11.07.2015 Views

Download as PDF - ITB

Download as PDF - ITB

Download as PDF - ITB

SHOW MORE
SHOW LESS
  • No tags were found...

Create successful ePaper yourself

Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.

Institut Teknologi Bandung<strong>ITB</strong> | NewsDalam Pencarian ‘Sense of Space’USDI-<strong>ITB</strong>Sabtu, 16 - Juni - 2007, 13:32:27Adakah Anda salah seorang dari sivit<strong>as</strong> <strong>ITB</strong> yang mengawali hari Anda di kampus dengan berjalanmenyusuri Taman Ganesha, menyeberang Jalan Ganesha dan yang kini acapkali tertutup bercak-bercakkotoran burung koak, lalu melint<strong>as</strong> pergola yang menghubungkan Aula Barat dan Timur, mengangkat kakiAnda melewati rantai setinggi lutut yang terbentang di depan boulevard, terpercik butiran-butiran air mancur‘Indonesia tenggelam’ yang kala siang membaurkan sinar mentari menjadi pelangi, kemudian berbelok kearah Barat atau Timur untuk menuju ruangan kuliah Anda pada hari itu? Adakah Anda mer<strong>as</strong>a rutinit<strong>as</strong> ituistimewa?Ketika Henri MacLaine Pont merancang bangunan THS Bandung pada tahun 1918, ia telah ikutmempertimbangkan konsep yang pada m<strong>as</strong>a kini dinamakan ‘sense of place’ dan ‘sense of identity’ dalambidang arsitektur. Dengan latar belakang pemandangan Gunung Tangkuban Perahu, kampus THS Bandungyang sekarang bernama <strong>ITB</strong> ini dirancang dengan konsep bahwa ketika seseorang berjalan dari TamanGanesha menuju kampus <strong>ITB</strong>, ia akan melewati sebuah vista yang mengarah kepada pemandangan GunungTangkuban Perahu di kejauhan.1/3


Pont menginginkan agar perjalanan dari Selatan ke Utara kampus THS Bandung itu menjadi lebih darisekadar perjalanan dengan pemandangan indah. Ia menginginkan agar perjalanan itu sebuah pengalamantersendiri yang menimbulkan kesan dalam per<strong>as</strong>aan seseorang. Inilah yang disebut dengan ‘sense of place’.‘Sense of place’ didefinisikan Reeve sebagai ‘human perception of a specific environment, in other wordshow a person feels about that place while experiencing it or recalling it’. ‘Sense of place’ tercipta karenaperpaduan berbagai elemen: bangunan, ruang interior dan eksterior, cahaya, iklim, dsb. Kesemuanyamembentuk kesan tertentu bagi orang yang berada di suatu tempat.Pada tahun 1970, Prof. Slamet Wir<strong>as</strong>onjaya dengan timnya ditug<strong>as</strong>kan untuk menyusun m<strong>as</strong>terplan danmelakukan proyek renov<strong>as</strong>i sekaligus pembangunan <strong>ITB</strong> hingga menjadi seperti yang kita kenal sekarang.M<strong>as</strong>terplan ini tidak hanya disusun berd<strong>as</strong>arkan ‘sense of place’, tetapi juga ‘sense of identity’, sejarah m<strong>as</strong>alalu tempat tersebut, dan visi tempat tersebut di m<strong>as</strong>a depan juga turut menjadi pertimbangan dalampenyusunannya. At<strong>as</strong> konsep-konsep tersebut, dengan tetap mempertahankan gag<strong>as</strong>an McLaine Pont, Prof.Slamet Wir<strong>as</strong>onjaya dengan timnya menyusun kampus <strong>ITB</strong> yang dibagi menjadi 3 zona: zona ‘heritage’ atauzona tradisional, zona transisi, dan zona modern.Zona ‘heritage’ dimulai dari gerbang depan <strong>ITB</strong> hingga daerah Teknik Sipil dan Fisika. Di sini kita bisamelihat gaya arsitektur Indisch yang terkarakteris<strong>as</strong>i dengan kuat dalam bentuk atap-atap bangunannya.Zona ‘heritage’ terdiri dari beberapa bangunan <strong>as</strong>li kompleks THS Bandung waktu itu yang m<strong>as</strong>ih berdirihingga sekarang, di antaranya adalah Aula Barat dan Aula Timur. Zona ini adalah bentuk apresi<strong>as</strong>i terhadapsejarah m<strong>as</strong>a lalu <strong>ITB</strong>. Zona transisi sendiri diwakili oleh keempat labtek kembar di daerah Plaza Widya(Labtek V, VI, VII, VIII), bentuk atap keempat bangunan tersebut m<strong>as</strong>ih mengadopsi bentuk atap tradisionalAula Barat dan Aula Timur, sedangkan bentuk bangunannya sendiri telah mencerminkan m<strong>as</strong>a modern.Zona modern yang dimulai dari pusat gema hingga S<strong>as</strong>ana Budaya Ganesha menggambarkan visi <strong>ITB</strong> dim<strong>as</strong>a depan.Kehadiran Campus Center pada tahun 2004 di tengah-tengah zona ‘heritage’ oleh sebagian pihak dianggapmerusak m<strong>as</strong>terplan <strong>ITB</strong> terdahulu yang sudah dirancang dengan sangat matang. Bangunan putihbernuansa modern ini memang sudah menuai pendapat pro dan kontra dari sejak m<strong>as</strong>a perencanaannya.Oleh para mah<strong>as</strong>iswa, kehadiran Campus Center menggantikan Student Center dianggap mengubahsu<strong>as</strong>ana kampus menjadi tidak bergairah. “Dahulu Student Center menjadi pusat berbagai kegiatanmah<strong>as</strong>iswa, sekarang Campus Center walaupun sudah dijanjikan akan menjadi tempat unit-unit kegiatanmah<strong>as</strong>iswa, namun hingga saat ini tidak terlihat aktivit<strong>as</strong> yang menghidupkan su<strong>as</strong>ana kampus,” curahseorang mah<strong>as</strong>iswa yang tergabung di salah satu unit kegiatan mah<strong>as</strong>iswa yang bersekretariat di SunkenCourt.Rini Raksadjaya, salah satu staf Sekolah Arsitektur, Perencanaan dan Pengembangan Kebijakan (SAPPK)<strong>ITB</strong> yang juga ikut menyusun m<strong>as</strong>terplan <strong>ITB</strong> pada tahun 1970 berpendapat bahwa pro dan kontra tentangkeberadaan Campus Center memang akan selalu ada, namun ia menekankan bahwa arti dari preserv<strong>as</strong>iwilayah tidaklah selalu berarti harus mempertahankan bentuk-bentuk yang sudah ada tanpa diganggugugat.“Kita dapat membangun dan memodifik<strong>as</strong>i wilayah tersebut dengan tetap mengacu rancangan <strong>as</strong>li dan tidakmerusak tatanan yang sudah ada. Menurut saya, Campus Center sudah dibangun dengan tepat karenadengan simplisit<strong>as</strong>nya ia tidak ikut-ikutan ‘berteriak’ (terlihat berbeda jauh dengan lingkungan sekitarnya,red.),” ujarnya.Rini juga berpendapat tatanan kampus yang sudah ada saat ini belumlah sempurna, “Karena ‘siteplanning’juga mencakup hal-hal sederhana lain selain bangunan, seperti misalnya perabotan taman. Apabila kitaperhatikan, banyak hal yang merusak ‘sense of place’ yang seharusnya dir<strong>as</strong>akan oleh sivit<strong>as</strong> yangberaktivit<strong>as</strong> di dalam kampus. Salah satu contohnya tempat sampah. Banyak tempat sampah yangditempatkan dengan salah, tidak berada dekat dengan jalur hijau pejalan kaki. Dengan demikian bagaiman<strong>as</strong>eseorang dapat mer<strong>as</strong>a nyaman ketika akan membuang sampah? Ia harus berjalan jauh untuk mencapaitempat sampah. Begitu pula dengan bentuk tempat sampah yang ada saat ini. Tempat sampah berwarna2/3


hitam yang setinggi dada itu tidaklah fungsional. Di SAPPK, para pengangkut sampah bahkan mengancamjika sampahnya sampai dim<strong>as</strong>ukkan ke dalam tempat sampah tersebut mereka tidak mau mengangkutnya.Itu karena mereka kesulitan mengeluarkan sampah tersebut dari tempat sampah yang tingginya sampaisedada orang dew<strong>as</strong>a tersebut.”Bagi Rini, banyak perubahan yang telah dibuat p<strong>as</strong>ca m<strong>as</strong>a penyusunan m<strong>as</strong>terplan <strong>ITB</strong> yang justrumengurangi nilai keindahan lanskap <strong>ITB</strong>, dan selanjutnya berpengaruh pada kegiatan komunit<strong>as</strong>. “Salahsatunya adalah penempatan pohon. Jika dilihat, sebenarnya salah satu penyebab mengapa Campus Centertidak ramai dengan kegiatan mah<strong>as</strong>iswa adalah kurangnya pohon peneduh. Dahulu sewaktu m<strong>as</strong>a StudentCenter, pohon-pohon peneduh dan bangku-bangku yang berjejer di boulevard memf<strong>as</strong>ilit<strong>as</strong>i para mah<strong>as</strong>iswayang ingin beraktivit<strong>as</strong> di sana.” Maka dari itu dibutuhkan penataan ulang kampus agar kampus <strong>ITB</strong> menjadikampus yang nyaman bagi para sivit<strong>as</strong>nya untuk menjalankan aktivit<strong>as</strong>nya, tentunya tanpa menghilangkannilai-nilai tradisi terdahulu yang sudah dibangun.© Copyright 2008 Institut Teknologi Bandung3/3

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!