korban itu sendiri. Kita harus mampu menghayati bagaimana nasib orang-orang miskin akibat tindakpelanggaran HAM.[...]PERTANYAAN-PERTANYAAN UNTUK DISKUSI1) Jelaskan apakah kasus/kejahatan hak asasi manusia rezim Orde Baru yang anda advokasiselama ini telah menjadi pengetahuan publik lokal? Jika ya kelompok masyarakat manayang paling banyak mengetahui kasus/kejahatan tersebut?2) Apakah mereka masih membicarakan kejahatan tersebut?a. Jika ya, :• dimana mereka membicarakannya (ruang publik atau terbatas)?• isu-isu apa saja yang mereka bicarakan?• Apa yang membuat mereka tertarik untuk membicarakannya?b. jika tidak, faktor-faktor apa yang membuat mereka jarang/tidak pernahmembicarakannya?3) Apakah para korban kejahatan hak asasi manusia Orde Baru di wilayah anda telah banyakyang bersuara? Jika belum faktor-faktor apa saja yang menyebabkan hal itu terjadi?4) Apakah pemerintah lokal terpilih sekarang mengetahui adanya tindak kejahatan hak asasimanusia Orde Baru di masa lalu?5) Apakah mereka kerap membicarakan kejahatan tersebut dalam acara-acara resmi ataupuntidak resmi?III. Memahami Kompleksitas Penyelesaian Kejahatan Hak Asasi Manusia SkalaBesar di <strong>Masa</strong> Orde BaruPengantarHampir kebanyakan korban dan pembela hak asasi manusia Indonesia menyadari tentang pelbagaikompleksitas penyelesaian kejahatan hak asasi manusia skala besar di masa Orde Baru. Kuatnyaperlawanan para pihak yang bertanggungjawab terhadap upaya penanganan kejahatan dalambentuk “menolak untuk diperiksa Komnas HAM” hingga “menekan proses peradilan agarmembebaskan para terdakwa” adalah penyebab mengapa kejahatan hak asasi manusia skala besardi masa Orde Baru hingga saat ini belum juga terselesaikan. Di samping itu, para pihak yangbertanggungjawab ini juga terus berupaya sekuat negara untuk melanggengkan produk kebijakanyang melindungi tindak kejahatan mereka di masa lalu, termasuk mensabotase kebijakan nasionaltentang pengungkapan kebenaran di masa lalu, melalui manuver politik dan hukum yang secarakonsisten mereka pertontonkan kepada para korban dan pegiat hak asasi manusia. Berikut iniadalah kumpulan artikel, paper, dan buku tentang kompleksitas penyelesaian kejahatan hak asasimanusia skala besar di Indonesia10
1. Agung Putri: Mengadili <strong>Masa</strong> Lampau dan Kompleksitas yang Melingkupinya[...] Penyelesaian tindak pelanggaran HAM masa lampau senantiasa menjadi salah satu titikketegangan baik antara pemerintah dengan rakyat, pemerintah dengan kelompok-kelompok oposisi,kekuatan internasional, penanam modal dan lainnya.Melupakan masa lampau serta berkonsentrasi pada masa kini dan mendatang merupakanpenyelesaian yang paling sederhana untuk ditempuh. Namun cara itu tidak akan memuaskan rakyat.Di Indonesia, ide semacam itu sudah muncul dari satu dua jenderal dan pimpinan politik. Hal inimemunculkan kekhawatiran tidak diselesaikannya tindak pelanggaran HAM masa lampau. Ide inijelas menunjukkan tetap dipertahankannya impunity (~ “kebal hukum”) yang merupakan penyakitutama rezim politik terdahulu. Sebaliknya, rakyat mengharapkan semua pelaku tindak pelanggaranHAM dan kejahatan politik yang menimpanya segera dibawa ke pengadilan dan pelakunyadihukum.[...][...] Dalam beberapa peristiwa politik, rakyat secara langsung dapat menjadi hakim politik dalam“pengadilan rakyat”. Peristiwa revolusi Prancis menunjukkan, anggota keluarga kerajaan Loius XIVdan banyak pejabatnya tewas dipenggal alat Guillotine. Menjelang akhir Abad 20, pengadilan rakyatterjadi lagi atas keluarga Presiden Nicolae Ceausescu di Rumania. [...][...] Selain pengadilan rakyat, terjadi pula apa yang disebut dengan pengadilan “para pemenang”.Pengadilan terhadap pelaku kejahatan dilakukan oleh penguasa yang legitimate atas nama rakyatatau kemanusiaan. Sebut saja sebagai misal, Barisan Revolusioner Fidel Castro dan Ernesto “Che”Guevara yang mengadili pejabat pemerintahan Fulgencio Batista di Havana, Kuba, tahun 1960-an.Contoh pengadilan “pemenang” yang terkenal adalah pengadilan internasional terhadap pimpinanNasional-Sosialis Jerman (NAZI) dan pimpinan militer Jepang. Proses pengadilan tersebutberlangsung di Nuremberg dan Tokyo. Pengadilan ini mengadili perbuatan tindak kejahatankemanusiaan, genosida, dan kejahatan perang yang paling besar dan paling lama. Hasil dari prosesperadilan telah mempengaruhi pembentukan hukum kriminal internasional, instrumen HAM, danpembentukan pengadilan kriminal internasional tahun 1998. [...][...] sekalipun pengadilan Nuremberg dan Tokyo dapat dikatakan sebagai pengadilan penyelesaiansecara tuntas pertanggungjawaban tindak kejahatan kemanusiaan, tetapi pengadilan tersebut tidakserta merta memenuhi rasa keadilan korban. [...] Padahal mereka adalah korban Perang Dunia II;perang yang telah meninggalkan masalh berupa ratusan juta manusia tercerabut dari kampunghalamannya. Pergeseran demografi massal terjadi, belum lagi jutaan korban tewas, korban luka ataumenderita trauma. Dari identitas mereka, 90% warga sipil biasa yang tidak ikut berperang menjadikorban. Tidak terdapat strategi global mengatasi dampak perang dunia pada masyarakat di Eropamaupun di Asia. Target pengadilan ini adalah penghukuman demi kepentingan si Pemenang.[...] Pengadilan rakyat maupun pengadilan pemenang merupakan harapan terselubung dalam tiapgerakan demokrasi di mana pun. Slogan-slogan seperti “gantung”, “seret”, yang terpampang dispanduk-spanduk demonstrasi jalanan merupakan sebuah ceminan. Sayangnya harapan sederhanadan murni ini dengan mudah dimanipulasi elite politik. Terlebih lagi bila proses nyata transisi tidakdihitung secara cermat, seperti yang terjadi di Rumania.[...] Selain ciri transisi politik dan sistem hukumnnya yang sedikit digagas di atas, ternyata ciripelanggaran masa lampau itu sendiri juga merupakan persoalan. Pelanggaran masa lampau yanghendak diadili begitu rumit. Pemberlakuan sebuah hukum nyata-nyata tidak mampu mencakupbentuk kejahatan yang dilakukan secara kolektif, sistematis, terorganisir dan disponsori negara. Ia11
- Page 2: Melawan Pelupaan PublikPanduan Disk
- Page 7: 3. Taylor: Perang Tersembunyi Sejar
- Page 10 and 11: iasa di kalangan publik umum untuk
- Page 12 and 13: Orde Baru yang sistematik dan melua
- Page 14 and 15: menghadapi pelupaan publik yang gej
- Page 16 and 17: Penulis ternama, Satyagraha Hoerip,
- Page 20 and 21: hanya melayani kejahatan individu w
- Page 22 and 23: kepada mereka. Tuntutan awalnya ada
- Page 24 and 25: Namun usaha untuk menarik garis bar
- Page 26 and 27: Kebenaran atau Keadilan: Kebenaran
- Page 28 and 29: yang terutama dikerjakan oleh Memor
- Page 30 and 31: Bagian 2. Merancang Dokumentasi Kej
- Page 32 and 33: memberitakan cerita-cerita bohong t
- Page 34 and 35: memperoleh izin bergerak menurut In
- Page 36 and 37: PERTANYAAN-PERTANYAAN UNTUK DISKUSI
- Page 38: mengerahkan warga sipil ini tidak d
- Page 41 and 42: (kehidupan ekonomi, sosial, budaya,
- Page 43 and 44: Memorial-Rusia[...] Di bekas negara
- Page 45 and 46: PERTANYAAN-PERTANYAAN DISKUSI:1) Me
- Page 47 and 48: mengambil intisarinya dan mengintep
- Page 49 and 50: Jika demikian kita berangkat dari b
- Page 51 and 52: Pengertian Informasi Primer dan Inf
- Page 53 and 54: mendapatkan pengertian yang lebih b
- Page 55 and 56: Tabel 1: Perbedaan Dokumentasi deng
- Page 57 and 58: "Perantara yang berpengalaman semac
- Page 60 and 61: Dalam pendokumentasian tentu akan b
- Page 62 and 63: pekerjaan pustakawan dalam memilih,
- Page 64 and 65: tengkorak, enam puluh buah telah di
- Page 66 and 67: II. Darimana Memulai: Mengajak Korb
- Page 68 and 69:
tujuan kami, dan apa yang akan kami
- Page 70 and 71:
• Menjaga kerahasiaan identitas k
- Page 72 and 73:
menghadapi kesulitan di lapangan, d
- Page 74 and 75:
• Tujuan kemanusiaan, misalnya me
- Page 76 and 77:
dari sumber pertama). Tuntutan ini
- Page 78 and 79:
miskin yang didirikan oleh organisa
- Page 80 and 81:
2. Riset Peristiwa 65 di SoloSejak
- Page 82:
lokal (bagian putri Pakorba Solo su
- Page 86 and 87:
menyiksa para jenderal, ditelanjang
- Page 88 and 89:
palu-arit,” perkosaan dalam tahan
- Page 90 and 91:
usak, dan membuat perabotan rumah t
- Page 92 and 93:
Ketika Santo Hariyadi diperintahkan
- Page 94 and 95:
capek, kepanasan, dan sebagainya, n
- Page 96 and 97:
kita [babat rumput]. Dari batas Des
- Page 98 and 99:
Setelah menyiang pada dari alang-al
- Page 100 and 101:
Kemudian ditutup. Kalau ditanyak pe
- Page 102 and 103:
Di tengah-tengah dokumentasi itu, i
- Page 104 and 105:
Pernyataan tentang Izin Penggunaan
- Page 106 and 107:
Profil ELSAMLembaga Studi dan Advok