menghadapi kesulitan di lapangan, dan seterusnya. Daftar ini dapat terus diperpanjang, namunseluruhnya berbicara tentang prasyarat individual. Sementara, sedikit sekali pembicaraan mengenaiprasyarat organisasional. Padahal, semakin luas dan semakin kompleks kerja pengungkapan,semakin dibutuhkan pula dukungan organisasional yang tangguh, terandalkan, danberkesinambungan. Dukungan organisasional tersebut terentang dari tingkat yang paling teknis,manajemen (logistik, kepustakaan, informasi, pengetahuan, jaringan), hingga strategik, dan politik.Kerja pengungkapan peristiwa pelanggaran yang berskala besar, bersifat high profile, bahkanseringkali juga membutuhkan dukungan politik yang memadai (akan dibahas lebih lanjut di bagianselanjutnya). Seluruh jenis dukungan tersebut hanya dapat disediakan oleh organisasi (ataukumpulan organisasi) yang mampu mempertahankan fokus kerjanya dalam jangka panjang sertamampu meningkatkan kemampuannya dari waktu ke waktu. Jadi, untuk menjadi organisasi hak asasimanusia yang terandalkan, jangan mudah tergoda untuk mengubah-ubah fokus atau lingkuppekerjaan.Prasyarat metodologik dan teknik. Pemerolehan fakta/data/informasi pelanggaran HAMmembutuhkan prosedur, metode, dan perangkat/perkakas. Bandingkan dengan dokter atau perawatyang bekerja mengikuti suatu pedoman penatalaksanaan pemeriksaan/perawatan tertentu. Tidakbanyak berbeda dengan peneliti yang menerapkan prosedur tertentu untuk memperoleh, mengolahdan memahami data penelitian; atau wartawan yang berpedoman pada kaidah dan mengikuti suatuprosedur jurnalisme (investigasi). Misi pencarian fakta bertugas mencari tahu, mencari bukti solid,untuk menyatakan bahwa sejumlah pelanggaran HAM pernah terjadi atau bahkan masih terusberlangsung. Dan perlu dipastikan bahwa laporan pelanggaran HAM tersebut dibangun melaluisuatu cara pemerolehan fakta; bukan berdasarkan kabar burung atau wangsit. Seperti kerjainformasi dan pengetahuan lain, suatu misi pencarian fakta perlu memenuhi prasyarat metodologikdan teknis yang dapat dijelaskan dan dipertanggungjawabkan. Dengan bekerja tertib mematuhipanduan metodologis yang dapat dipertanggungjawabkan, kelompok/organisasi hak asasi manusiaakan mendapatkan kredibilitasnya.Prosedur Umum Pemerolehan FaktaPengungkapan pelanggaran HAM masa lalu tidak harus dimulai sama sekali dari awal. Wawancarapendahuluan (semi terstruktur, informal) dapat dilakukan untuk menjalin kontak dan memperolehgambaran awal. Suatu iniatif/program pencarian fakta perlu mengambil keuntungan dari berbagaisumber –sumber tertulis yang sudah ada; baik yang dipublikasikan secara luas melalui media massa(koran majalah, majalah, buku, memoar), dokumen resmi administrasi pemerintah (berita acarapengadilan, laporan tahunan), maupun dokumen yang beredar di lingkungan terbatas (penelitian,monografi, laporan kejadian, catatan perjalanan, album foto keluarga, dst). Banyak sumberdaya danwaktu dapat dihemat jika kita sudah memiliki beberapa informasi pendahuluan. Hal-hal bersifatumum yang sudah cukup jelas tidak perlu diselidiki lagi, dan arah investigasi lapangan dapatkemudian diarahkan ke arah yang lebih khusus lagi. Pada masa reformasi tercatat beberapa mantantahanan politik Pulau Buru menuliskan riwayat hidup dan kesaksiannya. Beberapa bagian dari bukumereka menggambarkan kehidupan sehari-hari di instalasi penahanan Pulau Buru, yang selamasekian tahun tertutup dari pandangan publik. Beberapa memoar cukup jelas menggambarkan polaumum dari operasi penangkapan terhadap dan perampasan harta benda dari orang-orang yangdianggap berhaluan kiri atau merupakan simpatisan Partai Komunis Indonesia.Dari sumber/publikasi sebelumnya biasanya kita dapat memperoleh gambaran tentang konteks ataulatar belakang (politik) dari peristiwa pelanggaran HAM. Kebanyakan peristiwa pelanggaran HAM dimasa lalu (operasi militer di Aceh, peristiwa Tanjung Priok, Penembakan Misterius, peristiwa 1965,dan banyak lagi) terjadi pada masa pemerintahan presiden Soeharto. Dan memburuknya situasi64
HAM kala itu perlu ditempatkan dalam pasang surut kekuasaan Soeharto, serta meluas danmenyempitnya kesempatan politik untuk penegakkan HAM. Dokumen masa lalu dalam berbagaibentuknya juga kerap sangat membantu untuk menangkap dan memahami semangat dan suasanajaman, suasana hati (mood) masyarakat, termasuk kosa-kata jargon politik, serta diskursus danperdebatan politik pada masa itu.Sumber dari media massa (cetak, elektronik) dan googling. Sering ada perdebatan tentangketerbatasan atau kelemahan data sekunder misalnya koran atau majalah. Data sekunder seringdikatakan memiliki kredibilitas rendah. Pendapat ini ada benarnya. Banyak koran atau majalah, baiksekarang maupun tempo doeloe, hanya menuliskan nama inisial reporternya atau bahkan tidakmencantumkannya sama sekali. Membaca koran, majalah, dan sumber sekunder lain memangmemerlukan kehati-hatian. Tidak semua koran memiliki kualitas pelaporan yang baik. Juga harusdisadari bahwa banyak koran memang sengaja merupakan corong propaganda suatu pandanganpolitik tertentu, yang tidak seluruhnya berpihak pada penghormatan terhadap hak asasi manusia.Kehati-hatian yang sama dapat diterapkan untuk sumber-sumber internet. Mengikuti perkembangansekarang, seperti pekerja informasi lainnya, aktivis HAM lazim juga menggali informasi dari duniamaya. Googling. Sama halnya dengan media massa cetak, berbagai sumber internet memilikikredibilitasnya masing-masing sebagai sumber informasi. Boleh dikatakan bahwa semuakelompok/organisasi, bahkan semua orang, dapat menerbitkan apa saja di internet. Sehinggaberagam jenis pandangan, baik yang menguntungkan maupun yang menyudutkan nilai-nilai hakasasi manusia, terwakili di internet. Dari waktu ke waktu jumlah informasi di internet bertambahdengan laju yang luar biasa. Googling memang banyak membantu, karena banyak informasi yangdulu tergolong tertutup dapat diperoleh dengan mudah di dunia maya, namun bisa membuat kitatersesat di hadapan timbunan informasi yang demikian banyaknya.Mengembangkan Rencana Kerja DetailTemuan yang diperoleh melalui studi pustaka/dokumen, selain memberikan sejumlah informasiawal, menyediakan sejumlah jawaban, namun juga memunculkan banyak pertanyaan baru. Hal inibiasanya terjadi ketika investigator mulai mencoba merekonstruksi bangunan peristiwa pelanggaran.Semua pemerolehan informasi pendahuluan pada akhirnya harus diarahkan untuk:Pertama, mempertajam tujuan dan lingkup kerja pencarian fakta. Lazimnya, dari pemerolehandata/informasi awal akan muncul sejumlah tema tertentu dan dugaan awal sementara mengenaipola pelanggaran tertentu. Tujuan dan lingkup kerja pencarian fakta pada akhirnya memang harusdibatasi dan dirumuskan dengan jelas. Menimbang waktu dan sumberdaya yang umumnya terbatas,sungguh tidak mungkin suatu tim pencari fakta menetapkan tujuan yang terlalu luas, terlalu banyak,atau berniat untuk menggali seluruh aspek dari semua peristiwa pelanggaran HAM di masa lalu.Tujuan utama pencarian fakta adalah memastikan bahwa suatu peristiwa pelanggaran memangbenar-benar terjadi (atau tidak terjadi), memperoleh gambaran bagaimana dan mengapa peristiwatersebut terjadi. Namun demikian, biasanya dengan tujuan efisiensi, agar sekali dayung dua-tigapulau terlampaui, misi pencarian fakta kerap mendapat tugas-tugas tambahan. Misalnya untuk:• Tujuan ilmu pengetahuan, yakni mendapatkan uraian detail guna membangun semacam sejarahsosial komunitas yang tinggal di kawasan tertentu,• Tujuan hukum, seperti mencari bukti-bukti dan fakta pendukung lain yang diperlukan untuksuatu proses penuntutan (hukum).65
- Page 2:
Melawan Pelupaan PublikPanduan Disk
- Page 7:
3. Taylor: Perang Tersembunyi Sejar
- Page 10 and 11:
iasa di kalangan publik umum untuk
- Page 12 and 13:
Orde Baru yang sistematik dan melua
- Page 14 and 15:
menghadapi pelupaan publik yang gej
- Page 16 and 17:
Penulis ternama, Satyagraha Hoerip,
- Page 18 and 19:
korban itu sendiri. Kita harus mamp
- Page 20 and 21:
hanya melayani kejahatan individu w
- Page 22 and 23: kepada mereka. Tuntutan awalnya ada
- Page 24 and 25: Namun usaha untuk menarik garis bar
- Page 26 and 27: Kebenaran atau Keadilan: Kebenaran
- Page 28 and 29: yang terutama dikerjakan oleh Memor
- Page 30 and 31: Bagian 2. Merancang Dokumentasi Kej
- Page 32 and 33: memberitakan cerita-cerita bohong t
- Page 34 and 35: memperoleh izin bergerak menurut In
- Page 36 and 37: PERTANYAAN-PERTANYAAN UNTUK DISKUSI
- Page 38: mengerahkan warga sipil ini tidak d
- Page 41 and 42: (kehidupan ekonomi, sosial, budaya,
- Page 43 and 44: Memorial-Rusia[...] Di bekas negara
- Page 45 and 46: PERTANYAAN-PERTANYAAN DISKUSI:1) Me
- Page 47 and 48: mengambil intisarinya dan mengintep
- Page 49 and 50: Jika demikian kita berangkat dari b
- Page 51 and 52: Pengertian Informasi Primer dan Inf
- Page 53 and 54: mendapatkan pengertian yang lebih b
- Page 55 and 56: Tabel 1: Perbedaan Dokumentasi deng
- Page 57 and 58: "Perantara yang berpengalaman semac
- Page 60 and 61: Dalam pendokumentasian tentu akan b
- Page 62 and 63: pekerjaan pustakawan dalam memilih,
- Page 64 and 65: tengkorak, enam puluh buah telah di
- Page 66 and 67: II. Darimana Memulai: Mengajak Korb
- Page 68 and 69: tujuan kami, dan apa yang akan kami
- Page 70 and 71: • Menjaga kerahasiaan identitas k
- Page 74 and 75: • Tujuan kemanusiaan, misalnya me
- Page 76 and 77: dari sumber pertama). Tuntutan ini
- Page 78 and 79: miskin yang didirikan oleh organisa
- Page 80 and 81: 2. Riset Peristiwa 65 di SoloSejak
- Page 82: lokal (bagian putri Pakorba Solo su
- Page 86 and 87: menyiksa para jenderal, ditelanjang
- Page 88 and 89: palu-arit,” perkosaan dalam tahan
- Page 90 and 91: usak, dan membuat perabotan rumah t
- Page 92 and 93: Ketika Santo Hariyadi diperintahkan
- Page 94 and 95: capek, kepanasan, dan sebagainya, n
- Page 96 and 97: kita [babat rumput]. Dari batas Des
- Page 98 and 99: Setelah menyiang pada dari alang-al
- Page 100 and 101: Kemudian ditutup. Kalau ditanyak pe
- Page 102 and 103: Di tengah-tengah dokumentasi itu, i
- Page 104 and 105: Pernyataan tentang Izin Penggunaan
- Page 106 and 107: Profil ELSAMLembaga Studi dan Advok