11.07.2015 Views

Kekeliruan dalam Pendidikan Agama

Kekeliruan dalam Pendidikan Agama

Kekeliruan dalam Pendidikan Agama

SHOW MORE
SHOW LESS
  • No tags were found...

You also want an ePaper? Increase the reach of your titles

YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.

Senin, 06 Nopember 2006WACANA<strong>Kekeliruan</strong> <strong>dalam</strong> <strong>Pendidikan</strong> <strong>Agama</strong>Oleh M Saifuddin Alia dan Ulin NuhaRendahnya kualitas pendidikan agama yang menyebabkan masih banyaknya siswaterjerumus <strong>dalam</strong> akhlaqussayyiah tidak lain karena selama ini pendidikan agama<strong>dalam</strong> praktiknya cenderung hanya menekankan pada hafalan, ta'lim dan aspekkognitif/intelektual semata. Mengabaikan ranah afektif yang membutuhkanperenungan dan penghayatan secara men<strong>dalam</strong>.MENINGKATNYA jumlah siswi hamil serta masih banyaknya siswa yangterjerumus <strong>dalam</strong> perilaku amoralis, seperti mengonsumsi narkoba, tawuranantarpelajar, pergaulan bebas, berbuat zina, mencuri dan lain-lain menunjukkanbetapa buruknya kualitas pendidikan agama yang ada saat ini. <strong>Pendidikan</strong> agamabaru mampu membekali pengetahuan agama siswa semata dan belum mampumembangun moralitas dan akhlaknya. Padahal secara substantif mestinyamenanamkan keimanan dan ketakwaan pada siswa.Fokusnya adalah pendidikan rohani, moral, akhlaqul karimah, etika dan budipekerti luhur. <strong>Pendidikan</strong> agama bertanggung jawab penuh pada ranah afektifatau ta'dib seperti <strong>dalam</strong> kurikulum pendidikan agama (Islam)-nya At-Toumy yangsemuanya bermuara pada pembangunan akhlaqul karimah (At-Toemy, 1979).Sebatas HafalanRendahnya kualitas pendidikan agama yang menyebabkan masih banyaknya siswaterjerumus <strong>dalam</strong> akhlaqussayyiah tersebut tidak lain dikarenakan selama inipendidikan agama <strong>dalam</strong> praktiknya cenderung hanya menekankan pada hafalan,ta'lim dan aspek kognitif/intelektual semata. Mengabaikan ranah afektif yangmembutuhkan perenungan dan penghayatan secara men<strong>dalam</strong>.<strong>Pendidikan</strong> agama selama ini hanya sebatas transfer of knowledge pada siswatidak sampai pada ke<strong>dalam</strong>an transfer of values. Padahal kunci keberhasilanpendidikan agama sesungguhnya terletak pada sejauh mana ke<strong>dalam</strong>an transfernilai tersebut bisa dilaksanakan setiap hari.Akibatnya sangat fatal, siswa hanya dapat menguasai materi pelajaran agamasaja, tetapi tidak mampu mengaplikasikan nilai-nilai yang terkandung <strong>dalam</strong>pelajaran agama ke <strong>dalam</strong> kehidupan sehari-hari. Sebagai contoh para siswa saatini mayoritas hafal dan paham dalil naqli (Alquran/Hadis) tertuang laranganbertengkar, bermusuhan, saling menyakiti dan saling bunuh-membunuh, tetapipara siswa belum mampu merealisasikan ajaran tersebut <strong>dalam</strong> kehidupan seharihari.Hal ini terbukti dengan masih banyaknya kasus tawuran antarpelajar <strong>dalam</strong> satutahun ini dan siswa terlibat <strong>dalam</strong> berbagai tindak kekerasan.Jelasnya mayoritas siswa hafal dan paham atas larangan saling menyakiti, salingmenghina dan menyinggung perasaan orang lain yang terdapat <strong>dalam</strong> AlquranSurat Al-Hujurat 11; Hai orang-orang yang beriman janganlah ada kelompok di


antara kamu itu menghina kelompok lain, karena boleh jadi mereka yang dihinalebik baik daripada mereka yang menghina. "Dan larangan saling bunuhmembunuh(QS An-Nissa 4: 29),Dan janganlah kamu membunuh dirimu (<strong>dalam</strong>keterangan 287 mencakup juga larangan membunuh orang lain)'', tetapi merekabelum bisa menghayati dan mengaplikasikannya <strong>dalam</strong> kehidupan.Begitu pula <strong>dalam</strong> masalah narkoba yang sesungguhnya <strong>dalam</strong> kurikulumpendidikan agama telah ada pembahasan secara khusus. Sebagai contoh di tingkatSMA jelas diutarakan bahwa khomar (minuman keras) termasuk narkoba sebabillatnya sama-sama memabukkan, perjudian, berhala, dan mengundi nasib itu kejitermasuk perbuatan setan maka jauhilah supaya kamu bahagia. (Al-Maidah: 90).Dalam hadis yang diriwayatkan Imam Muslim: Kullu sarobin askara fahuwakhomrun (setiap minuman yang memabukkan hukumnya khomar). Serta Kullumuskirin khomrun wakdlu khomrin kharomun (setiap yang memabukkan adalahkhomar dan setiap khomar itu haram hukumnya).Mayoritas siswa SMP dan SMA sudah hafal dan paham dalil perihal keharamannarkoba tersebut, tetapi hingga saat ini tidak sedikit siswa yang masihmengonsumsi (kecanduan) narkoba. Ini membuktikan bahwa pelajaran agamayang hanya mengandalkan transfer of knowledge gagal, karena tidak mampumembebaskan siswa dari narkoba.Demikian pula <strong>dalam</strong> hal pergaulan bebas (berpacaran), mayoritas siswa jugasudah hafal dan paham perihal keharaman kissing, netting, petting, dan intercouse(KNPI) yang jelas-jelas dosa dan jauh dari norma-norma agama, sebab Alquranmelarang zina, karena zina adalah suatu perbuatan yang keji dan buruk (QS 17:32), tetapi pada realitasnya saat ini mereka justru melaksanakannya.Tragisnya dengan terang-terangan dan penuh kebanggaan. Lagi-lagi inimembuktikan bahwa pelajaran agama hanya sebatas transfer of knowledgesemata, tidak sampai pada ke<strong>dalam</strong>an transfer of values.Transfer NilaiMakanya agar pendidikan agama ke depan lebih berkualitas dan mampumembebaskan siswa dari akhlaqussayyi'ah (akhlak buruk) sebagaimana gambarandi atas, tidak ada pilihan lain bagi guru agama kecuali <strong>dalam</strong> mengajar harusselalu menekankan transfer nilai . Hal ini sesuai dengan amanat hasil konferensidunia pertama tentang pendidikan muslim (Islam) di Makkah 1977 yangmerumuskan pendidikan yang ideal adalah antara tarbiyah, ta'lim dan ta'dibberjalan secara bersama-sama.Juga sesuai dengan harapan H.A. Ludjito, yang menginginkan pendidikan menujuke arah pencapaian, keserasian, dan keseimbangan, pertumbuhan pribadi yangutuh yang menyangkut kejiwaan, intelektual, indera dan perasaan (aspek jasmanidan rohani secara seimbang). (H.A. Ludjito, 1995).Bila pendidikan agama mampu merealisasikan transfer nilai secara konsisten,dipastikan <strong>dalam</strong> waktu yang tidak terlalu lama siswa akan bebas dari berbagaiperilaku amoralis yang diharamkan oleh agama, seperti pergaulan bebas, sampaimempraktikkan KNPI, mengonsumsi narkoba, tawuran antarpelajar, bermabukmabukandan lain-lain.Penaggulangan TerpaduWalau pada hakikatnya tugas untuk menanamkan dan membangun akhlaqulkarimah siswa adalah para guru pendidikan agama namun pada realitasnya gurupendidikan agama harus dibantu berbagai komponen yang lain. Terutama,pertama, komponen keluarga. Keluarga sebagai wahana pendidikan pertama dan


utama bagi anak dituntut selalu memberikan nasihat dan senantiasa mengawasipergaulan mereka.Hal ini penting mengingat hanya anggota keluargalah yang bisa memantau secaraaktif, karena mereka memiliki waktu lebih banyak bila dibandingkan sekolah yanghanya bisa mengawasi siswa kurang-lebih 6-7 jam saja, sehingga pada waktu diluar sekolah secara otomatis menjadi tanggung jawab keluarga dan masyarakat.Makanya, pihak keluarga harus serius <strong>dalam</strong> mengoptimalkan peran tersebut.Misalnya, dengan cara menciptakan suasana keluarga yang agamis dan lain-lain.Kedua, komponen sekolah. Sekolah diharapkan secara khusus memberi perhatianterhadap masalah amoralitas siswa ini. Misalnya dengan menciptakan suasanasekolah yang religius dan agamis. Sekolah juga harus bersikap tegas terhadapsiswa yang terbukti melakukan perbuatan amoralis, seperti tawuran antarpelajar,mengonsumsi narkoba, pergaulan bebas dan lain-lain. Sekolah hendaknyamemberi sanksi seberat mungkin pada mereka. Ini penting agar mereka jera untuktidak mengulangi lagi.Ketiga, adanya keseriusan aparat secara totalitas. Bekerja sama dengan pihaksekolah, sesering mungkin aparat kepolisian melakukan operasi ke kelas-kelas. Halini penting untuk membersihkan sekolah (kelas) dari barang-barang maksiat,seperti narkoba, ponsel porno, gambar/buku porno, senjata tajam dan lain-lain.Keempat, adanya dukungan hukum yang proporsional. Misalnya, ancamanhukuman diperberat. Namun hal ini tidak sebatas ancaman semata sebagaimanayang terjadi saat ini, tetapi harus direalisasikan secara jujur dan objektif.Kelima, adanya iktikad baik dan serius dari pemerintah. Pemerintah lewatDepartemen <strong>Pendidikan</strong> (Diknas) dan Departemen <strong>Agama</strong> (Depag) hendaknyamengeluarkan surat keputusan bersama yang bersifat imbauan atau bahkaninstruksi agar seluruh lembaga pendidikan baik negeri maupun swasta wajib bebasdari perilaku siswa yang amoralis. Nah dengan ketentuan ini diharapkan pihaksekolah, para guru dan semua komponen yang terlibat di <strong>dalam</strong>nya akan lebihserius dan maksimal <strong>dalam</strong> mengawasi perilaku siswa.Akhirnya bila pendidikan agama <strong>dalam</strong> pengajarannya selalu menekankan transfernilai serta kelima komponen pendukung di atas bisa bekerja dengan maksimal dansaling bantu-membantu, maka dapat dipastikan proyek besar membangunmoralitas siswa tidak lama lagi akan tercapai. Diharapkan tidak ada lagi siswayang tawuran, mengonsumsi narkota, siswi hamil akibat pergaulan bebas dan lainlain.Sebaliknya yang ada hanyalah siswa yang memiliki akhlaqul karimah.(11)- M Saifuddin Alia, direktur Central for Islamic Education and CultureStudies (CIIS) Grobogan; Drs Ulin Nuha, MAg, dosen Fakultas TarbiyahIAIN Walisongo.

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!