• Tujuan kemanusiaan, misalnya mencari tahu tuntutan khusus dari korban dan mengidentifikasibantuan kemanusiaan yang dibutuhkan.• Tujuan penguatan korban untuk kerja advokasi dan kampanye lebih lanjut, misalnya denganmenggalang kelompok korban dan mendorong mereka untuk bersuara di hadapan publik yanglebih luas.Seluruh tujuan di atas dilandasi kehendak baik. Memasukkan pertimbangan efisiensi, hemat tenagahemat biaya, tentu tidak ada salahnya. Namun demikian, sekali lagi, tujuan yang terlalu banyakmalah akan merepotkan kerja pencarian fakta.Bagian lain dari kerja persiapan adalah mempertajam ruang lingkup pencarian fakta. Hal ini bisadilakukan melalui berbagai cara, misalnya dengan berkonsentrasi pada:• beberapa tonggak peristiwa,• suatu rangkaian peristiwa dalam rentang waktu yang terbatas,• kelompok korban tertentu (perempuan, pengurus organisasi atau orang dengan afiliasi politiktertentu),• beberapa topik atau tema pelanggaran tertentu (penghilangan paksa, eksekusi mati, kekerasanseksual),• satuan wilayah tertentu,• lainnya.Pembatasan tujuan dan ruang lingkup investigasi akan memunculkan semacam sederet kriteriakasus atau peristiwa yang perlu didalami dan rincian lainnya seperti: lokasi yang perlu dikunjungi,kelompok-kelompok yang perlu ditemui, jaringan kerjasama yang perlu digalang,kontak/penghubung yang perlu dimintai bantuan, daftar dokumen tambahan yang perlu dipelajari,dan saksi/korban yang harus diwawancarai. Dengan tujuan dan ruang lingkup pencarian fakta yangterumuskan jelas, tim kerja dapat melangkah ke tahap berikutnya, yakni menyusun semacampanduan atau daftar pertanyaan.Kedua, mengembangkan rencana kerja teknis yang spesifik. Semua misi pencari faktamembutuhkan dukungan manajemen dan teknis tertentu. Semakin besar skala pekerjaan, semakinbanyak orang yang dilibatkan, dan semakin besar pula kebutuhan akan koordinasi. Jika harusmenggalang tenaga relawan, perlu untuk memikirkan bagaimana para relawan tersebut direkrut dandilatih. Sangat baik untuk memastikan dukungan teknis yang diperlukan, sebelum mengirimkan timpencari fakta ke lapangan. Misalnya, menyiapkan kontak di lapangan, penunjuk jalan danpenterjemah (bila diperlukan). Rencana kerja yang baik adalah yang mampu mengantisipasi danmemecahkan berbagai kesukaran kesukaran lapangan yang mungkin timbul.Pada tahap perencanaan, sering harus diambil keputusan/kebijakan tentang derajat kerahasiaan darisuatu misi pencarian fakta. Bahkan di masa yang lebih terbuka seperti sekarang, beberapa jenis misipencarian fakta memang harus dilakukan secara tertutup (misal: illegal logging, mafia pengadilan),terutama untuk menjaga keselamatan saksi atau korban. Segi kerahasiaan barangkali penting untukdipertimbangkan pada misi pencarian fakta untuk beberapa pelanggaran HAM di masa lalu. Tidaksemua orang menyambut baik upaya pengungkapan pelanggaran HAM, seperti tampak pada inisiatifpenggalian kuburan massal korban peristiwa 1965 di Jawa Tengah, yang ditentang oleh kelompokkelompokanti komunis.Aspek lain yang perlu dipertimbangkan adalah seberapa banyak misi pencarian fakta perlumendapatkan liputan dan dukungan dari media. Beberapa misi pencarian fakta yang dilakukanlembaga negara seperti Komnas HAM bersifat high profile, dilakukan secara terbuka dandipublikasikan luas (misal: Kasus Penyerbuan terhadap Jemaah Ahmadyah di Banten, 2011). Hal ini66
dilakukan sebagian karena misi pencarian fakta itu sendiri dimaksudkan untuk mengirim pesantertentu kepada kelompok pelaku kekerasan dan masyarakat luas. Apabila kelak inisitif KKRmendapatkan momentum yang tepat, didukung kehendak politik yang kuat, tentulah itu harusmendapatkan liputan dan dukungan dari media. Pada situasi lain, bila liputan media berlebihanmungkin malah akan memporak-porandakan kerja investigasi, langgam kerja low profile akan lebihmenguntungkan.Pencarian Fakta, Ujian Terhadap Metode Pencarian FaktaPencarian fakta lapangan adalah kesempatan untuk memahami seluk-beluk peristiwa pelanggaranHAM, menguji berbagai dugaan sebelumnya, sekaligus ujian terhadap rencana kerja dan metodepencarian fakta, termasuk kesesuaian dan ketajaman berbagai perangkat pencarian fakta yangdikembangkan (daftar periksa, daftar pertanyaan). Dalam pencarian fakta beberapa metode dapatdigunakan sekaligus. Penemuan dokumen-dokumen kunci jika perlu dilanjutkan dengan uji khususuntuk memeriksa keasliannya. Operasi pencarian fakta yang lebih rumit seperti penggalian kuburanmassal, membutuhkan uji laboratorium tertentu dan keahlian di bidang kedokteran forensik.Dua metode lain yang paling sering digunakan dalam pencarian fakta adalah pengamatan/observasilapangan dan wawancara tatap-muka dengan saksi/korban. Menyangkut observasi lapangan,semakin jauh jarak waktu, semakin lampau kejadian pelanggaran, semakin besar kemungkinanbahwa situs pelanggaran telah banyak berubah dibandingkan keadaan sebelumnya. Situs peristiwa(rumah, gedung, lapangan) mungkin sudah menjadi tempat terbengkalai, atau berubah, atau sengajadiubah. Di atas ladang yang diduga sebagai tempat penahanan/penyiksaan dan kuburan massal diTomohon, Sulawesi Utara, misalnya, saat ini sudah berdiri bangunan perkantoran. Dari aspek ini,observasi lapangan kadang tidak terlalu banyak membuahkan hasil. Namun demikian kunjunganlapangan bersama saksi/korban kadang-kadang menghidupkan ingatan akan detail kejadian masalalu (bandingkan dengan rekonstruksi kejadian yang dilakukan petugas reserse kepolisian).Tentang Wawancara Tatap-Muka IndividualMengapa wawancara individual? Wawancara merupakan metode penggalian fakta yang terpentingdan banyak digunakan. Pengungkapan kejadian pelanggaran HAM yang dilakukan Komite Kebenarandan Rekonsiliasi Afrika Selatan merupakan operasi berskala besar yang mengerahkan banyakpetugas pewawancara dan penterjemah, dan menghasilkan demikian banyak rekaman dantranskripsi. Wawancara tatap-muka membutuhkan waktu, tenaga, dan terutama kesediaan sumberuntuk menceritakan pengalaman/kesaksiannya. Namun, demikian dibandingkan metode lain(wawancara jarak jauh, mengisi lembar isian) wawancara jenis ini lebih luwes, lebih memberikankeleluasaan bagi sumber untuk memberikan keterangannya dan mengungkapkan diri. Dansebaliknya, wawancara individual pun lebih memungkinkan pewawancara pun menangkap warnaperasaan dari saksi/korban yang menuturkan pengalamannya.Siapa yang perlu diwawancarai? Pencarian fakta pelanggaran HAM bertujuan untuk membangunkonstruksi kejadian di masa lalu. Karena itu wawancara terutama dilakukan terhadap orang-orangyang berada di tempat kejadian dan menyaksikan kejadian (pelanggaran) dengan mata kepalasendiri. Jika kejadian pelanggaran berlangsung dalam rentang waktu cukup panjang (katakanlahbeberapa hari), maka penting untuk memastikan pada bagian mana saja sumber menyaksikankejadian pelanggaran dengan mata kepala sendiri. Sumber pertama tentu lebih dapat diandalkandibandingkan sumber kedua (teman, tetangga, kerabat, anak yang pernah mendengar penuturan67
- Page 2:
Melawan Pelupaan PublikPanduan Disk
- Page 7:
3. Taylor: Perang Tersembunyi Sejar
- Page 10 and 11:
iasa di kalangan publik umum untuk
- Page 12 and 13:
Orde Baru yang sistematik dan melua
- Page 14 and 15:
menghadapi pelupaan publik yang gej
- Page 16 and 17:
Penulis ternama, Satyagraha Hoerip,
- Page 18 and 19:
korban itu sendiri. Kita harus mamp
- Page 20 and 21:
hanya melayani kejahatan individu w
- Page 22 and 23:
kepada mereka. Tuntutan awalnya ada
- Page 24 and 25: Namun usaha untuk menarik garis bar
- Page 26 and 27: Kebenaran atau Keadilan: Kebenaran
- Page 28 and 29: yang terutama dikerjakan oleh Memor
- Page 30 and 31: Bagian 2. Merancang Dokumentasi Kej
- Page 32 and 33: memberitakan cerita-cerita bohong t
- Page 34 and 35: memperoleh izin bergerak menurut In
- Page 36 and 37: PERTANYAAN-PERTANYAAN UNTUK DISKUSI
- Page 38: mengerahkan warga sipil ini tidak d
- Page 41 and 42: (kehidupan ekonomi, sosial, budaya,
- Page 43 and 44: Memorial-Rusia[...] Di bekas negara
- Page 45 and 46: PERTANYAAN-PERTANYAAN DISKUSI:1) Me
- Page 47 and 48: mengambil intisarinya dan mengintep
- Page 49 and 50: Jika demikian kita berangkat dari b
- Page 51 and 52: Pengertian Informasi Primer dan Inf
- Page 53 and 54: mendapatkan pengertian yang lebih b
- Page 55 and 56: Tabel 1: Perbedaan Dokumentasi deng
- Page 57 and 58: "Perantara yang berpengalaman semac
- Page 60 and 61: Dalam pendokumentasian tentu akan b
- Page 62 and 63: pekerjaan pustakawan dalam memilih,
- Page 64 and 65: tengkorak, enam puluh buah telah di
- Page 66 and 67: II. Darimana Memulai: Mengajak Korb
- Page 68 and 69: tujuan kami, dan apa yang akan kami
- Page 70 and 71: • Menjaga kerahasiaan identitas k
- Page 72 and 73: menghadapi kesulitan di lapangan, d
- Page 76 and 77: dari sumber pertama). Tuntutan ini
- Page 78 and 79: miskin yang didirikan oleh organisa
- Page 80 and 81: 2. Riset Peristiwa 65 di SoloSejak
- Page 82: lokal (bagian putri Pakorba Solo su
- Page 86 and 87: menyiksa para jenderal, ditelanjang
- Page 88 and 89: palu-arit,” perkosaan dalam tahan
- Page 90 and 91: usak, dan membuat perabotan rumah t
- Page 92 and 93: Ketika Santo Hariyadi diperintahkan
- Page 94 and 95: capek, kepanasan, dan sebagainya, n
- Page 96 and 97: kita [babat rumput]. Dari batas Des
- Page 98 and 99: Setelah menyiang pada dari alang-al
- Page 100 and 101: Kemudian ditutup. Kalau ditanyak pe
- Page 102 and 103: Di tengah-tengah dokumentasi itu, i
- Page 104 and 105: Pernyataan tentang Izin Penggunaan
- Page 106 and 107: Profil ELSAMLembaga Studi dan Advok