Apabila tidak dilakukan langkah kebijakan yang strategis, diproyeksikanselama lima <strong>tahun</strong> kedepan penerimaan pendapatan lain-lain akan menurunterus, dengan kecepatan penurunan rata-rata 0,3% per <strong>tahun</strong>. Sehinggadiprediksi pada <strong>tahun</strong> 2011, penerimaan Pendapatan Lain-lain pendapatan yangsah sebesar Rp. 12,9 milyar saja, sebagaimana grafis perkembanganpenerimaan pendapatan lain-lain dapat dilihat pada Gambar II-39 berikut :Gambar II-39. Perkembangan Penerimaan Pendapatan Lain-lain Kota <strong>Depok</strong>22,662 (ribuan)Sumber: Realisasi Pendapatan 20<strong>02</strong> - 2005, Dipenda Kota <strong>Depok</strong>2.4. SOSIAL BUDAYALetak Kota <strong>Depok</strong> sangat strategis ditinjau dari segi politik, ekonomi, sosial,budaya dan pertahanan keamanan. Wilayah ini berbatasan langsung dengan wilayahDaerah Khusus Ibu<strong>kota</strong> Jakarta, dan merupakan wilayah penyangga untukmeringankan tekanan perkembangan penduduk DKI Jakarta sebagai ibu<strong>kota</strong> negara,yang diarahkan untuk pola pemukiman sebagaimana dimaksud dalam InstruksiPresiden <strong>nomor</strong> 13 <strong>tahun</strong> 1976 tentang Pengembangan Wilayah Jabotabek (Jakarta,Bogor, Tangerang, Bekasi). Namun dalam perkembangannya selain sebagai pusatpemukiman, Kota <strong>Depok</strong> telah tumbuh dan berkembang menjadi <strong>kota</strong> perdagangandan jasa.57


Sejalan dengan pertumbuhan dan perkembangan <strong>kota</strong>, segi sosial dan budaya diKota <strong>Depok</strong> juga mengalami perkembangan. Perkembangan sosial dan budaya di Kota<strong>Depok</strong> meliputi: kualitas kehidupan beragama, kesejahteraan sosial, pendidikan danbudaya.A. AgamaBerdasarkan agama, hampir semua penduduk (91,2 %) di Kota <strong>Depok</strong><strong>tahun</strong> 2005 beragama Islam, sedangkan sisanya beragama Protestan (4,9%),Katolik (2,5%), Hindu (0,52%), dan Budha (0,6%) Adanya perbedaan agamatersebut tidak menimbulkan konflik antar masyarakat dalam menjalankanaktivitasnya. Jumlah tempat peribadatan di Kota <strong>Depok</strong> pada <strong>tahun</strong> 2005 yaitu:564 mesjid, 998 mushola, 13 gereja Katolik, dan 25 gereja Protestan.Diperkirakan Bkehidupan beragama di Kota <strong>Depok</strong> akan membaik, dengankecendrungan adanya peningkatan homogenitas. Walaupun adanya homogenitasagama diatara penduduk, namun ketentraman antar umat beragamacukup baik.Perkembangan persentase pemeluk agama di Kota <strong>Depok</strong> dapat dilihat padaGambar II-40 berikut :Gambar II-40. Pesentase Penduduk Menurut Agama di Kota <strong>Depok</strong>Persentase Penduduk Menurut Agama100%95%90%85%80%75%70%65%60%20<strong>02</strong> 2003 2004 2005 <strong>2006</strong> 2007 2008 2009 2010 2011Khonghucu 0.00% 0.12% 0.13% 0.00% 0.06% 0.06% 0.06% 0.06% 0.05% 0.05%Budha 0.86% 0.35% 0.37% 0.66% 0.45% 0.43% 0.41% 0.39% 0.37% 0.36%Hindu 0.84% 0.20% 0.20% 0.53% 0.27% 0.23% 0.19% 0.16% 0.13% 0.10%Katolik 2.76% 1.74% 1.79% 2.56% 2.10% 2.10% 2.09% 2.08% 2.08% 2.07%Protestan 5.26% 4.47% 4.69% 4.99% 4.75% 4.73% 4.72% 4.71% 4.69% 4.68%Islam 90.28%93.12%92.83%91.27%92.37%92.46%92.54%92.61%92.68%92.74%Sumber: Kota <strong>Depok</strong> Dalam Angka 2001, 20<strong>02</strong>, 2003, 2004, 2005, Bapeda dan BPS Kota <strong>Depok</strong>58


B. Kesejahteraan dan Masalah SosialTingkat kesejahteraan sosial penduduk <strong>Depok</strong> dapat tercermin dari jumlahkeluarga sejahtera, dimanana dari total 20.120 keluarga yang ada di Kota <strong>Depok</strong>pada <strong>tahun</strong> 2003, sejumlah 4.247 keluarga diantaranya adalah keluarga prasejahteradan 15.873 keluarga lainnya adalah keluarga sejahtera 1.Selama <strong>tahun</strong> 2001-2005, 0,4% sampai 0,5% jumlah penduduk di Kota<strong>Depok</strong> menjadi penyandang masalah sosial. Secara persentase angka ini kecildan cenderung turun dari <strong>tahun</strong> ke <strong>tahun</strong>. Namun secara nominal, jumlahpenduduk penyandang masalah sosial cukup besar, yakni meningkat dari 5,726orang pada <strong>tahun</strong> 2000, menjadi 5,942 orang pada <strong>tahun</strong> 2004.Diperkirakan persentase penduduk penyandang masalah sosial akan terusmenurun di masa mendatang, yakni dari 0,4% pada saat ini menurun menjadi0,35% pada <strong>tahun</strong> 2010. Namun turunnya persentase tidak menurunkan jumlahnominal, karena seiring dengan pertumbuhan penduduk, jumlah penyandangmasalah sosial meningkat yaitu dari 5.900 orang pada saat ini naik menjadi 6.100orang pada <strong>tahun</strong> 2010.Diperkirakan jenis masalah sosial yang akan dihadapi dimasa depan,diurutkan dari jumlah penyandang yang paling banyak, adalah: anak terlantar,orang jompo, penderita penyakit kronis, dan korban narkotika. Secarag grafis,perkembangan jumlah penyandang masalah sosial dapat dilihat padaGambar II-41 berikut :59


Gambar II-41. Perkembangan Jumlah Penyandang Masalah Sosial di Kota <strong>Depok</strong>Penyandang Masalah Sosial7000600050004000300<strong>02</strong>0001000<strong>02</strong>001 20<strong>02</strong> 2003 2004 2005 <strong>2006</strong> 2007 2008 2009 2010 2011Korban Narkotik 43 50 92 109 24 70 72 74 76 78 80Anak Nakal 62 154 34 40 62 36 25 13 2 - -Penderita Penyakit Kronis 83 - 184 184 83 162 180 199 217 236Gelandangan/Pengemis 452 397 349 349 334 291 263 234 206 177 149Penyandang Cacat 804 875 749 747 765 726 706 685 664 644 623Jompo / Terlantar 1,385 784 1,333 1,366 1,385 1,425 1,483 1,542 1,600 1,658 1,716Anak Terlantar 3,307 2,890 3,147 3,147 3,307 3,237 3,262 3,288 3,314 3,339 3,365Sumber: Kota <strong>Depok</strong> Dalam Angka 2001, 20<strong>02</strong>, 2003, 2004, 2005, Bapeda dan BPS Kota <strong>Depok</strong>C. Aspek BudayaAspek budaya merupakan hal yang sangat penting dalam pembangunan<strong>kota</strong>. Seperti umumnya <strong>kota</strong> metropolitan yang bersifat terbuka dan memiliki dayatarik ekonomis bagi para pendatang. Jika dilihat dari sisi etnis, masyarakat Kota<strong>Depok</strong> tampak cukup beragam. Kondisi ini memunculkan pola Kota <strong>Depok</strong> yangdapat dibedakan menjadi dua kelompok, yaitu penduduk asli, yang memang turuntemurun tinggal di <strong>daerah</strong> ini, dan penduduk pendatang. Kelompok penduduk aslimeliputi juga kelompok penduduk keturunan Belanda yang turun temurun tinggaldi Kota <strong>Depok</strong>.60


Salah satu kelompok pendatang adalah masyarakat yang berpindah ke Kota<strong>Depok</strong> akibat pergeseran kondisi fisik di Kota Jakarta (sosio urban movement),dikenal sebagai orang-orang migran ke pinggiran metropolitan karena faktorekonomi. Kelompok pendatang lainnya adalah masyarakat yang memang pindahke ke Kota <strong>Depok</strong> karena faktor kebutuhan tempat tinggal dan bekerja di Jakarta.Berdasarkan kedua tipikal tersebut, dapat dikenali bahwa penduduk pendatangkelompok pertama sebagian besar adalah suku Betawi yang berasal dari Jakarta,sedangkan pendatang kelompok kedua adalah multi etnis dengan cara pikir danbudaya yang modern.Ketiga kelompok tersebut pada dasarnya sangat dipengaruhi olehperkembangan sosial budaya metropolitan. Budaya metropolis yang unik dalamcerminan keseharian Kota <strong>Depok</strong> adalah refleksi gabungan kultur desa dan <strong>kota</strong>.Dalam beberapa hal, kondisi sosial budaya ini memiliki potensi lokal dalambentuk seni budaya suku Betawi yang bisa menjadi aset Kota <strong>Depok</strong>. Disampingitu hubungan sosial diantara ketiga kelompok masyarakat itu masih cukup akrabuntuk kehidupan Kota <strong>Depok</strong>. Rasa saling tolong-menolong dan toleransi diantarakelompok masyarakat itu masih cukup kuat untuk menjaga rasa kekeluargaandiantara mereka.Pengaruh khusus aspek budaya terhadap Indeks Pembangunan Manusia(IPM) yang terjadi di masyarakat adalah berupa bentuk perilaku dan motifpencapaian kesejahteraan bersama. Budaya tolong-menolong dan bantumembantudapat mempercepat pencapaian kesejahteraan bersama, misalnyadalam pengentasan kemiskinan, pemberantasan kebodohan dan pemberantasanpenyakit. Secara kelembagaan sosial budaya, terutama dalam bentuk lembagasosial kemasyarakatan, pada <strong>tahun</strong> 2003 di Kota <strong>Depok</strong> terdapat antara lain: 63kelompok Karang Taruna, 286 Petugas Sosial Masyarakat (PSM) dan 80organisasi sosial.61


D. Angka Kriminalitas dan Unjuk RasaPada <strong>tahun</strong> 2000, terjadi satu kasus kriminalitas per <strong>tahun</strong> untuk setiap 1000orang penduduk Kota <strong>Depok</strong>. Pada <strong>tahun</strong> 2003 angka ini meningkat menjadi 2kasus kriminal per <strong>tahun</strong> per 1000 penduduk, diperkirakan angka kriminalitas iniakan melonjak menjadi 3,75 kasus per <strong>tahun</strong> per 1000 penduduk pada <strong>tahun</strong>2010.Rata-rata kriminalitas harian di Kota <strong>Depok</strong> pada <strong>tahun</strong> 2000 adalah 3 kasuskriminal per hari. Pada <strong>tahun</strong> 2003 rata-rata kriminalitas meningkat menjadi 7kasus kriminal per hari. Jika kecenderungan ini tidak berubah, maka pada <strong>tahun</strong>2010 akan terjadi 18 kasus kriminal per hari. Perkembangan jumlah kriminalitasper <strong>tahun</strong> di Kota <strong>Depok</strong> dapat dilihat pada Gambar II-42 berikut :Gambar II-42. Perkembangan Kasus Kriminal di Kota <strong>Depok</strong>Krim ina litas pe r Hari10987654321-Jumlah Kriminalitas2000 2001 20<strong>02</strong> 2003 2004 2005 <strong>2006</strong> 2007 2008 2009 2010 20112.52.01.51.00.50.0Krim inalitas pe r 1000 PendudukJumlah Kriminalitas per Hari 3.09 4.19 6.73 7.54 6.22 7.90 7.64 7.82 8.53 8.49 8.94 9.27Kriminalitas per 1000penduduk0.97 1.27 1.97 2.06 1.66 2.10 1.93 1.91 2.03 1.98 2.<strong>02</strong> 2.03Sumber: Kota <strong>Depok</strong> Dalam Angka 2001, 20<strong>02</strong>, 2003, 2004, 2005, Bapeda dan BPS Kota <strong>Depok</strong>62


Pada <strong>tahun</strong> 2001 terjadi 44 kali unjuk rasa/demonstrasi di Kota <strong>Depok</strong>dengan rata-rata jumlah pesertanya 82 orang. Ini berarti pada <strong>tahun</strong> 2001, setiap8 hari sekali terjadi demonstrasi. Pada <strong>tahun</strong> 2003, frekuensi unjuk rasa danjumlah pesertanya meningkat, yaitu rata-rata 5 hari sekali terjadi unjuk rasa danjumlah rata-rata pesertanya menjadi 170 orang. Jika kecenderungan ini tidakberubah, maka pada <strong>tahun</strong> 2010, rata-rata 4 hari sekali akan terjadi unjuk rasa diKota Depo. Perkembangan jumlah unjuk rasa dan jumlah pesertanya dapat dilihatpada Gambar II-43 berikut :Gambar II-43. Perkembangan Jumlah Unjuk Rasa & Jumlah Pesertanya di Kota<strong>Depok</strong>120Unjuk Rasa600U n j u k R a sa p e r T a h u n10080604<strong>02</strong>050040030<strong>02</strong>00100J u m l a h P e s e r ta-2001 20<strong>02</strong> 2003 2005 <strong>2006</strong> 2007 2008 2009 2010 2011-Jumlah Demonstrasi 44 44 78 65 78 85 91 96 97 107Jumlah Peserta Rata-rata 82 207 170 285 329 373 416 449 507 544Sumber: Kota <strong>Depok</strong> Dalam Angka 2001, 20<strong>02</strong>, 2003, 2004, 2005, Bapeda dan BPS Kota <strong>Depok</strong>63


2.5. SARANA DAN PRASARANA DAERAH2.5.1. Sarana Prasarana PendidikanPrasarana Pendidikan. Tahun 2003/2004 di Kota <strong>Depok</strong> terdapat SDsebanyak 344, dengan jumlah murid 122.805 orang dan jumlah guru sekitar4.958 orang dan SLTP berjumlah 124 sekolah dengan jumlah murid 41.6<strong>02</strong>orang, jumlah guru 2.774 orang. Di tingkat SLTA terdapat 134 sekolah denganjumlah murid dan guru masing-masing 33.045 orang dan 1.207 orang. Dariindikator Wajib Belajar Pendidikan Dasar sebesar 90% pada <strong>tahun</strong> 2001mencerminkan bahwa sektor pendidikan masih mengandung banyakpermasalahan bila dikaitkan dengan program wajib belajar 9 <strong>tahun</strong>.A. Sarana Pendidikan SDPertumbuhan sarana pendidikan dasar semakin membaik. Jumlahbangunan SD terus bertambah, demikian juga perbandingan jumlah SD per10.000 penduduk usia 7-12 <strong>tahun</strong> terus meningkat sejak <strong>tahun</strong> 2000.sebanyak <strong>tahun</strong> 2000 di terdapat 446 SD dan jumlah penduduk usia 7-12<strong>tahun</strong> ada 126.414 orang; ini berarti untuk setiap 10.000 penduduk usia 7-12 <strong>tahun</strong> ada 35 SD. Pada <strong>tahun</strong> 2004 jumlah SD meningkat menjadi 346buah, sementara itu jumlah penduduk usia 7-12 <strong>tahun</strong> juga meningkatmenjadi 129.367 orang. Jumlah sarana sekolah dasar danperbandingannya dengan penduduk usia 7-12 <strong>tahun</strong> di Kota <strong>Depok</strong> dapatdilihat pada Gambar II-44 berikut :64


Gambar II-44. Perkembangan Sarana SD di Kota <strong>Depok</strong>Jumlah SD pe r 10 ribu anakusia 7-12 th2727262625252424232322Sarana Pendidikan SD45040035030<strong>02</strong>5<strong>02</strong>0015010050Jumlah SD2220<strong>02</strong> 2003 2004 2005 <strong>2006</strong> 2007 2008 2009 2010 20110SD/10.000 Anak Umur 7-12 th 25 27 26 26 26 25 25 24 24 24Jumlah SD 331 344 346 355 363 370 377 385 392 399Sumber: Kota <strong>Depok</strong> Dalam Angka 2001, 20<strong>02</strong>, 2003, 2004, 2005, Bapeda dan BPS Kota <strong>Depok</strong>B. Sarana Pendidikan SLTPSebagaimana sarana pendidikan sekolah dasar, sarana pendidikanSLTP di Kota <strong>Depok</strong> selama empat <strong>tahun</strong> terakhir juga membaik, demikianjuga perbandingan antara jumlah SLTP dengan jumlah penduduk usia 13-15 <strong>tahun</strong> terus meningkat sejak <strong>tahun</strong> 2000.Jumlah sarana SLTP dan perbandingannya dengan penduduk usia 13-15 <strong>tahun</strong> di Kota <strong>Depok</strong> dapat dilihat pada Gambar II-45 berikut :65


Gambar II-45. Perkembangan Sarana SLTP di Kota <strong>Depok</strong>Jumlah SLTP per 10 ribu anakusia 13-15th30Sarana Pendidikan SLTP252015105-20<strong>02</strong> 2003 2004 2005 <strong>2006</strong> 2007 2008 2009 2010 201116014012010080604<strong>02</strong>00Jumlah SLTPSLTP/10.000 Anak Umur 13-15 th 18 18 27 24 28 28 28 27 27 27Jumlah SLTP 125 124 131 133 136 139 143 145 148 151Sumber: Kota <strong>Depok</strong> Dalam Angka 2001, 20<strong>02</strong>, 2003, 2004, 2005, Bapeda dan BPS Kota <strong>Depok</strong>C. Sarana Pendidikan SLTASarana pendidikan SLTA sama dengan sarana sekolah dasar dansarana pendidikan SLTP di Kota <strong>Depok</strong>. Selama empat <strong>tahun</strong> terakhir,pertumbuhan jumlah SLTA sebanding dengan pertumbuhan penduduk usia16-18 <strong>tahun</strong>. Jika kecenderungan ini terus berlanjut maka diperkirakankelak perbandingan jumlah SLTA dengan jumlah peduduk usia 16-18 <strong>tahun</strong>akan meningkat menjadi 30 SLTA untuk setiap 10.000 penduduk usia 16-18<strong>tahun</strong>. Jumlah sarana SLTA dan perbandingannya dengan penduduk usia16-18 <strong>tahun</strong> di Kota <strong>Depok</strong> dapat dilihat pada Gambar II-46 berikut :66


Gambar II-46. Perkembangan Sarana SLTA di Kota <strong>Depok</strong>Jum la h SLTA pe r 10 ribua na k usia 16-18 th40353<strong>02</strong>52015105-Sarana Pendidikan SLTA20<strong>02</strong> 2003 2004 2005 <strong>2006</strong> 2007 2008 2009 2010 201116014012010080604<strong>02</strong>00Jum la h SLTASLTA/10.000 Anak Umur 16-18 th 9 16 23 25 27 29 31 33 34 36Jumlah SLTA 73 124 127 130 133 136 139 142 145 148Sumber: Kota <strong>Depok</strong> Dalam Angka 2001, 20<strong>02</strong>, 2003, 2004, 2005, Bapeda dan BPS Kota <strong>Depok</strong>2.5.2. Sarana Prasarana KesehatanDalam rangka meningkatkan derajat kesehatan masyarakat, tersediabeberapa fasiltas kesehatan. Tahun 2005 di Kota <strong>Depok</strong> terdapat 11 RumahSakit, 27 Puskesmas, 4 Puskemas Pembantu, dan 451 dokter praktek denganrincian: 98 dokter umum, 39 dokter gigi, 314 dokter spesialis. Dengan belumtuntasnya pembangunan Rumah Sakit Umum Daerah, maka rujukan dariPuskesmas dilakukan Rumah Sakit Swasta melalui kerjasama.Dibidang sarana kesehatan, jumlah Rumah Sakit dan Puskemas saat inidi Kota <strong>Depok</strong> rata-rata adalah 3 buah per 100 ribu penduduk. Total saranakesehatan termasuk pengobatan alternatif adalah 42 per 100 ribu penduduk.Diperkirakan di masa depan jumlah Rumah Sakit dan Puskemas tidak berubah,yakni rata – ratanya tetap 3 buah per 100 ribu penduduk. Diperkirakan totalsarana kesehatan termasuk pengobatan alternatif menjadi dua kali lipat lebih,yakni 86 per 100 ribu penduduk.67


Jumlah sarana kesehatan non rumah sakit diperkirakan akan meningkatpesat karena jumlah Rumah Sakit tidak bertambah. Perbandingan jumlah saranakesehatan dengan jumlah penduduk di Kota <strong>Depok</strong> dapat dilihat padaGambar II-47. berikut :Gambar II-47. Perkembangan Sarana Kesehatan di Kota <strong>Depok</strong>Sarana Kesehatan Per 1000 PendudukPetugas Kesehatan,Sarana kesehatan, dokter Praktek1.201.000.800.600.400.20-2000 2001 20<strong>02</strong> 2003 2004 2005 <strong>2006</strong> 2007 2008 2009 2010 20110.0350.0300.<strong>02</strong>50.<strong>02</strong>0Rumah Sakit per 1000 pendudukPetugas Kesehatan 0.36 0.35 0.24 0.32 0.50 0.69 0.68 0.83 0.94 1.04 1.15 1.29Sarana Kesehatan - 0.28 0.27 0.30 0.38 0.27 0.33 0.34 0.34 0.36 0.38 0.40Dokter Praktek 0.35 0.39 0.13 0.30 0.36 0.31 0.33 0.39 0.38 0.40 0.44 0.47Rumah Sakit & Puskesmas 0.03 0.03 0.03 0.03 0.03 0.03 0.03 0.03 0.03 0.03 0.03 0.03Sumber: Kota <strong>Depok</strong> Dalam Angka 2001, 20<strong>02</strong>, 2003, 2004, 2005, Bapeda dan BPS Kota <strong>Depok</strong>2.5.3. Sarana Prasarana TransportasiPanjang sarana jalan di Kota <strong>Depok</strong> sejak <strong>tahun</strong> 2001 terus meningkat.Diperkirakan sampai <strong>tahun</strong> 2<strong>02</strong>0, panjang jalan Kota <strong>Depok</strong> rata-rata bertambah10 km per <strong>tahun</strong>, baik jalan negara, jalan propinsi maupun jalan <strong>kota</strong>.Perkembangan panjang jalan di Kota <strong>Depok</strong> dapat dilihat pada Gambar II-48berikut :68


Gambar II-48. Perkembangan Sarana Jalan di Kota <strong>Depok</strong>Panjang JalanKilom eter50040030<strong>02</strong>00100-Panjang Jalan2001 20<strong>02</strong> 2003 2004 2005 <strong>2006</strong> 2007 2008 2009 2010 2011Jalan Kota 342, 335, 328, 328, 328, 322, 319, 316, 312, 309, 306,Jalan Propinsi 27,7 20,5 25,0 25,5 26,1 25,5 25,7 25,9 26,0 26,2 26,4Jalan Negara 26,8 26,8 26,8 26,8 28,5 28,1 28,5 28,8 29,1 29,4 29,8Sumber: Kota <strong>Depok</strong> Dalam Angka 2001, 20<strong>02</strong>, 2003, 2004, 2005, Bapeda dan BPS Kota <strong>Depok</strong>2.5.4. Sarana Prasarana Energi ListrikEnergi listrik di Kota <strong>Depok</strong> akan menjadi kebutuhan vital dalammengerakan pembangunan. Perbaikan teknologi dan peningkatan efisensiperangkat listrik rumah tangga dan perangkat listrik pada industri diperkirakanbelum akan mengurangi kebutuhan energi listrik. Perkembangan jumlahpelanggan dan daya tersambung energi listrik PLN dapat dilihat pada Gambar II-49 sebagai berikut :69


Gambar II-49. Perkembangan Jumlah Pelanggan dan Daya Tersambung di Kota<strong>Depok</strong>D a ya T e r s a m b u n gJumlah Pelanggan & Daya TersambungEnergi Listrik PLN600500R ib u K V A70040030<strong>02</strong>0010040035030<strong>02</strong>5<strong>02</strong>0015010050R ib uJ u m la h P e la n g g a n<strong>02</strong>001 20<strong>02</strong> 2003 2004 2005 <strong>2006</strong> 2007 2008 2009 2010 2011-Daya tersambung 263,9 369,4 388,2 384,7 438,4 460,6 489,5 518,3 547,2 576,1 605,0Jumlah Pelanggan 264,9 275,0 268,4 263,8 301,2 293,1 301,0 313,8 324,5 326,9 339,2Sumber: Kota <strong>Depok</strong> Dalam Angka 2001, 20<strong>02</strong>, 2003, 2004, 2005, Bapeda dan BPS Kota <strong>Depok</strong>2.5.5. Sarana Prasarana Air Bersih.Penyediaan air minum di Kota <strong>Depok</strong> sampai saat ini masih dikelola olehKota Bogor. Pada <strong>tahun</strong> 2005, jumlah pelanggan PDAM di <strong>kota</strong> <strong>Depok</strong> 39.806pelanggan (SL) dan besarnya pemakaian PDAM adalah 10.644.859 meter kubik.Jumlah pelanggan dan pemakaian air minum Kota <strong>Depok</strong> diperkirakan akanmeningkat terus, oleh karena itu pengelolaan air minum yang sekarangdikembangkan dengan Kerjasama Pengelolaan Air Bersih perlu diintensifkan,dan dikaji kembali pengembangannya. Perkembangan jumlah pelanggan danpemakaian air di Kota <strong>Depok</strong> dapat dilihat pada Gambar II-50 berikut :70


Gambar II-50. Perkembangan Jumlah Pemakaian dan Pelanggan Air Minum diKota <strong>Depok</strong>Pemakaian AirJuta m3Pemakaian Air & JumlahPelanggan1212111110109Jumlah Pelanggan46ribu442000 2001 20<strong>02</strong> 2003 2004 2005 <strong>2006</strong> 2007 2008 2009 2010 2011Pemakaian Air (m3) 9,23 9,57 11,4 10,8 10,7 10,6 11,0 10,6 10,8 10,8 10,8 10,7Jmlh Pelanggan 36,6 37,3 38,3 38,0 40,1 39,8 40,7 41,3 42,2 42,5 43,4 44,042403836343230Sumber: Kota <strong>Depok</strong> Dalam Angka 2001, 20<strong>02</strong>, 2003, 2004, 2005, Bapeda dan BPS Kota <strong>Depok</strong>2.5.6. Sarana Prasarana Peribadatan dan PemukimanPrasarana Agama. Tempat ibadah sebagai salah satu media untukmeningkatkan keimanan seseorang juga tersedia di Kota <strong>Depok</strong>, pada <strong>tahun</strong>2005 terdapat 564 masjid, 33 langgar, 998 musholla, 127 gereja 5 vihara dan 9pura.Sedangkan Fasilitas perumahan atau sanitasi juga sangat berperan dalammembentuk sumber daya manusia, dalam rangka mewujudkan Kota <strong>Depok</strong> yangsehat. Adapun persentase lantai rumah bukan tanah di Kota <strong>Depok</strong> sebesar96.25 % dan jenis dinding yang terluas adalah tembok sebesar 97,81%,sedangkan tempat buang air besar 93,41% adalah WC sendiri.71


2.6. PEMERINTAHAN UMUMPemerintahan adalah organisasi publik yang berfungsi mengelola pembangunandan sekaligus memberikan pelayanan kepada masyarakat sesuai dengan aspirasi dankebutuhannya. Untuk dapat melaksanakan tugas dan fungsinya dengan baik perludibentuk susunan organisasi dan tata kerja perangkat <strong>daerah</strong> Kota <strong>Depok</strong>, sampai<strong>tahun</strong> 2005 struktur organisasi Pemerintah Kota <strong>Depok</strong> terdiri dari 23 LembagaPemerintah, terdiri atas: 1 Kepala Daerah, 1 Wakil Kepala Daerah, 1 organisasiSekretariat, 14 organisasi Dinas, 3 organsiasi Badan, 3 organisasi Kantor. ditambah 6Kecamatan, 63 kelurahan serta masing-masing 1 organisasi DPRD dan KPUD.Dibidang pendapatan <strong>daerah</strong> APBD Kota <strong>Depok</strong> setiap <strong>tahun</strong>ya mengalamipeningkatan yang cukup signifikan sebagaimana diuraikan diatas. PerkembanganAPBD Kota <strong>Depok</strong> selama dua <strong>tahun</strong> terakhir mengambarkan peningkatan yang cukuptajam, dimana pada <strong>tahun</strong> 2004 sebesar Rp. 461.858.454.847,77 dan meningkatmenjadi Rp. 515.596.034.887,50 pada <strong>tahun</strong> 2005. Rata-rata alokasi dana yangtersedia pada setiap APBD dialokasikan 30,19% untuk aparatur <strong>daerah</strong> dan 69,81%untuk pelayanan publik.Untuk mengetahui tingkat keberhasilan pelayanan publik, pada <strong>tahun</strong> 2004telah dilakukan pengukuran kinerja pelayanan pada 7 jenis pelayanan yang meliputi:(1) pelayanan kesehatan di Puskesmas, (2) pelayanan di terminal, (3) pelayanan IjinUsaha dan Gangguan, (4) pelayanan pengelolaan sampah, (5) pelayanan penangananjalan dan saluran air, (6) pelayanan pendidikan dasar dan (7) pelayanan IjinMendirikan Bangunan. Pengukuran dilakukan terhadap 5 indikator utama, yaitu:a. Tangible, yaitu kualitas sarana fisik yang kasat mata, misalnya sarana perkantoran,komputerisasi, ruang tunggu, administrasi dan sebagainya;b. Reliability, yaitu kehandalan untuk menyediakan pelayanan yang diperlukan;c. Responsiveness, yaitu kecepatan dalam menanggapi kebutuhan pelayanan;d. Assurance, yaitu keyakinan bahwa pelayanan akan diberikan sesuai kebutuhan;dane. Empathy, yaitu ikut merasakan kebutuhan pelayanan yang diharapkan konsumen.72


Hasil pengukuran terhadap pelayanan kesehatan di Puskesmas menunjukanbahwa antara pelayanan yang diharapkan konsumen dan kenyataan pelayanan yangdiberikan masih terdapat jurang yang cukup jauh untuk kelima indikator yang diukur.Demikian juga untuk pengukuran terhadap pelayanan di terminal, Ijin Usaha,pengelolaan sampah, penanganan jalan, pendidikan dasar dan IMB, semuanyamenunjukkan adanya kesenjangan antara harapan dan kenyataan pada ke limaindikator yang diukur.Di sektor hukum, masih kurangnya jumlah produk hukum <strong>daerah</strong> berupaPeraturan Daerah yang berkaitan masalah pelayanan umum dan perijinan. Kurangnyakesadaran hukum masyarakat, terutama yang berkaitan dengan Peraturan Daerah,lemahnya kesadaran hukum ini akibat belum optimalnya sosialisasi <strong>peraturan</strong>perundang-undangan dan ditambah dengan lemahnya upaya penegakan hukum.Sebagai Pemerintah Kota yang baru, masih diperlukan sumberdaya aparatur yangberkualiitas demuikian pula dari sisi kuantitasnya. Hal ini dimaksudkan untukmenghadapi tuntutan kompleksitas pekerjaan dan tuntutan kebutuhan peningkatanpelayanan kepada masyarakat.73


BAB IIIVISI DAN MISIPerumusan visi dan misi ini dilakukan berdasarkan hasil analisis dari kondisiumum <strong>daerah</strong> yang berlaku saat ini, dan prediksi kondisi umum <strong>daerah</strong> yangdiperkirakan akan berlaku di masa mendatang. Visi dan misi jangka menengah lima<strong>tahun</strong>an, yang akan ditetapkan pemangku jabatan WaliKota selama periode jabatannya<strong>tahun</strong> <strong>2006</strong>-2011, mencerminkan prioritas pembangunan Kota <strong>Depok</strong> untuk lima <strong>tahun</strong>ke depan.3.1. VISI RPJMD KOTA DEPOKVisi Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) untuk lima<strong>tahun</strong> ke depan, yaitu: ”Menuju Kota <strong>Depok</strong> yang melayani dan mensejahterakan”.Visi Wali<strong>kota</strong> yang tertuang dalam RPJMD Kota <strong>Depok</strong> lima <strong>tahun</strong> ke depan,terkandung pengertian yaitu Melayani berarti meningkatkan kualitas pelayananaparatur dan penyediaan sarana dan prasarana bagi warga <strong>Depok</strong> denganmeningkatkan kemampuan lembaga dan aparatur pemerintahan dalam memberikandan menyediakan barang-barang publik dengan cara-cara yang paling efisien danmeningkatkan kemampuan masyarakat untuk ikut serta dalam pembangunan <strong>daerah</strong>.Mensejahterakan berarti meningkatkan kesejahteraan masyarakat denganmengembangkan potensi ekonomi yang dapat memberikan lapangan pekerjaan dankehidupan bagi masyarakat banyak dan juga keuangan <strong>daerah</strong>.Visi Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kota <strong>Depok</strong><strong>2006</strong>-2011, mencerminkan bahwa titik berat pembangunan lima <strong>tahun</strong> ke depan Kota<strong>Depok</strong> adalah penataan pemerintahan yang berorientasi pada kualitas pelayanandan penyediaan barang-barang publik dan juga penyediaan sarana prasaranaekonomi untuk menunjang peningkatan ekonomi masyarakat, sebagai landasanuntuk tahapan pembangunan RPJMD berikutnya.73


Visi jangka menengah lima <strong>tahun</strong>an Kota <strong>Depok</strong>, dilandasi oleh analisis kondisiumum <strong>daerah</strong> saat ini dan prediksi kondisi umum ke depan Kota <strong>Depok</strong> yaitu:a. Adanya tekanan yang sangat berat terhadap kondisi geomorfologi dan lingkunganhidup Kota <strong>Depok</strong> saat ini, akibat pertumbuhan penduduk, yang mana pada <strong>tahun</strong>2011 kepadatan penduduk Kota <strong>Depok</strong> akan mencapai 7.887 orang per kilometerpersegi, sedangkan pada <strong>tahun</strong> 2005 tingkat kepadatan penduduknya baru 6.696orang per kilometer persegi. Hal ini berarti terjadi peningkatan jumlah pendudukKota <strong>Depok</strong> dari <strong>tahun</strong> 2005 sebanyak 1.374.000 orang menjadi 1.667.000 orangpada <strong>tahun</strong> 2011. Hal ini juga akan berakibat terjadinya persaingan untukmendapatkan sumberdaya lahan, sumberdaya air dan sumberdaya lainnya.Diprediksikan di masa depan tekanan terhadap lingkungan hidup akan semakinberat, sejalan dengan meningkatnya jumlah penduduk Kota <strong>Depok</strong>. Tekananterhadap geomorfologi dan lingkungan hidup dirasakan warga <strong>Depok</strong> sebagaiproblem serius berupa: kemacetan lalulintas, kerusakan lingkungan seperti situ,masalah kebersihan lingkungan dan sampah.b. Adanya berbagai permasalahan demografi Kota <strong>Depok</strong> saat ini, terutamapermasalahan kepadatan penduduk, jumlah angkatan kerja dan juga tingkatpendidikan tenaga kerja yang tersedia masih didominasi tingkat pendidikanrendah, hampir 38,30% tenaga kerja yang tersedia masih berpendidikan SD kebawah sedangkan yang berpendidikan diploma keatas hanya mencapai 11,10%,sehingga masalah kualitas dan kompetensi tenaga kerja yang tersedia jugamerupakan satu permasalahan <strong>daerah</strong> yang perlu mendapat perhatian khusus danlebih fokus dalam mencari solusinya, selain itu jumlah pencari kerja yangmeningkat terus dari <strong>tahun</strong> ke <strong>tahun</strong> juga merupakan persoalan yang harus segeraditanggulangi. Sehingga prediksi kondisi demografi di masa mendatangmengindikasikan adanya peningkatan intensitas terhadap permasalahanpermasalahandemografis tersebut. Dalam hal ini warga <strong>Depok</strong> merasakan adanyagejala masalah serius: peningkatan pengangguran, biaya pendidikan dan biayasosial lainnya yang tinggi, juga masalah ketaatan masyarakat dalammenggunakan sarana prasarana umum seperti ketertiban penggunaanjalan/trotoar.74


c. Adanya kondisi ekonomi dan sumberdaya alam Kota <strong>Depok</strong> saat ini, yang sudahmengerucut pada struktur ekonomi tertentu, yaitu struktur ekonomi moderen yangbertumpu pada sektor tersier dan didukung sektor sekunder, untuk pengembangansektor tersier ini juga merupakan masalah yang sudah harus ditangani dari saatini, yaitu mengembangkan aktivitas usaha perdagangan dan jasa yang mempunyainilai tambah yang lebih tinggi karena selama ini dominasi pertumbuhan ekonomi disektor tersier ini adalah perdagangan bidang retail dalam sekala usaha kecil yangmempunyai nilai tambah yang juga kecil secara ekonomi.d. Adanya sumbangan PDRB yang dominan dari Sektor Sekunder, namunpersentase jumlah penduduk Kota <strong>Depok</strong> yang terlibat di sektor ini makin menurundari <strong>tahun</strong> ke <strong>tahun</strong>. Hal ini antara lain disebabkan adanya perbaikan efisiensiyang terus menerus pada lapangan usaha industri pengolahan (manufaktur) danlapangan usaha Listrik, Gas & Air minum. Di masa depan, efisiensi industripengolahan akan meningkat terus akibat dari adanya kemajuan teknologi mesinmesin,sehingga pengurangan tenaga kerja manusia tidak dapat dihindari.Walaupun sektor sekunder memberikan nilai tambah yang besar kepada PDRBKota <strong>Depok</strong>, namun hanya sedikit jumlah penduduk yang bekerja di sektor ini.Dalam hal ini warga <strong>Depok</strong> merasakan kekurangan lapangan kerja dan kebutuhanakan pelatihan kerja yang tepat yang sangat dibutuhkan untuk menanggulangimasalah di bidang ketenaga kerjaan.e. Adanya peningkatan signifikan pada persentase jumlah penduduk yang bekerja diSektor Tersier, walaupun kontribusi sektor ini terhadap PDRB makin mengecil.Kontribusi PDRB yang kecil dengan jumlah pekerja yang banyak, mengindikasikanbahwa nilai tambah yang dihasilkan masing-masing pekerja sangat kecil. Perluada upaya peningkatan kualitas dan produktivitas sumber daya manusia di sektorini agar nilai tambah yang dihasilkan masing-masing pekerja menjadi besar.Sehingga total kontribusi nilai tambahnya terhadap PDRB menjadi besar. Di masadepan diprediksikan bahwa tumpuan utama ekonomi Kota <strong>Depok</strong> akan lebihcondong ke sektor tersier. Dalam hal ini warga <strong>Depok</strong> merasakan kebutuhanpelatihan kerja, kebutuhan pemberantasan buta huruf, kebutuhan tempatperdagangan (pasar) yang layak, kebutuhan pengaturan izin mini market.75


f. Adanya kondisi sosial budaya Kota <strong>Depok</strong> yang saat ini sudah mengarah padabudaya metropolis yang multi etnis dan dari berbagai tingkat intelektualitas,namun masih dalam ikatan satu homogenitas agama tanpa mengucilkan agamaminoritas. Di masa depan, kondisi sosial budaya yang ada akan terus berkembangdan ikatan homogenitas agama akan masih ada dengan kadar yang berbeda. Dilain pihak warga <strong>Depok</strong> merasakan terjadinya peningkatan penggunaan narkoba,perjudian, pelacuran yang merupakan penyakit masyarakat yang tidak dapatdilepaskan dari persoalan secara menyeluruh yang terjadi di Kota <strong>Depok</strong> danmasalah sosial lainnya yaitu menfasilitasi warga lanjut usia terlantar.g. Adanya kondisi sarana dan prasarana Kota <strong>Depok</strong> yang saat ini cukup baik dalamsegi kualitas, walaupun masih kurang dalam segi rasio kuantitas per penduduk,terutama rasio rumah sakit umum per penduduk. Di masa depan diprediksikanrasio jumlah sarana dan prasarana per penduduk di Kota <strong>Depok</strong> akan semakinkecil akibat tidak sebandingnya pertumbuhan jumlah penduduk denganpertumbuhan jumlah sarana dan prasarana umum yang merupakan kebutuhandasar dari masyarakat. Dalam hal ini warga <strong>Depok</strong> merasakan kerusakan jalan,kekurangan kualitas dan jumlah pasar, kekurangan kualitas dan jumlah saranakesehatan dan pendidikan, kekurangan kualitas pelayanan air bersih, kekurangankualitas terminal dan stasiun kereta api, serta kekurangan sarana olah raga danseni budaya. Hal ini harus menjadi prioritas utama program kerja pemerintah Kota<strong>Depok</strong> sesuai dengan Visi dan Misi kepala <strong>daerah</strong> terpilih periode <strong>tahun</strong> <strong>2006</strong>sampai dengan 2011.h. Adanya kondisi Pemerintahan Kota <strong>Depok</strong> yang saat ini semakin dituntut untukmeningkatkan kinerja dalam segi kualitas pelayanan, kehandalan pelayanan,cepat tanggap dalam pelayanan, keyakinan pelayanan, bagi rasa dan perhatiandalam pelayanan. Diprediksikan di masa depan tuntutan terhadap kinerjapemerintahan akan semakin tinggi. Dalam hal ini warga <strong>Depok</strong> merasakankebutuhan akan ketertiban, transparansi, dan akuntabilitas dalam pemungutanpemungutanbiaya administrasi oleh pemerintah kepada masyarakat yangmembutuhkan jasa pelayanan seperti kependudukan (KTP, Kartu Keluarga) danbiaya perizinan (IMB, dan lain-lain), serta kebutuhan akan sosialisasi PERDA yangterkait dengan kepentingan masyarakat.76


3.2. MISI RPJMD KOTA DEPOKUntuk mewujudkan Visi RPJMD Kota <strong>Depok</strong> lima <strong>tahun</strong> ke depan, maka telahdirumuskan Misi RPJMD <strong>tahun</strong> <strong>2006</strong>-2011 yaitu:a. Mewujudkan pelayanan yang ramah, cepat dan transparanb. membangun dan mengelola sarana dan prasarana infrastruktur yang cukup, baikdan merata.c. Mengembangkan perekonomian masyarakat, dunia usaha dan keuangan <strong>daerah</strong>.d. Meningkatkan kualitas keluarga, pendidikan, kesehatan dan kesejahtera anmasyarakat berlandaskan nilai-nilai agama.Penjabaran 4 (empat) misi RPJMD Kota <strong>Depok</strong> Tahun <strong>2006</strong>-2011 dimaksudkan untukmemayungi arah kebijakan dan strategi pencapaian program pembangunan lima<strong>tahun</strong>an yaitu:Misi Pertama,MEWUJUDKAN PELAYANAN YANG RAMAH, CEPAT DANTRANSPARAN.Pada misi ini dititikberatkan pada peningkatan kualitas pelayanan publik yangdiharapkan dapat meningkatkan indeks kepuasan masyarakat pengguna layanan,dengan kebijakan strategis pencapaiannya diantaranya peningkatan integrasipelayanan melalui pembentukan pelayanan terpadu terhadap beberapa jenispelayanan pemerintah. Hal ini dimaksudkan untuk meningkatkan minat investordengan pelayanan yang ramah, cepat dan transparan.Untuk meningkatkan kualitas pelayanan diperlukan pula adanya penyesuaianwaktu dan jangkauan pelayanan terhadap beberapa jenis pelayanan tertentu yangmemudahkan akses masyarakat memperoleh pelayanan seperti halnya pelayanankesehatan yang diberikan pada hari Sabtu. Selain itu kebijakan strategis yangdiperlukan adalah pengembangan sistem informasi pelayanan (e-government),pengembangan konsep penilaian kinerja pelayanan serta penerapan penilaian kinerjapelayanan tersebut.Kebijakan pemekaran kecamatan dari 6 kecamatan menjadi 10 kecamatan sertapenataan kewenangan Wali<strong>kota</strong> seperti pendelegasian kewenangan kepadakecamatan dan kelurahan diharapkan dapat mendekatkan pelayanan kepadamasyarakat yang direncanakan dapat diwujudkan pada <strong>tahun</strong> 2007.77


Dalam rangka mewujudkan peningkatan kualitas pelayanan tersebut, makadiperlukan pula kebijakan pengembangan kapasitas pemerintahan <strong>daerah</strong> melaluipenataan kelembagaan, keuangan dan sumber daya manusia, baik melalui pelatihanetika pelayanan maupun kegiatan lainnya. Selain itu diperlukan pula peningkatan perandan fungsi legislatif, peningkatan kualitas pengawasan, peningkatan kualitas produkhukum <strong>daerah</strong> serta peningkatan kerjasama antar lembaga. Pada misi ini juga perludikembangkan peningkatan kualitas perencanaan <strong>daerah</strong> dan partisipasi publik melaluipeningkatan kualitas perencanaan dan pengendalian pembangunan yang aspiratif danpartisipatif.Misi kedua,MEMBANGUN DAN MENGELOLA SARANA & PRASARANA INFRASTRUKTURYANG CUKUP, BAIK DAN MERATA.Misi ini dimaksudkan untuk meningkatkan pendistribusian pelayanan sarana danprasarana yang merata di seluruh wilayah Kota <strong>Depok</strong>. Hal ini dilakukan melaluipeningkatan pelayanan transportasi dengan kegiatan pembangunan, sertapeningkatan, rehabilitasi dan pemeliharaan sarana dan prasarana transportasi sepertipembukaan ruas jalan baru maupun dengan pembangunan ruas jalan tol sertapengembangan manajemen transportasi. Misi ini juga menekankan pada kebijakanpeningkatan pengelolaan kebersihan dan lingkungan hidup seperti peningkatankualitas pengelolaan lingkungan hidup, pengendalian banjir serta meningkatkanmanajemen pengelolaan persampahan di TPA maupun TPS. Sebelum ini paradigmapengelolaan sampah hanya sebatas kumpul-angkut-buang dengan tetap meninggalkanmasalah. Meskipun ada program “sanitary landfill” di TPA tetapi dalam kenyataannyaberakhir dengan “open dumping” yang meninggalkan masalah. Oleh karena itu,paradigma pengelolaan sampah perlu dirubah secara bertahap kearah “Reduce-Reuse-Recycle-Participation” sehingga tidak semua sampah akan menjadi masalah,sebaliknya akan berkontribusi membuka lapangan kerja. Paradigma ini dapat dilakukandengan membangun Sistem Pengolahan dan Pengelolaan Sampah Terpadu (SIPESAT)berupa unit-unit pengelolaan sampah di berbagai kawasan perumahan, kawasanpemukiman penduduk, kawasan industri, pasar dan berbagai areal publik. Selainmenciptakan tenaga kerja serta potensi pendapatan <strong>daerah</strong>.78


Pada misi kedua ini juga menekankan pada pengendalian tata ruang danbangunan secara efektif dan efisien melalui revisi Perda RTRW <strong>2006</strong>-2010, sehinggadiharapkan dapat mengendalikan ruang terbuka hijau dan kawasan terbangun.Kebijakan lainnya pada misi ini yaitu meningkatkan kualitas lingkungan permukimanmelalui penataan lingkungan permukiman terutama di wilayah squatter (pemukiman takberijin) serta juga melalui peningkatan jangkauan layanan air bersih.Misi ketigaMENGEMBANGKAN PEREKONOMIAN MASYARAKAT, DUNIA USAHA DANKEUANGAN DAERAH.Melalui misi ketiga ini akan melahirkan berbagai kebijakan, diantaranyapeningkatan perekonomian masyarakat melalui peningkatan jaringan kemitraankoperasi, UKM dan dunia usaha; meningkatkan investasi <strong>daerah</strong> berbasis tenaga kerjadengan menciptakan kebijakan yang memberi kemudahan bagi investor yang disertaidengan peningkatan kualitas tenaga kerja terlatih. Kebijakan lainnya adalahmeningkatkan agribisnis per<strong>kota</strong>an dan pelayanan pertanian; mengembangkan pusatpertumbuhan perekonomian baru dengan menyiapkan kawasan niaga industri yangramah lingkungan; meningkatkan kapasitas keuangan <strong>daerah</strong> melalui upayapeningkatan pendapatan <strong>daerah</strong> dan manajemen pengelolaan keuangan <strong>daerah</strong>, sertapeningkatan akuntabilitas pengadaan barang dan jasa melalui sertifikasi pejabatpembuat komitmen dan panitia pengadaan barang dan jasa. Di bidang pariwisata akandilakukan kebijakan pengembangan potensi pariwisata, seni dan budaya melaluipeningkatan pelestarian seni dan budaya; dan pengembangan obyek wisata.Misi Keempat.MENINGKATKAN KUALITAS KELUARGA, PENDIDIKAN, KESEHATAN DANKESEJAHTERAAN MASYARAKAT YANG BERLANDASKAN NILAI-NILAI AGAMA.Pada misi ini beberapa kebijakan yang disusun diantaranya meningkatkanperluasan kesempatan memperoleh pendidikan dan peningkatan kualitas pendidikan,serta meningkatkan peran serta masyarakat dalam pendidikan, baik melaluipeningkatan peran serta dunia usaha dalam penyelenggaraan pendidikan maupunmelalui gerakan masyarakat peduli pendidikan.79


Misi keempat ini juga menggulirkan kebijakan peningkatan derajat kesehatanmasyarakat melalui upaya pelayanan kesehatan yang lebih baik melaluipenyelenggaraan pelayanan kesehatan dasar dan rujukan terutama bagi masyarakatekonomi lemah berupa Asuransi Kesehatan Keluarga Miskin (Askeskin) melaluipenyediaan dana pendampingan dari APBD dengan kerjasama antara Pemerintah Kotadan 12 Rumah Sakit Swasta di <strong>Depok</strong> serta 4 Rumah Sakit di luar <strong>Depok</strong>. Peningkatanpelayanan kesehatan juga dilakukan dengan peningkatan pelayanan puskesmasmenjadi puskesmas DTP (rawat inap).Peningkatan derajat kesehatan masyarakat ini juga dilakukan melaluipenyelenggaraan dan peningkatan kesehatan keluarga, peningkatan kewaspadaanpangan dan gizi, penanganan penyakit menular serta penyakit tidak menular sertapenyelenggaraan promosi kesehatan dengan motto PHBS (perilaku hidup bersih sehat)lebih baik mencegah dari pada mengobati.Kebijakan terhadap pemberdayaan masyarakat dilakukan melalui peningkatanpenanganan masalah-masalah sosial, penyelenggaraan jaminan sosial sepertipemberian santunan kematian yang diintegrasikan melalui asuransi kematian yangpelaksanaannya dilakukan melalui sistem informasi administrasi kependudukan (SIAK)Kota <strong>Depok</strong>, pelaksanaan nikah gratis sebagai upaya untuk melegalkan statusperkawinan, terutama bagi masyarakat miskin. Selain itu dikembangkan juga kebijakanpeningkatan pelayanan hak-hak dasar masyarakat melalui peningkatan kualitaskehidupan beragama, peningkatan kualitas kehidupan politik, peningkatan kualitaspenyelenggaraan manajemen kependudukan, pembinaan organisasi kemasyarakatanserta penganggulangan bencana.Pada misi ini juga akan dilakukan kebijakan peningkatan potensi dan prestasiolah raga, serta meningkatkan pemahaman dan pengamalan prinsip serta nilai agamayang benar dalam kehidupan sehari-hari sehingga terbentuk akhlak, moral, mentalyang mulia, spirit dan daya juang yang tinggi serta jiwa inovatif dan kewirausahaanyang profesional. Dengan nilai-nilai tersebut warga <strong>Depok</strong> diharapkan dapatmembangun basis komunitas yang mandiri dalam menopang kokohnya kehidupanberbangsa dan bernegara.80


3.3. INDIKATOR MAKRO KOTA DEPOKBerdasarkan Misi RPJMD Kota <strong>Depok</strong> <strong>tahun</strong> <strong>2006</strong>-2011 tersebut, diperlukanalat ukur untuk dapat merealisasikan target Visi dan Misi RPJMD melalui penetapanIndikator Makro Kota yang akan dijabarkan lebih lanjut dalam program dan kegiatanRencana Strategis Satuan Kerja Perangkat Daerah <strong>tahun</strong> <strong>2006</strong>-2011 (Renstra SKPD).Penetapan Indikator Makro dilakukan sebagai upaya pengukuran peningkatan kinerjapelayanan publik, sesuai dengan prinsip transparansi dan akuntabilitas yangmensyaratkan terpenuhinya preferensi masyarakat sebagai pengguna pelayananpublik. Selain itu penetapan Indikator Makro Kota juga sebagai alat kendali danpertanggungjawaban pelaksanaan pembangunan selama lima <strong>tahun</strong> ke depan.Untuk itu perlu ditetapkan pencapaian indikator makro pembangunan Kota<strong>Depok</strong> selama lima <strong>tahun</strong> ke depan melalui :a. Indeks Kepuasan Masyarakat.Dengan tingginya tuntutan layanan publik terhadap kinerja pelayanan, makapenilaian kinerja pelayanan publik dilakukan melalui pendekatan kualitaspelayanan dengan perspektif Kepuasan Masyarakat dengan menggunakan 5indikator utama yaitu :Pertama, Tangible yaitu kualitas pelayanan yang dilihat dari sarana fisik yangkasat mata, seperti fasilitas atau sarana perkantoran.Kedua, Reliability yaitu kemampuan dan kehandalan untuk menyediakanpelayanan yang terpercaya.Ketiga, Responsiveness, yaitu kesanggupan untuk membantu dan menyediakanpelayanan secara cepat dan tepat, serta tanggap terhadap keinginan konsumen.Keempat, Assurance, yaitu kemampuan, keramahan, dan sopan santun pegawaidalam meyakinkan kepercayaan konsumen.Kelima, Empathy, yaitu sikap tegas tetapi penuh perhatian terhadap konsumen.Dengan pendekatan 5 indikator tersebut, dapat diketahui Indek KepuasanMasyarakat dalam pelayanan publik selama priode <strong>tahun</strong> <strong>2006</strong>-2011, denganasumsi indek kepuasan masyarakat pada <strong>tahun</strong> 2007 diproyeksikan mengalamikenaikan rata-rata 2,5 % per <strong>tahun</strong>.81


. Berkurangnya titik kemacetan.Titik kemacetan di Kota <strong>Depok</strong> terjadi sebagai akibat akumulasi berbagaipermasalahan yang terkait dengan transportasi yang memadati jaringan jalan <strong>kota</strong>.Peningkatan jumlah penduduk dan laju pertumbuhan ekonomi sangat berdampakterhadap mobilitas manusia dan barang yang pada gilirannya akan membawadampak terhadap kemacetan arus lalu lintas. Titik kemacetan terjadi terutamapada persimpangan jalan pemukiman ke jalan utama, yang terjadi hampirsepanjang waktu, terutama pada jam sibuk pagi, siang dan sore hari. Berdasarkandata <strong>tahun</strong> 2005 jumlah titik macet mencapai 29 titik, yang terdiri dari simpul jalansebanyak 7 titik dan ruas jalan sebanyak 22 ruas. Kepadatan jaringan jalan di Kota<strong>Depok</strong> secara keseluruhan mencapai 0,64 % (km/ha) sebagai akibat tidakseimbangnya arus lalu lintas dengan kapasitas jalan yang tersedia, dan belummeratanya jaringan jalan dengan luas wilayah bagian <strong>kota</strong>. Faktor lainnya yangmewarnai kemacetan arus lalu lintas disebabkan belum tertibnya angkutan umum,pedagang kaki lima yang menggunakan bagian jalan maupun kesadaranpengguna angkutan.Panjang jalan di Kota <strong>Depok</strong> baru mencapai 484,872 km yang terbagi dalam308 ruas jalan, yaitu jalan negara sebanyak 3 ruas jalan sepanjang 26,35 km, jalanpropinsi sebanyak 7 ruas jalan sepanjang 25,05 km dan jalan <strong>kota</strong> sebanyak 282ruas jalan sepanjang 433,47 km. Untuk mengukur pengurangan titik kemacetanselama priode <strong>2006</strong>-2011 dilakukan dengan menetapkan lokasi titik kemacetanyang dianggap paling berdampak terhadap kelancaran arus lalu lintas yaitusebanyak 10 titik yang perlu diintervensi, baik melalui pelebaran jalan,persimpangan jalan maupun pembuatan fly over. Dengan mempertimbangkankemampuan APBD maka target minimal yang harus diintervensi sebanyak 2 titikper <strong>tahun</strong>.82


c. Berkurangnya titik banjir.Titik banjir di Kota <strong>Depok</strong> umumnya terjadi sebagai akibat dari semakinmengecilnya permukaan tanah yang terbuka bila dibandingkan denganpeningkatan jumlah permukaan yang tertutup, sehingga menimbulkan genanganair pada beberapa bagian <strong>kota</strong>. Demikian pula dengan menurunnya daya serapsungai dan situ yang ada sebagai dampak semakin mengecil dan dangkalnyasejumlah sungai dan situ yang ada di Kota <strong>Depok</strong>.Akumulasi permasalahan tersebut mengakibatkan seringnya terjadi luapan airsungai dan genangan pada bagian tetentu wilayah Kota, sehingga mengakibatkankemacetan arus lalu lintas apabila curah hujan cukup tinggi. Untuk itu targetRPJMD 5 <strong>tahun</strong> ke depan untuk penanganan masalah banjir ini tidak sajadilakukan melalui pembuatan sodetan genangan ke sungai tetapi akan diintervensipula melalui program lainnya seperti pengerukan dan pengelolaan situ-situsebagai sumber resapan. Untuk mengukur target kinerja titik banjir makaditargetkan setiap <strong>tahun</strong>nya minimal dapat mengatasi 1 titik banjir.d. Bertambahnya cakupan layanan air bersihJangkauan pelayanan air bersih melalui fasilitas PDAM sampai saat ini belumdapat menjangkau seluruh wilayah Kota, dari 63 Kelurahan di 6 Kecamatan, hanya19 Kelurahan yang sudah dapat dilayani fasilitas air bersih PDAM yang tersebarpada bagian wilayah Tengah dan sebagian wilayah Timur Kota <strong>Depok</strong>, yaitu padakomplek perumahan-perumahan, itupun proporsinya masih sangat kecildibandingkan dengan jumlah rumah tangga yang membutuhkan. Sedangkan padabagian wilayah Barat Kota dan permukiman di perkampungan penduduk belumdapat terjangkau oleh pelayanan jaringan air bersih.Penyediaan layanan jaringan air bersih berdasarkan data pelanggan <strong>tahun</strong>2005 baru terlayani sebanyak 39.806 pelanggan dengan besarnya pemakaian10.644.859 meter kubik. Hal ini menunjukan bahwa fasilitas jaringan pelayanan airbersih masih jauh dari seluruh kebutuhan penduduk Kota <strong>Depok</strong> yang mencapai1.374.522 jiwa. Berdasarkan hal tersebut maka target pelayanan cakupan airbersih 5 <strong>tahun</strong> ke depan direncanakan dapat mencapai 1.000 SR pada <strong>tahun</strong> 2007dan pada <strong>tahun</strong> 2011 dapat mencapai 2.000 SR.83


e. Bertambahnya Pengelolaan sampah di TPS.Permasalahan pengelolaan persampahan di Kota <strong>Depok</strong> saat ini, walaupunbelum menimbulkan permasalahan besar seperti di beberapa Kota lainnya, namunpenanganan sampah ini sangat membutuhkan perhatian utama, karenamenyangkut tatanan kehidupan sosial ekonomi, politik dan budaya. Mengingatbeban Tempat Pembuangan Sampah Akhir (TPA) yang ada di Cipayung menjadisemakin berat, ditambah lagi dengan keterbatasan sarana dan prasaranapengolahan yang mengakibatkan konflik antara TPA dengan masyarakat sekitarTPA semakin sering terjadi.Tingginya produksi sampah setiap harinya yang mencapai rata-rata 766 m3,atau setara dengan 2,65 liter/orang/hari, dengan tingkat pertumbuhan setiapharinya mencapai 4,4 %, maka TPA Cipayung dan 113 TPS yang adamenanggung beban yang berat, demikian pula dengan pengangkutan sampah.Mempertimbangkan kondisi pengelolaan sampah yang ada, maka pilihanmereduksi sampah dan menyelesaikannya dapat dilakukan dari sumbernyadengan skala kawasan. Pengelolaan sampah dengan skala kawasan inimerupakan implementasi dari paradigma baru yaitu reduce (mengurangi), reuse(menggunakan kembali), recycle (mendaur ulang) dan mengolah untuk dijadikanbahan produksi, seperti kompos, briket, energi listrik dan lainnya. SistemPengelolaan dan Pengolahan Sampah Terpadu (SIPESAT) ini dapat mengurangibeban TPA yang ada, sistem ini berskala kawasan, sehingga sampah dapatdiselesaikan pada sumbernya.Untuk merealisasikan hal tersebut sampai 5 <strong>tahun</strong> ke depan, direncanakanbertambahnya unit pengelolaan sampah rata-rata 10 – 15 lokasi per <strong>tahun</strong>.84


f. Berkurangnya kawasan kumuh.Kawasan kumuh selalu identik dengan pesatnya kemajuan Kota, demikian pulahalnya dengan <strong>Depok</strong> yang pertumbuhannya cukup pesat, sehingga membawapengaruh terhadap jumlah migrasi, baik perpindahan penduduk dari luar <strong>Depok</strong> kewilayah <strong>Depok</strong> maupun dampak berbatasannya Jakarta dengan <strong>Depok</strong> yangmenjadikan Kota <strong>Depok</strong> sebagai alternatif tempat tinggal maupun usaha.Keberadaan pemukiman kumuh liar (squatters) ini merupakan salah satufenomena tersendiri, karena terkait dengan aspek hukum, sosial, ekonomi,sanitasi, kesehatan lingkungan dan estetika <strong>kota</strong>.Jumlah penduduk Kota <strong>Depok</strong> yang terdaftar pada <strong>tahun</strong> 2005 mencapai1.374.522 jiwa, sementara diperkirakan jumlahnya sudah mencapai 1,5 juta jiwa.Kondisi ini mengakibatkan beban <strong>kota</strong> semakin berat, terutama setelah munculnyapemukiman penduduk pada kawasan tak berijin/liar (squatter).Pemukiman kumuh ini tersebar di beberapa titik lokasi, terutama sepanjangbantaran kali, situ, <strong>daerah</strong> milik jalan, maupun areal rel kereta api. Berdasarkanhasil survey lapangan Program Pemberdayaan Masyarakat Squatters (PPMS)jumlah penyebarannya terdapat di 13 lokasi di hampir semua kecamatan denganjumlah KK mencapai 857 KK. Tipologi pemukiman kumuh ini dapat dibedakandalam 3 kategori yaitu :1) Penggarap penghuni, menggunakan lahan squatters sebagai tempat tinggal;2) Penggarap non penghuni, mengunakan lahan squatters sebagai tempatkegiatan usaha;dan3) Pengontrak, mengunakan lahan squatters dengan cara menyewa kepadapenggarap non penghuni.Disamping penanganan masalah pemukiman liar tersebut, juga perluditangulangi penanganan pemukiman legal yang kumuh melalui berbagai programkegiatan. Untuk itu program yang akan dilakukan selama priode <strong>2006</strong> – 2011baik melalui pemberdayaan (enpowerment) maupun penegakan hukum (lawenforcement) yang dapat dilakukan secara simultan dengan program pemerintahpusat, maupun dengan pihak ketiga dan lembaga sosial lainnya, melalui penataankawasan kumuh minimal 3 lokasi setiap <strong>tahun</strong>nya .85


g. Meningkatnya Laju Pertumbuhan Ekonomi (LPE)Laju Pertumbuhan Ekonomi (LPE) merupakan indikator untuk mengukurperkembangan ekonomi <strong>kota</strong>, indikator ini menunjukan naik tidaknya produk yangdihasilkan oleh seluruh kegiatan ekonomi. LPE Kota <strong>Depok</strong> selama lima <strong>tahun</strong>terakhir (2000-2004) menunjukan angka yang mengembirakan yaitu dari 4,47<strong>tahun</strong> 2000, meningkat menjadi 5,98 <strong>tahun</strong> 2001 dan meningkat menjadi 6,12<strong>tahun</strong> 20<strong>02</strong>, dan menjadi 6,35 <strong>tahun</strong> 2003 dan berdasarkan data terakhir <strong>tahun</strong>2004 menjadi 6,44. Rata-rata kenaikan selama 5 <strong>tahun</strong> terakhir mencapai 6 %,kenaikan ini lebih tinggi dari rata-rata Jawa Barat yang mencapai 5 %.Berdasarkan trend kenaikan 5 <strong>tahun</strong> terakhir, maka target kenaikan LPE pada<strong>tahun</strong> 2007 diproyeksikan naik menjadi 6,46 dan menjadi 6,50 pada <strong>tahun</strong> 2011.h. Meningkatnya Pendapatan Asli Daerah (PAD)Pendapatan Asli Daerah (PAD) merupakan modal dasar pembangunan <strong>kota</strong>,karena PAD merupakan keseluruhan penerimaan kas <strong>daerah</strong> dalam priode satu<strong>tahun</strong> anggaran, dengan komponen Pajak Daerah, Retribusi Daerah, HasilPerusahaan Milik Daerah dan Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah, dan Lain-lainPAD yang Sah.Pendapatan Asli Daerah sendiri walaupun konstribusinya terhadap APBD Kota<strong>Depok</strong> selama ini hanya mencapai rata-rata 10 % - 15 %/<strong>tahun</strong>, tetapi rata-ratapeningkatannya mencapai 100% dimana pada APBD <strong>tahun</strong> 2000, kontribusi PADhanya Rp. 13,297 milyar menjadi Rp. 60,000 milyar pada <strong>tahun</strong> 2005.Pertumbuhan rata-rata pendapatan Kota <strong>Depok</strong> sebesar 17,8 % per <strong>tahun</strong>,dengan kontribusi terbesar dari dana perimbangan yang mencapai 26,9 % per<strong>tahun</strong>, dan rata-rata pertumbuhan PAD hanya sebesar 9 % per <strong>tahun</strong>. Sedangkanlain-lain pendapatan yang sah mengalami penurunan 30,2 % sebagai akibatberubahnya format struktur APBD.Berdasarkan trend pertumbuhan 5 <strong>tahun</strong> terakhir, maka target pendapatan asli<strong>daerah</strong> selama priode 2007-2011 diproyeksikan mengalami peningkatan sebesarrata-rata 5 % per<strong>tahun</strong>.86


i. Meningkatnya Indek Pembangunan Manusia (IPM)Indek Pembangunan Manusia (IPM) merupakan indikator untuk mengukurderajat pembangunan manusia, yang dilakukan melalui pendekatan tingkatpendidikan, derajat kesehatan dan daya beli, artinya ketiga komposit IPM tersebutmerupakan parameter yang dapat mewakili seluruh pilihan komponen lainnya.Sejak ditetapkannya komposit pembangunan melalui IPM <strong>tahun</strong> 2000 IPM Kota<strong>Depok</strong> mencapai 65,08, <strong>tahun</strong> 2001 mencapai 71,82, <strong>tahun</strong> 20<strong>02</strong> mencapai 73,90,<strong>tahun</strong> 2003 mencapai 76,13 dan berdasarkan data perhitungan <strong>tahun</strong> 2004mencapai 76,85. Pencapaian ini melebihi rata-rata pencapaian Propinsi JawaBarat sebesar 68,36 pada <strong>tahun</strong> 2004.Berdasarkan trend pencapaian IPM selama lima <strong>tahun</strong> terakhir, maka targetpencapaian yang ditetapkan lima <strong>tahun</strong> ke depan yaitu pada <strong>tahun</strong> 2007 sebesar77,60 dan pada <strong>tahun</strong> 2011 ditargetkan mencapai 82,79.Target peningkatan Indek Pembangunan Manusia Kota <strong>Depok</strong> selamaperiode <strong>2006</strong>-2011 ini dapat dicapai dengan memacu pencapaian komposit IPMtersebut dengan asumsi :1) Indek Kesehatan (IK) pada <strong>tahun</strong> 2007 mencapai 72,71 dan meningkat 76,81pada <strong>tahun</strong> 2011.2) Indek Pendidikan (IP) pada <strong>tahun</strong> 2007 ditargetkan naik 68,30 dan dapatmencapai 71,63 pada <strong>tahun</strong> 2011.3) Indek Daya Beli (IDB) ditargetkan 595,50 <strong>tahun</strong> 2007 dan meningkatmenjadi 649,56.87


BAB IVKEBIJAKAN PEMBANGUNAN DAERAH4.1. Arah Kebijakan dan Strategi Pembangunan Daerah4.1.1. Arah KebijakanKebijakan adalah arah/tindakan yang diambil oleh Pemerintah untukmencapai tujuan. Sementara itu, Arah Kebijakan Umum (AKU) merupakankebijakan yang berkaitan dengan program Kepala Daerah terpilih, sebagai arahbagi Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) maupun Lintas SKPD dalammerumuskan kebijakan guna mencapai kinerja sesuai dengan tugas danfungsinya.Mempertimbangkan gambaran umum kondisi <strong>daerah</strong> (Bab II),memperhatikan visi dan misi (Bab III), maka Arah Kebijakan Umumdikelompokkan berdasarkan Misi RPJMD <strong>tahun</strong> <strong>2006</strong>-2011 sebagai berikut :a. Pemanfaatan sumberdaya <strong>daerah</strong> diarahkan kepada pencapaian Misiuntuk Mewujudkan Pelayanan yang ramah, cepat dan transparan .Kemampuan aparatur dan lembaga pemerintahan <strong>daerah</strong> dalammeningkatkan pelayanan publik yang ramah, cepat dan transparan,berdasarkan hal tersebut, maka arah kebijakan pembangunan <strong>tahun</strong> <strong>2006</strong>-2011 diarahkan :1) Meningkatkan kualitas pelayanan publik;2) Mengembangkan kapasitas pemerintahan <strong>daerah</strong>;dan3) Meningkatkan kualitas perencanaan <strong>daerah</strong> dan partisipasi publik.b. Pemanfaatan sumberdaya <strong>daerah</strong> diarahkan kepada pencapaian Misiuntuk Membangun dan mengelola Sarana dan Prasarana infrastrukturyang Cukup, Baik dan Merata.Pemerintah <strong>daerah</strong> melalui misi tersebut diatas, menetapkan arahkebijakan yang akan ditempuh untuk memenuhi kewajibannya sebagaipenyedia pelayanan publik dalam rangka pembangunan di bidang saranaprasarana maka arah kebijakan pembangunan adalah :88


1) Meningkatkan pelayanan transportasi;2) Meningkatkan pengelolaan kebersihan dan lingkungan hidup;3) Mengendalikan tata ruang dan bangunan secara efektif danefisien;dan4) Meningkatkan kualitas lingkungan pemukiman.c. Pemanfaatan sumberdaya <strong>daerah</strong> diarahkan kepada pencapaian Misiuntuk Mengembangkan Perekonomian Masyarakat, Dunia Usaha danKeuangan Daerah.Pemerintah <strong>daerah</strong> melalui misi tersebut di atas menentukan arahkebijakan yang akan ditempuh untuk memenuhi kewajibannya sebagaipenyedia barang-barang publik dalam rangka pemberdayaan potensi<strong>daerah</strong> untuk mengembangkan perekonomian masyarakat. Arah kebijakanpembangunan <strong>daerah</strong> diarahkan kepada :1) Meningkatkan perekonomian masyarakat melalui Koperasi dan UKM;2) Meningkatkan investasi <strong>daerah</strong> berbasis tenaga kerja;3) Meningkatkan agrobisnis per<strong>kota</strong>an dan pelayanan bidang pertanian;4) Mengembangkan pusat pertumbuhan perekonomian baru;dan5) Mengembangkan potensi pariwisata, seni dan budaya.d. Pemanfaatan sumberdaya <strong>daerah</strong> diarahkan kepada pencapaian Misiuntuk Meningkatkan Kualitas Keluarga, Pendidikan, Kesehatan danKesejahteraan Masyarakat berlandaskan nilai-nilai agama.Melalui misi tersebut Pemerintah <strong>daerah</strong> menetapkan arah kebijakanyang akan ditempuh untuk memenuhi kewajibannya sebagai penyediabarang-barang publik dalam rangka meningkatkan kualitas keluarga,pendidikan dan kesejahteraan masyarakat berlandaskan nilai-nilai agama.Untuk itu arah kebijakan pembangunannya sebagai berikut:1) Meningkatkan perluasan kesempatan memperoleh pendidikan danpeningkatan kualitas pendidikan serta peran serta masyarakat dalampendidikan;89


2) Meningkatkan derajat kesehatan masyarakat melalui upaya pelayanankesehatan yang lebih baik;3) Peningkatan pemberdayaan masyarakat;4) Meningkatkan penanganan masalah-masalah sosial;5) Meningkatkan pelayanan hak-hak dasar masyarakat;6) Meningkatkan potensi dan prestasi olah raga.4.1.2. Strategi Pembangunan Daerah4.1.2.1. Strategi Pembangunan Daerah dalam Pencapaian Misi Pertama :Mewujudkan pelayanan yang ramah, cepat dan transparan.Arah Kebijakan : Meningkatkan kualitas pelayanan publikStrategi : Memperbaiki kinerja layanan publik melaluiperbaikan manajemen pelayanan yang berorientasipada pelayanan terpadu.Arah Kebijakan : Mengembangkan kapasitas pemerintahan <strong>daerah</strong>Strategi :a. Mendorong peningkatan kinerja pemerintahan<strong>daerah</strong> yang dapat melaksanakan tugas-tugaspemerintahan secara tertib dan profesionalmelalui peningkatan kualitas SDM, pengawasandan penyempurnaan kelembagaan/ketatalaksanaan dan kerjasama antar lembaga;b. Meningkatkan kinerja DPRD melaluioptimalisasi peningkatan peran dan fungsiDPRD dalam bidang legislasi, anggaran danpengawasan;c. Mewujudkan tertib pengelolaan aset <strong>daerah</strong>melalui perbaikan manajemen asset, landbanking dan pengadaan serta pemeliharaangedung-gedung pemerintahan sebagai aset<strong>daerah</strong>;dan90


d. Meningkatkan kualitas produk hukum <strong>daerah</strong>melalui penyusunan produk-produk hukum<strong>daerah</strong> dan penyediaan layanan advokasi.Arah Kebijakan : Meningkatkan kualitas perencanaan <strong>daerah</strong> danpartisipasi publik.Strategi : Melaksanakan perencanaan dan pelaksanaanpembangunan secara partisipatif melaluipenyusunan regulasi partisipasi publik,penjaringan aspirasi masyarakat, pelaksanaanpengendalian dan evaluasi pembangunan,pembentukan forum warga dan penyusunandokumen perencanaan/kajian.4.1.2.2. Strategi Pembangunan Daerah dalam Pencapaian Misi Kedua :Membangun dan mengelola sarana dan prasarana infrastrukturyang cukup, baik dan merata.Arah Kebijakan : Meningkatkan pelayanan transportasiStrategi :a. Meningkatkan kualitas jaringan transportasimelalui pemeliharaan, peningkatan danpembangunan infrastruktur transportasi, denganmelibatkan masyarakat dan dunia usaha;danb. Menurunkan titik kemacetan melaluipengembangan manajemen transportasitermasuk kemungkinan pengembangan modatransportasi massal.91


Arah Kebijakan : Meningkatkan pengelolaan kebersihan danlingkungan hidup.Strategi :a. Mendorong terwujudnya efisiensi pengelolaansampah melalui perbaikan manajemenpengelolaan sampah di TPA dan peningkatanpengelolaan sampah pada sumber sampah;danb. Meningkatkan kualitas lingkungan gunamencegah terjadinya banjir dan pencemaranmelalui pengendalian dan pengawasanlingkungan, rehabilitasi lahan kritis, penataandrainase dan konservasi <strong>daerah</strong> resapan air.Arah Kebijakan : Mengendalikan tata ruang dan bangunan secaraefektif dan efisien.Strategi :Menjaga keseimbangan antara kawasan terbangundengan ruang terbuka hijau melalui optimalisasipengendalian pemanfaatan ruang yang dapatmenjamin terpeliharanya ruang terbuka hijau danmemberikan insentif kepada pemilik sawah teknis.Arah Kebijakan : Meningkatkan kualitas lingkungan permukimanStrategi :a. Menurunkan jumlah kawasan kumuh melaluipenataan lingkungan dan penyediaan RumahSusun Sederhana Sewa (RUSUNAWA);danb. Memberikan layanan air bersih melaluipembangunan sarana prasarana air bersih dankerjasama pengelolaan air bersih.92


4.1.2.3. Strategi Pembangunan Daerah dalam Pencapaian Misi Ketiga :Mengembangkan Perekonomian Masyarakat, Dunia Usaha, danKeuangan Daerah.Arah Kebijakan : Meningkatkan perekonomian masyarakat melaluikoperasi dan UKM.Strategi : Melaksanakan upaya peningkatan pendapatanmasyarakat melalui fasilitasi akses permodalan,pengembangan manajemen usaha produktif danmanajemen pemasaraan baik lokal maupun ekspor,serta penataan pasar tradisional.Arah Kebijakan : Meningkatkan investasi <strong>daerah</strong> berbasis tenagakerja.Strategi :a. Mendorong terwujudnya minat investasi melaluipenyederhanaan regulasi dan kerjasama duniausaha dengan pemerintah (BUMD);danb. Menyiapkan tenaga kerja yang berkualitas danperlindungan ketenagakerjaan melaluipelatihan ketenagakerjaan, pengembangansistem informasi dan manajemenketenagakerjaan dan fasilitasi hubunganindustrial ketenagakerjaan.Arah Kebijakan : Meningkatkan agribisnis per<strong>kota</strong>an dan pelayananbidang pertanianStrategi :a. Mengembangkan produk pertanian potensialmelalui pengembangan agribisnis unggulan,pembibitan, pertanian organik dan pembinaansumber daya pertanian;dan93


. Menjamin terlaksananya keamanan panganmelalui Pelayanan masyarakat veteriner dankesehatan hewan, peningkatan layanan RumahPotong Hewan (RPH) dan pengawasan TempatPemotongan Hewan/Tempat Pemotongan Ayam(TPH/TPA).Arah KebijakanStrategi: Mengembangkan pusat pertumbuhan perekonomianbaru: Membuka pusat pertumbuhan baru pada wilayahperbatasan melalui penyiapan sentra niaga danbudaya, serta pembentukan kawasan industriterpadu.Arah Kebijakan : Meningkatkan kapasitas keuangan <strong>daerah</strong>Strategi :a. Meningkatkan pendapatan <strong>daerah</strong> melaluiperbaikan sistem dan manajemen pengelolaankeuangan <strong>daerah</strong>, serta mengoptimalkanpenerimaan PAD dan diversifikasi penerimaan<strong>daerah</strong>;danb. Mewujudkan efisiensi dan transparansi dalampengadaan barang dan jasa melaluipelaksanaan e-procurement, serta peningkatankemampuan pengguna dan penyedia barangdan jasa.Arah KebijakanStrategi: Mengembangkan potensi pariwisata, seni dan budaya.: Melaksanakan pengembangan pariwisata dan senibudaya melalui penataan obyek wisata yangberbasis potensi wisata lokal dan pelestarian seniserta cagar budaya.94


4.1.2.4. Strategi Pembangunan Daerah dalam Pencapaian Misi Keempat :Meningkatkan kualitas keluarga, pendidikan, kesehatan dankesejahteraan masyarakat yang berlandaskan nilai-nilai agama.Arah Kebijakan : Meningkatkan perluasan kesempatan memperolehpendidikan, dan peningkatan kualiatas pendidikan,serta peranserta masyarakat dalam pendidikan.Strategi :a. Meningkatkan kualitas penyelenggaraanpendidikan melalui peningkatan angkapartisipasi sekolah, penurunan angka putussekolah, peningkatan kualitas hasil belajarpeserta didik, peningkatan kualitas lembagapendidikan, peningkatan kualitas tenagapendidik dan kependidikan, serta peningkatanperan serta masyarakat dalampenyelenggaraan pendidikan;danb. Mendorong peningkatan prestasi generasimuda, olahraga dan seni budaya melaluipembinaan generasi muda dan olahragaberprestasi, serta pembinaan seni budaya<strong>daerah</strong>.Arah Kebijakan : Meningkatkan derajat kesehatan masyarakatStrategi : Meningkatkan kualitas pelayanan kesehatanmasyarakat melalui penyediaan layanan kesehatandasar dan rujukan, peningkatan kesehatankeluarga, kewaspadaan pangan dan gizi,penanganan penyakit menular dan tidak menular,penyelenggaraan kesehatan lingkungan danpromosi kesehatan.95


Arah KebijakanStrategi: Peningkatan pemberdayaan masyarakat.: Melaksanakan pemberdayaan masyarakat melaluipeningkatan kesejahteraan keluarga (anak dangender), pemanfaataan teknologi tepat guna,peningkatan partisipasi masyarakat dan pembinaanlembaga keswadayaan masyarakat.Arah Kebijakan :Strategi :Meningkatkan penanganan masalah-masalah sosiala. Menyediakan jaminan sosial melalui pemberiansantunan sosial, penyediaan sarana sosial danregulasi penyediaan fasilitas bagi penyandangcacat di tempat umum, penangananpenyandang masalah kesejahteraan sosial(PMKS);danb. Mewujudkan ketertiban masyarakat melaluipenegakan perda dan peningkatan kemampuandeteksi dini dan cegah dini.Arah Kebijakan : Meningkatkan pelayanan hak-hak dasarmasyarakatStrategi :a. Meningkatkan kualitas kehidupan beragamamelalui upaya pembinaan kehidupan beragama,fasilitasi kegiatan keagamaan dan penyediaanbantuan sarana keagamaan;b. Meningkatkan kesadaran politik masyarakatmelalui pembinaan, penguatan kelembagaansosial dan sosialisasi hak-hak politikmasyarakat;96


c. Mendorong terciptanya tertib administrasikependudukan melalui pengembangan sistemadministrasi kependudukan dan catatan sipil;d. Mendorong peranserta pemuda dalampembangunan melalui pembinaan organisasikemudaan, profesi dan kewanitaan;e. Melaksanakan upaya penanggulangan bencanaalam dengan mengembangkan pola kemitraan.Arah KebijakanStrategi: Meningkatkan potensi dan prestasi olahraga: Mendorong peningkatan prestasi olah raga melaluipembinaan dan penyediaan sarana prasarana olahraga.Indikasi Program dan Kegiatan Pembangunan DaerahIndikasi Program dan Kegiatan dalam Pencapaian Misi Kesatu : MewujudkanPelayanan yang ramah, cepat dan transparan.4.2.1.1. Program Peningkatan Manajemen PelayananIndikasi Kegiatan (1) Penyusunan dan revisi Peraturan Daerahpelayanan;(2) Peningkatan kualitas SDM pelayanan; (3) Peningkatansarana dan prasarana pelayanan; (4) Pengembangan sisteminformasi pelayanan (e-Government); (5) Pengembangan konseppenilaian kinerja pelayanan; (6) Pelaksanaan penilaian kinerjapelayanan; (7) Pembentukan sistem pemberian informasi danpengaduan masyarakat.4.2.1.2. Program Peningkatan Integrasi PelayananIndikasi kegiatan (1) Kajian pelayanan terintegrasi; (2) Pembentukanpelayanan terpadu.97


4.2.1.3. Program Peningkatan Jangkauan PelayananIndikasi kegiatan (1) Penambahan waktu kerja untuk pelayanantertentu; (2) Pendelegasian sebagian kewenangan kepadakecamatan dan kelurahan.4.2.1.4. Program Peningkatan Kualitas SDM Pemerintahan DaerahIndikasi kegiatan (1) Pelaksanaan pendidikan dan pelatihanaparatur; (2) Peningkatan kesejahteraan aparatur pemerintah<strong>daerah</strong>; (3) Pelaksanaan uji kompotensi; (4) Penyusunan danpelaksanaan evaluasi kinerja perangkat <strong>daerah</strong>; (5) Peningkatanpemberian penghargaan dan penerapanan sanksi; (6)Pengembangan sistem informasi dan manajemen kepegawaian.4.2.1.5. Program Peningkatan Kualitas Kelembagaan danKetatalaksanaanIndikasi kegiatan (1) Pelaksanaan evaluasi kelembagaan; (2)Penyusunan dan evaluasi ketatalaksanaan (SOP); (3) Penyusunandan pelaksanaan Standar Pelayanan Minimum (SPM).4.2.1.6. Program Peningkatan Kualitas PengawasanIndikasi kegiatan (1) Pengembangan sistem pengawasan <strong>daerah</strong>;(2) Pelaksanaan pengawasan dan tindak lanjutnya; (3) Pembinaanteknis auditor.4.2.1.7. Program Pengembangan Kearsipan, Perpustakaan danTelematikaIndikasi kegiatan (1) Pengelolaan arsip <strong>daerah</strong>; (2) Pembangunanperpustakaan <strong>daerah</strong>; (3) Pengembangan telematika <strong>daerah</strong>.4.2.1.8. Program Peningkatan Kerjasama Antar LembagaIndikasi kegiatan (1) Peningkatan kerjasama antar <strong>daerah</strong>;(2) Peningkatan hubungan antara pusat dengan <strong>daerah</strong>; (3)Peningkatan hubungan dengan Perguruan Tinggi; (4) Peningkatankerjasama dengan MUSPIDA.98


4.2.1.9. Program Peningkatan Peran dan Fungsi LegislatifIndikasi kegiatan (1) Peningkatan peran dan fungsi legislasi;(2) Peningkatan peran dan fungsi budgeting; (3) Peningkatan perandan fungsi pengawasan; (4) Peningkatan SDM legislatif; (5) Fasilitasipeningkatan penunjang kegiatan DPRD.4.2.1.10. Program Pengelolaan dan Pengembangan Aset DaerahIndikasi kegiatan (1) Inventarisasi dan penilaian aset <strong>daerah</strong>;(2) Peningkatan management aset <strong>daerah</strong>; (3) Pengadaan tanahpemerintah (land banking); (4) Pembangunan dan pemeliharaangedung-gedung pemerintahan.4.2.1.11. Program Peningkatan Kualitas Produk Hukum DaerahIndikasi kegiatan (1) Penyusunan produk-produk hukum <strong>daerah</strong>;(2) Penyediaan layanan advokasi bagi Aparatur.4.2.1.12. Program Peningkatan Kualitas Perencanaan dan PengendalianPembangunanIndikasi kegiatan (1) Penyusunan regulasi partisipasi publik;(2) Peningkatan pelaksanaan penjaringan aspirasi masyarakat;(3) Penyelenggaraan wadah forum warga; (4) Pelaksanaanpengendalian dan evaluasi pembangunan; (5) Penyusunan kajiandan dokumen perencanaan; (6) Pelaksanaan sosialisasipembangunan.99


Indikasi Program dan Kegiatan dalam Pencapaian Misi Kedua : Membangundan Mengelola Sarana dan Prasarana Infrastruktur yang cukup, baik danmerata.4.2.2.1. Program Pembangunan, Peningkatan, Rehabilitasi danPemeliharaan Sarana dan Prasarana TransportasiIndikasi kegiatan (1) Pembangunan, peningkatan, rehabilitasi danpemeliharaan jalan dan jembatan; (2) Swakelola masyarakat dalampembangunan, pemeliharaan dan peningkatan jalan dan jembatan;(3) Pembangunan terminal; (4) Peningkatan pemerataan dan kualitaspelayanan Penerangan Jalan Umum (PJU); (5) Penyediaan alatperlengkapan jalan; (6) Penataan tempat pedestrian.4.2.2.2. Program Pengembangan Manajemen TransportasiIndikasi kegiatan (1) Penataan jaringan trayek; (2) Implementasitataran transportasi lokal; (3) Pengendalian kemacetan lalu lintas;(4) Pengembangan rekayasa lalu lintas; (5) Identifikasi kelas dannama jalan.4.2.2.3. Program Pengembangan Moda TransportasiIndikasi kegiatan (1) Kajian pengembangan moda transportasi;(2) Sosialisasi penggantian moda transportasi.4.2.2.4. Program Peningkatan Manajemen Pengelolaan Persampahan diTPAIndikasi kegiatan (1) Pengelolaan TPA sesuai SOP; (2) Pembinaanmasyarakat sekitar TPA; (3) Pengadaan sarana dan prasaranapersampahan di TPA.100


4.2.2.5. Program Peningkatan Manajemen Pengelolaan Persampahan diTPSIndikasi kegiatan (1) Pemanfaatan teknologi pengolahan sampah diTPS; (2) Pelibatan masyarakat dalam pengelolaan sampah di TPS;(3) Pengadaan sarana dan prasarana pengelolaan sampah di TPS.4.2.2.6. Program Peningkatan Kualitas Pengelolaan Lingkungan HidupIndikasi kegiatan (1) Pengendalian kualitas lingkungan; (2)Pembinaan dan Pengawasan pengelolaan limbah; (3) Rehabilitasilahan kritis; (4) Pengendalian pemanfaatan air permukaan dan airbawah tanah; (5) Pembangunan sumur resapan; (6) Pelibatanmasyarakat dalam pelestarian lingkungan hidup; (7) PengelolaanInstalasi Pengelolaan Limbah Terpadu (IPLT); (8) PenangananPenataan pohon.4.2.2.7. Program Pengendalian BanjirIndikasi kegiatan (1) Penataan sistem drainase <strong>kota</strong>; (2) Swakelolamasyarakat dalam penataan drainase; (3) Konservasi danpemanfaatan situ sebagai resapan air; (4) Pemeliharaan DAS; (5)Pembangunan dan pemeliharaan jaringan air irigasi.4.2.2.8. Program Perencanaan, Pengendalian, dan Pemanfaatan Ruang &BangunanIndikasi kegiatan (1) Penyusunan dokumen perencanaan tata ruang;(2) Optimalisasi kinerja TKPRD; (3) Pengendalian pemanfaatanruang dan bangunan; (4) Pengembangan IDSD Kota <strong>Depok</strong>;(5) Penataan pembangunan dan pemeliharaan ruang terbuka hijau(taman <strong>kota</strong>, dekorasi Kota, dan hutan <strong>kota</strong>); (6) Penyediaaninsentif bagi pemilik sawah teknis.4.2.2.9. Program Penataan Lingkungan PermukimanIndikasi kegiatan (1) Pengelolaan Rusunawa; (2) Pembangunansarana sanitasi lingkungan; (3) Rehabilitasi rumah tidak sehat.101


4.2.2.10. Program Peningkatan Jangkauan Layanan Air BersihIndikasi kegiatan (1) Fasilitasi kerjasama pengelolaan air bersih;(2) Pembangunan sarana dan prasarana air bersih.Indikasi Program dan Kegiatan dalam Pencapaian Misi Ketiga :Mengembangkan Perekonomian Masyarakat, Dunia Usaha dan KeuanganDaerah.4.2.3.1 Program Peningkatan Produktifitas Usaha Koperasi dan UKMIndikasi kegiatan (1) Pembinaan koperasi dan UKM; (2) Penyediaandana bergulir permodalan koperasi dan UKM; (3) Kajian danpembentukan lembaga keuangan mikro <strong>daerah</strong>; (4) Fasilitasi aksesaksespermodalan; (5) Fasilitasi pembentukan unit usaha produktif;(6) Regulasi perlindungan koperasi dan UKM; (7) Peningkatanjaringan kemitraan koperasi, UKM dan dunia usaha; (8) Promosikomoditas unggulan <strong>daerah</strong>, koperasi dan UKM;4.2.3.2 Program Pengembangan dan Penataan Pasar RakyatIndikasi kegiatan (1) Penataan pasar tradisional; (2) Perbaikanmanajemen pasar tradisional; (3) Penertiban status hukum asetpasar.4.2.3.3 Program Pengembangan Usaha Industri Rumah Tangga, Kecildan MenengahIndikasi kegiatan (1) Pengembangan sentra industri kecil danmenengah; (2) Pembinaan industri rumah tangga, kecil danmenengah.4.2.3.4 Program Pengembangan Usaha Perdagangan dan JasaIndikasi kegiatan (1) Pengembangan lembaga perdagangan danjasa; (2) Pengembangan perdagangan yang berorientasi ekspor.1<strong>02</strong>


4.2.3.5 Program Peningkatan Daya Tarik InvestasiIndikasi kegiatan (1) Penyusunan regulasi investasi; (2) Penyediaaninsentif bagi dunia usaha; (3) Memperkuat struktur permodalan &kinerja BUMD; (4) Kemitraan dunia usaha dan pemerintah.4.2.3.6 Program Peningkatan Kualitas KetenagakerjaanIndikasi kegiatan (1) Penyiapan tenaga kerja terlatih dalam dan luarnegeri; (2) Fasilitasi dan penyiapan tenaga kerja mandiri; (3)Fasilitasi penempatan tenaga kerja dengan dunia usaha; (4)Pengembangan sistem informasi dan manajemen ketenagakerjaan;(5) Kerjasama pelatihan ketenagakerjaan dengan lembagapendidikan; (6) Penyelenggaraan bursa kerja; (7) Pembangunanpusdiklat ketenagakerjaan.4.2.3.7 Program Perlindungan KetenagakerjaanIndikasi kegiatan (1) Fasilitasi hubungan industrial; (2) Fasilitasikeselamatan dan kesehatan kerja; (3) Penyusunan regulasiperlindungan dan fasilitas ketenagakerjaan; (4) Fasilitasi penetapanUMK.4.2.3.8 Program Pengembangan Agribisnis Per<strong>kota</strong>anIndikasi kegiatan (1) Pengembangan agribisnis potensial;(2) Pengembangan pembibitan/pembenihan; (3) Pembinaan SDMdan lembaga tani; (4) Pengembangan pertanian organik.4.2.3.9 Program Peningkatan Pelayanan Masyarakat Veteriner danKesehatan HewanIndikasi kegiatan (1) Peningkatan pelayanan Rumah Potong Hewan(RPH); (2) Pembinaan dan Pengawasan Tempat Potong Hewan(TPH) dan Tempat Potong Ayam (TPA); (3) Peningkatan pelayanankesehatan hewan; (4) Peningkatan pelayanan kesehatan masyarakatveteriner; (5) Pembinaan pemasaran produk Rumah PotongHewan (RPH).103


4.2.3.10 Program Penyiapan Kawasan Niaga dan Industri yang RamahLingkunganIndikasi kegiatan (1) Penyiapan sentra niaga dan budaya wilayahperbatasan; (2) Penyiapan kawasan industri terpadu.4.2.3.11 Program Peningkatan Pendapatan DaerahIndkasi kegiatan (1) Optimalisasi PAD; (2) Diversifikasi penerimaan<strong>daerah</strong>; (3) Evaluasi regulasi penerimaan <strong>daerah</strong>.4.2.3.12 Program Peningkatan Manajemen Pengelolaan KeuanganDaerahIndikasi kegiatan (1) Pengembangan sistem informasi danmanajemen keuangan <strong>daerah</strong>; (2) Penyiapan standar harga danstandar analisa belanja; (3) Evaluasi regulasi pokok-pokokpengelolaan keuangan <strong>daerah</strong>.4.2.3.13 Program Peningkatan Akuntabilitas Pengadaan Barang dan JasaIndikasi kegiatan (1) Sertifikasi pejabat pembuat komitmen danpanitia pengadaan barang dan jasa; (2) Pelaksanaan e-procurement;(3) Pembinaan teknis pelaksanaan pengadaan barang dan jasa.4.2.3.14 Program Pengembangan Obyek WisataIndikasi kegiatan (1) Penataan eko-wisata; (2) Pengembanganwisata belanja; (3) Pengembangan wisata pendidikan & religi.4.2.3.15 Program Peningkatan Pelestarian Seni dan BudayaIndikasi kegiatan (1) Pengembangan dan pelestarian seni dan cagarbudaya; (2) Peningkatan peran artis & seniman dalampembangunan; (3) Pemilihan Abang Mpok <strong>Depok</strong>; (4)Pembangunan gedung kesenian.104


Indikasi Program dan Kegiatan dalam Pencapaian Misi Keempat :Meningkatkan Kualitas Keluarga, Pendidikan, Kesehatan danKesejahteraan Masyarakat yang berlandaskan nilai-nilai agama.4.2.4.1. Program Peningkatan kualitas penyelenggaraan pendidikan usiadini, pendidikan dasar dan pendidikan menengah baik jalursekolah dan luar sekolahIndikasi kegiatan (1) Peningkatan pembangunan sarana danprasarana pendidikan; (2) Penyusunan regulasi pendidikan; (3)Rehabilitasi dan revitalisasi gedung sekolah melalui kerjasamamasyarakat dan swasta dengan imbal swadaya; (4) Penyediaantaman bacaan dan gerakan gemar membaca; (5) Pelaksanaan kejarpaket A, B dan C; (6) Pelaksanaan keaksaraan fungsional; (7)Fasilitasi madrasyah; (8) Pemberian beasiswa; (9) PengembanganSLTP dan SLTA terbuka; (10) Implementasi pendidikan dasar gratisuntuk sekolah negeri; (11) Peningkatan mutu KBM; (12)Pengembangan sanggar media; (13) Pelaksanaan evaluasipembelajaran yang berstandar; (14) Pengembangan manajemenberbasis sekolah/masyarakat; (15) Pengembangan sekolah kejuruanberorientasi pasar kerja; (16) Penyediaan sarana dan mediapembelajaran penunjang; (17) Kemitraan sekolah menengah denganperguruan tinggi dan dunia usaha; (18) Akreditasi lembaga-lembagapendidikan.4.2.4.2. Program Peningkatan Kualitas Tenaga Pendidik danKependidikanIndikasi kegiatan (1) Peningkatan kompetensi tenaga pendidik dankependidikan; (2) Peningkatan kesejahteraan tenaga pendidik dankependidikan.105


4.2.4.3. Program Peningkatan Peranserta Masyarakat/Swasta dalamPenyelenggaraan PendidikanIndikasi kegiatan (1) Pembentukan dan implementasi dana abadipendidikan; (2) Gerakan masyarakat peduli pendidikan; (3) GerakanInfaq pendidikan; (4) Peningkatan peran serta dunia usaha dalampenyelenggaraan pendidikan (CSR).4.2.4.4. Program Peningkatan Pembinaan Generasi Muda, Olah Ragadan Seni Budaya di SekolahIndikasi kegiatan (1) Peningkatan pembinaan generasi muda danolah raga berprestasi; (2) Pembinaan seni budaya <strong>daerah</strong>; (3)Peningkatan fasilitas olah raga dan seni.4.2.4.5. Program Penyelenggaraan Pelayanan Kesehatan Dasar danRujukanIndikasi kegiatan (1) Pelayanan kesehatan dasar di puskesmasdengan biaya murah; (2) Revisi regulasi pelayanan kesehatan; (3)Penyediaan obat dan alat pelayanan kesehatan; (4) Pelayanankesehatan rujukan; (5) Peningkatan kemitraan dengan pelayanankesehatan swasta; (6) Pengembangan puskesmas DTP; (7)Pembangunan Rumah Sakit Daerah (RSD); (8) Pembentukanasuransi kesehatan masyarakat; (9) Pengembangan sistem informasikesehatan (SIK).4.2.4.6. Program Penyelenggaraan dan Peningkatan Kesehatan KeluargaIndikasi kegiatan (1) Pelayanan keluarga berencana; (2) Pelayanankesehatan usia lanjut; (3) Pembinaan Posyandu/Posbindu.4.2.4.7. Program Peningkatan Kewaspadaan Pangan dan GiziIndikasi kegiatan (1) Peningkatan gizi masyarakat dan penanganangizi buruk; (2) Peningkatan ketahanan & kewaspadaan pangan.106


4.2.4.8. Program Penanganan Penyakit Menular dan Tidak MenularIndikasi kegiatan (1) Pencegahan dan pemberantasan penyakitmenular; (2) Penanganan penyakit dan penanggulangan KejadianLuar Biasa (KLB); (3) Penanganan penyakit tidak menular.4.2.4.9. Program Penyelenggaraan Kesehatan Lingkungan dan SanitasiDasarIndikasi kegiatan (1) Penyehatan air dan lingkungan pemukiman;(2) Pembersihan (hygene) dan sanitasi tempat-tempat umum dantempat pengelolaan makanan dan minuman.4.2.4.10. Program Penyelenggaraan Promosi KesehatanIndikasi kegiatan (1) Promosi perilaku hidup bersih & sehat;(2) Penyuluhan pencegahan dan penanggulangan penyalahgunaannarkotika, psikotropika dan aditif (p3napza) berbasis masyarakat.4.2.4.11. Program Pemberdayaan Masyarakat dan Keluarga SejahteraIndikasi kegiatan (1) Pemanfaatan teknologi tepat guna;(2) Perlindungan anak dan perempuan dari tindak kekerasan;(3) Pelaksanaan pengarusutamaan jender; (4) Penggerakanswadaya masyarakat; (5) Peningkatan kesejahteraan keluargamelalui peranserta wanita; (6) Peningkatan peranan RT/RW,Lembaga Pemberdayaan Masyarakat (LPM); (7) Optimalisasi KomitePenanggulangan Kemiskinan Daerah (KPKD).4.2.4.12. Program Penyelenggaraan Jaminan SosialIndikasi kegiatan (1) Pemberian santunan kematian; (2) Pemberiansantunan nikah gratis; (3) Penanganan penyandang masalahkesejahteraan sosial (PMKS); (4) Pembentukan rumah singgah; (5)Penyediaan fasilitas bagi penyandang cacat di tempat umum; (6)Pelayanan Taman Pemakaman Umum/Taman Makam Pahlawan(TPU/TMP).107


4.2.4.13. Program Peningkatan Tertib SosialIndikasi kegiatan (1) Sosialisasi produk-produk hukum <strong>daerah</strong>;(2) Penegakan perda; (3) Peningkatan kemampuan deteksi dini dancegah dini.4.2.4.14. Program Peningkatan Kualitas Kehidupan BeragamaIndikasi kegiatan (1) Pembinaan kerukunan antar umat beragamadan pembinaan organisasi keagamaan; (2) Peningkatan kualitassarana ibadah & sarana pendidikan agama; (3) Fasilitasi kegiatankeagamaan; (4) Revitalisasi pengelolaan Zakat, Infak, Sodakoh danWakaf (ZISWAF); (5) Peningkatan peran tokoh agama dan guruagama dalam pembangunan; (6) Gerakan pemberantasan butahuruf Al-Quran; (7) Pensertifikatan aset-aset sarana keagamaan.4.2.4.15. Program Peningkatan Kualitas Kehidupan PolitikIndikasi kegiatan (1) Sosialisasi hak-hak politik masyarakat;(2) Pembinaan peranan dan fungsi parpol; (3) Peningkatan wawasankebangsaan; (4) Pengembangan & penguatan kelembagaanketahanan sosial.4.2.4.16. Program Peningkatan Kualitas Penyelenggaraan ManajemenKependudukanIndikasi kegiatan (1) Penyelenggaraan Sistem AdministrasiKependudukan (SIAK); (2) Pengendalian penduduk pendatang;(3) Penyelenggaraan administrasi pencatatan sipil; (4) Pembinaanmobilisasi kependudukan.4.2.4.17. Program Pembinaan Organisasi Sosial KemasyarakatanIndikasi kegiatan (1) Pembinaan Karang Taruna; (2) Pembinaanorganisasi kepemudaan; (3) Pembinaan Lembaga SwadayaMasyarakat; (4) Pembinaan organisasi profesi; (5) Pembinaanorganisasi kewanitaan.108


4.2.4.18. Program Penangulangan BencanaIndikasi kegiatan (1) Penanggulangan bencana alam dan sosial;(2) Penanggulangan bencana kebakaran; (3) Peningkatan kemitraanpenanggulangan bencana.4.2.4.19. Program Peningkatan Prestasi Olah RagaIndikasi kegiatan (1) Pembinaan potensi atlit; (2) Penyediaan saranadan prasarana olah raga; (3) Pembinaan organisasi keolahragaan.109


BAB VKEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH5.1. Arah Kebijakan dan Strategi Pendapatan DaerahPendapatan <strong>daerah</strong> Kota <strong>Depok</strong> bersumber dari dana perimbangan, pendapatanasli <strong>daerah</strong> dan lain-lain pendapatan yang sah. Kontribusi dana perimbangan terhadapAPBD Kota <strong>Depok</strong> setiap <strong>tahun</strong>nya rata-rata sebesar 80% dari total pendapatan Kota<strong>Depok</strong>, Pendapatan Asli Daerah (PAD) sebesar 10% sampai 15% dari total pendapatanKota <strong>Depok</strong> dan lain-lain pendapatan yang sah rata-rata hanya sebesar 5% totalpendapatan Kota <strong>Depok</strong>.Rata-rata pertumbuhan pendapatan selama 4 <strong>tahun</strong> terakhir berkisar 17,8% per<strong>tahun</strong>. Pertumbuhan rata-rata terbesar besar dari Dana Perimbangan, yaitu sebesar26,9% per <strong>tahun</strong>, sementara pertumbuhan rata-rata Pendapatan Asli Daerah (PAD)hanya sebesar 9% per <strong>tahun</strong>, sedangkan Lain-lain Pendapatan yang sah mengalamipertumbuhan rata-rata negatif, yaitu rata-rata turun sebesar 30,2% per <strong>tahun</strong>.Memperhatikan kondisi aktual di atas maka kebijakan pendapatan <strong>daerah</strong>diarahkan untuk “meningkatkan proporsi Pendapatan Asli Daerah (PAD) terhadap totalpendapatan <strong>daerah</strong> dalam rangka mendorong terwujudnya kemandirian <strong>daerah</strong> dalammembiayai pembangunan <strong>daerah</strong>”.Adapun strategi dalam peningkatan pendapatan <strong>daerah</strong> adalah :a. Intensifikasi dan ekstensifikasi pemungutan pajak, retribusi dan lain-lainpendapatan <strong>daerah</strong>, antara lain melalui pengkajian perda pajak dan retribusi<strong>daerah</strong>, peningkatan uji petik pajak <strong>daerah</strong> dan retribusi <strong>daerah</strong>, peningkatanpemeriksaan pembukuan wajib pajak, penerapan sistem on-line penerimaan<strong>daerah</strong>, peningkatan penerimaan PPh pasal 21 dan peningkatan retribusi.b. Meningkatkan penyertaan modal dan investasi <strong>daerah</strong> pada berbagai kegiatanekonomi.110


5.2. Arah Kebijakan dan Strategi Belanja DaerahSebagaimana diketahui bahwa fungsi pemerintahan, disamping melaksanakanfungsi pengaturan adalah memberikan pelayanan kepada masyarakat. Dari konsepsitersebut, maka orientasi pembangunan <strong>daerah</strong> yang dioperasionalisasikan dalambelanja <strong>daerah</strong>, ditujukan guna memenuhi kebutuhan masyarakat dalam bentuklayanan pemerintahan.Dihadapkan pada hal di atas, maka kebijakan belanja <strong>daerah</strong> diarahkan untukmenyediakan kebutuhan dasar masyarakat (basic needs) meliputi pelayanan bidangpendidikan, kesehatan, sarana dan prasarana dasar per<strong>kota</strong>an dan pelayanan umumlainnya, serta dalam rangka pemenuhan layanan pengembangan potensi unggulan<strong>daerah</strong> (core competency).Adapun Strategi Belanja Daerah adalah:a. Memprioritaskan belanja pada pemenuhan layanan dasar masyarakat dengan titikberat pada bidang pendidikan, kesehatan, peningkatan daya beli yang dapatmenunjang pencapaian Indek Pembangunan Manusia (IPM), serta pemenuhanhak-hak dasar masyarakat;b. Memprioritaskan pada penyediaan sarana dan prasarana dasar per<strong>kota</strong>an, untukmenanggulangi permasalahan transportasi, persampahan, banjir, kawasankumuh, layanan air bersih dan kebutuhan per<strong>kota</strong>an lainnya;c. Memprioritaskan pada pengembangan pelayanan pemerintahan yang dapatmendukung terwujudnya kepuasan masyarakat sebagai pengguna layanan;dand. Menggunakan prinsip-prinsip penggunaan anggaran secara efektif dan efisienberdasarkan tolok ukur kinerja.5.3. Arah Kebijakan dan Strategi PembiayaanPembiayaan merupakan pos penyeimbang terhadap terjadinya surplus maupundefisit, terhadap besarnya pos belanja dari pada pendapatan. Hal ini dimungkinkanapabila terjadi defisit dapat ditutupi melalui pos pembiayaan dengan mendayagunakansumber penerimaan pembiayaan antara lain :a. Sisa Lebih perhitungan Tahun Anggaran;b. Dana Cadangan;111


c. Penjualan Aset Daerah yang Dipisahkan;dand. Pinjaman Daerah atau Penerbitan Obligasi.Sedangkan pengeluaran pembiayaan merupakan pos cadangan dan peningkatanefisiensi penyertaan modal dalam rangka investasi maupun pemenuhan kewajibanhutang, sehingga dapat dilakukan penyesuaian terhadap surplus dan defisit.Berdasarkan evaluasi, penerimaan pendapatan pemerintah Kota <strong>Depok</strong> pada<strong>tahun</strong> 20<strong>02</strong> adalah sebesar Rp. 337 milyar, sedangkan pengeluaran belanja pada<strong>tahun</strong> yang sama sebesar Rp. 272 milyar. Hal ini berarti terdapat surplus sebesar19,3% dari total penerimaan pada <strong>tahun</strong> 20<strong>02</strong>. Surplus ini menurun pada <strong>tahun</strong> 2003menjadi 15,3% dari total penerimaan dan meningkat lagi pada <strong>tahun</strong> 2004 menjadi31,3%.Dihadapkan pada hal tersebut dan dalam rangka efisiensi penggunaan anggaran,maka kebijakan pembiayaan dalam Struktur APBD Kota <strong>Depok</strong> diupayakan untuk dapatsurplus, artinya penerimaan lebih besar dari pada pengeluaran. Untuk merealisasikanarah kebijakan tersebut, maka strategi yang akan dilakukan dengan meningkatkanpenerimaan <strong>daerah</strong> dan mengefisiensikan belanja <strong>daerah</strong>, melalui upaya meningkatkansurplus anggaran yang akan difokuskan pada :a. Penyertaan modal pemerintah, untuk memperkuat struktur pendapatan <strong>daerah</strong>;danb. Membentuk dana cadangan, sebagai upaya pemerintah memenuhi kebutuhanmasyarakat yang tidak dapat dibiayai dalam satu <strong>tahun</strong> anggaran.112


BAB VIPENUTUP6.1. Program TransisiProgram transisi merupakan rancangan program indikatif satu <strong>tahun</strong> kedepansetelah periode RPJMD Kota <strong>Depok</strong> ini berakhir yaitu untuk <strong>tahun</strong> 2011. Programtransisi disusun oleh Pemerintah Daerah Kota <strong>Depok</strong> yang dituangkan dalam bentukRancangan Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) <strong>tahun</strong> 2012, berisi semuaagenda penyelesaian program dan kegiatan, serta masalah-masalah pembangunanyang belum seluruhnya tertangani sampai dengan <strong>tahun</strong> 2012 dan masalah-masalahpembangunan yang akan dihadapi <strong>tahun</strong> 2012.Penyusunan program transisi ini dilakukan dengan mempertimbangkanbeberapa hal sebagai berikut:a. Menjaga kesinambungan pembangunan dan mengisi kekosongan rencanapembangunan <strong>daerah</strong> <strong>tahun</strong> 2012 (berupa Rencana Kerja PemerintahDaerah/RKPD 2012) yang diperlukan sebagai pedoman bagi penyusunanRencana Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (RAPBD) <strong>tahun</strong> 2012;danb. Mengingat waktu yang sangat singkat bagi kepala <strong>daerah</strong> terpilih hasil pemilihanlangsung <strong>tahun</strong> 2012 nanti untuk menyusun RPJM Daerah 2012 – 2017 sertaRencana Kerja Pemerintah Daerah <strong>tahun</strong> 2012, maka kepala <strong>daerah</strong> terpilih <strong>tahun</strong><strong>2006</strong> Kota <strong>Depok</strong> dan atau pejabat Wali<strong>kota</strong> transisi tetap mempunyai ruang gerakyang luas untuk menyempurnakan Rancangan Rencana Kerja Pemerintah Daerah(RKPD) <strong>tahun</strong> 2012 dan Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah<strong>tahun</strong> 2012 yang sudah disusun untuk pelaksanaan pembangunan <strong>daerah</strong> yanglebih baik.113


6.2. Kaidah PelaksanaanRPJMD Kota <strong>Depok</strong> <strong>tahun</strong> <strong>2006</strong> – 2011 merupakan penjabaran dari visi, misidan program/kegiatan kepala <strong>daerah</strong> hasil pemilihan langsung <strong>tahun</strong> <strong>2006</strong>. Adapunmanfaat dari RPJMD Kota <strong>Depok</strong> ini sebagai berikut: (1) RPJMD sebagai pedomanbagi Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) yang ada di Kota <strong>Depok</strong> dalam menyusunRenstra-SKPD periode waktu lima <strong>tahun</strong>, (2) RPJMD sebagai pedoman bagipemerintah <strong>daerah</strong> dalam menyusun Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD)periode satu <strong>tahun</strong>, (3) RPJMD sebagai acuan dalam penguatan peran bagistakeholders untuk berpartisipasi aktif melaksanakan pembangunan sesuai denganprogram/kegiatan yang terdapat dalam RPJMD Kota <strong>Depok</strong>, dan (4) RPJMD sebagaidasar untuk dapat melakukan evaluasi dan pelaporan pelaksanaan kinerja kepala<strong>daerah</strong> dan pimpinan SKPD periode lima <strong>tahun</strong> dan <strong>tahun</strong>an.Agar RPJMD Kota <strong>Depok</strong> dapat memberikan manfaat yang maksimal, makaperlu ditetapkan kaidah-kaidah pelaksanaan sebagai berikut:a. Semua Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) yang ada di Kota <strong>Depok</strong>,berkewajiban untuk menyusun Rencana Strategis SKPD (Renstra-SKPD) yangmemuat visi, misi, tujuan, strategi, kebijakan, program, dan kegiatan pokokpembangunan sesuai dengan tugas dan fungsi masing-masing SKPD denganberpedoman kepada RPJMD Kota <strong>Depok</strong> <strong>tahun</strong> <strong>2006</strong> – 2011, yang nantinya akanmenjadi pedoman dalam menyusun Rencana Kerja SKPD (Renja-SKPD) satu<strong>tahun</strong>;b. Pemerintah Daerah berkewajiban untuk menyusun Rencana Kerja PemerintahDaerah (RKPD) periode satu <strong>tahun</strong>, sehingga tersedia acuan untuk dapatmenyusun RAPBD setiap <strong>tahun</strong>nya;c. Semua SKPD Kota <strong>Depok</strong>, masyarakat dan dunia usaha, serta semua pemangkukepentingan pembangunan (stakeholders) lainnya, berkewajiban untukmelaksanakan semua program/kegiatan kerja yang terdapat dalam RPJMD Kota<strong>Depok</strong> <strong>tahun</strong> <strong>2006</strong> – 2011 ini dengan sebaik-baiknya; dand. Dalam rangka menjaga dan meningkatkan efektifitas pelaksanaan RPJMD Kota<strong>Depok</strong> <strong>tahun</strong> <strong>2006</strong> – 2011, Badan Perencanaan Daerah (Bapeda) Kota <strong>Depok</strong>114


erkewajiban untuk melakukan pengarahan, koordinasi, dan pemantauanterhadap penjabaran RPJMD Kota <strong>Depok</strong> <strong>tahun</strong> <strong>2006</strong> – 2011 ke dalam RenstraSKPD.WALIKOTA DEPOK,ttd.H. NUR MAHMUDI ISMA’IL115

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!