Download DocumentTo Search and Print - Tobacco Control Laws
Download DocumentTo Search and Print - Tobacco Control Laws Download DocumentTo Search and Print - Tobacco Control Laws
23(2) Zat adiktif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi tembakau,produk yang mengandung tembakau, padat, cairan, dan gas yangbersifat adiktif yang penggunaannya dapat menimbulkan kerugianbagi dirinya dan/atau masyarakat sekelilingnya;(43) Bahwa rumusan dalam Pasal 113 ayat (2) UU Kesehatan a quo jelas-jelasbukan merupakan rumusan hukum yang bersifat responsif danmencerminkan rasa keadilan. Rumusan itu pun menimbulkanketidakpastian hukum yang adil (fair legal uncertainty) oleh karenatidak memberikan pengakuan, jaminan, perlindungan, dan kepastianhukum yang adil. Ini berarti sekaligus pula tidak sejalan dengan prinsipnegara hukum Indonesia, karena tidak memberikan perlindungan hak asasimanusia, yang semestinya menjadi salah satu unsur pokok dari negarahukum.Rumusan Pasal 113 ayat (2) UU Kesehatan a quo menimbulkanketidakpastian hukum yang adil (fair legal uncertainty) karena:1) menyatakan bahwa tembakau HANYA bersifat merugikan bagiseseorang dan/atau masyarakat sekelilingnya.Rumusan redaksi “... yang penggunaannya dapat menimbulkankerugian bagi dirinya dan/atau masyarakat sekelilingnya; ” dalamPasal 113 ayat (2) UU Kesehatan tersebut sangat jelas bahwasannyatembakau HANYA bersifat merugikan bagi seseorang dan/ataumasyarakat sekelilingnya.Sedangkan, dalam fakta sejarah maupun kenyataan keseharian tidakdapat dipungkiri bahwa tembakau juga memberikan kegunaan ataukemanfaatan bagi seseorang dan/atau masyarakat sekelilingnya.Saksi dr. Subagyo menjelaskan bahwa yang bersangkutanmendengar, menangkap adanya informasi penanganan ataupengobatan yaitu balur nano terapi dengan define cigarette, yaitudengan memodifikasi atau memproses dari rokok yang ada, di sanamempunyai nilai penanganan atau penyembuhan yang dalam paket,dalam klinik dilaksanakan dengan balur nano terapi modifine cigarette(vide Putusan MK Nomor 19/PUU-VIII/2010 tanggal 1 November 2011hlm. 32).
- Page 1: PUTUSANNomor 24/PUU-X/2012DEMI KEAD
- Page 6 and 7: 6c. badan hukum publik atau privat;
- Page 8: 8LPPNU begitu juga merupakan organi
- Page 12 and 13: 12Pada saat yang bersamaan pula, pa
- Page 14 and 15: 14mempunyai kedaulatan dalambidang
- Page 16 and 17: 162) Pasal 28D ayat (1)dan ayat (2)
- Page 18 and 19: 18merugikankesehatan tidak diharusk
- Page 20 and 21: 20(31) Bahwa alasan para Pemohon da
- Page 25 and 26: 25Sementara itu, dr. drh. Mangku Si
- Page 28 and 29: 28Namun demikian, dalam kenyataanny
- Page 30 and 31: 30yakni dalam Putusan Nomor 19/PUU-
- Page 32 and 33: 324. Atau, apabila Majelis Hakim Ko
- Page 34 and 35: 34[2.3] Menimbang bahwa untuk mempe
- Page 36 and 37: 36kewenangan konstitusional sebagai
- Page 38 and 39: 38penggunaannya dapat menimbulkan k
- Page 40 and 41: 40“Setiap orang berhak atas penga
- Page 42: 42ttd.Maria Farida Indratittd.Anwar
23(2) Zat adiktif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi tembakau,produk yang meng<strong>and</strong>ung tembakau, padat, cairan, dan gas yangbersifat adiktif yang penggunaannya dapat menimbulkan kerugianbagi dirinya dan/atau masyarakat sekelilingnya;(43) Bahwa rumusan dalam Pasal 113 ayat (2) UU Kesehatan a quo jelas-jelasbukan merupakan rumusan hukum yang bersifat responsif danmencerminkan rasa keadilan. Rumusan itu pun menimbulkanketidakpastian hukum yang adil (fair legal uncertainty) oleh karenatidak memberikan pengakuan, jaminan, perlindungan, dan kepastianhukum yang adil. Ini berarti sekaligus pula tidak sejalan dengan prinsipnegara hukum Indonesia, karena tidak memberikan perlindungan hak asasimanusia, yang semestinya menjadi salah satu unsur pokok dari negarahukum.Rumusan Pasal 113 ayat (2) UU Kesehatan a quo menimbulkanketidakpastian hukum yang adil (fair legal uncertainty) karena:1) menyatakan bahwa tembakau HANYA bersifat merugikan bagiseseorang dan/atau masyarakat sekelilingnya.Rumusan redaksi “... yang penggunaannya dapat menimbulkankerugian bagi dirinya dan/atau masyarakat sekelilingnya; ” dalamPasal 113 ayat (2) UU Kesehatan tersebut sangat jelas bahwasannyatembakau HANYA bersifat merugikan bagi seseorang dan/ataumasyarakat sekelilingnya.Sedangkan, dalam fakta sejarah maupun kenyataan keseharian tidakdapat dipungkiri bahwa tembakau juga memberikan kegunaan ataukemanfaatan bagi seseorang dan/atau masyarakat sekelilingnya.Saksi dr. Subagyo menjelaskan bahwa yang bersangkutanmendengar, menangkap adanya informasi penanganan ataupengobatan yaitu balur nano terapi dengan define cigarette, yaitudengan memodifikasi atau memproses dari rokok yang ada, di sanamempunyai nilai penanganan atau penyembuhan yang dalam paket,dalam klinik dilaksanakan dengan balur nano terapi modifine cigarette(vide Putusan MK Nomor 19/PUU-VIII/2010 tanggal 1 November 2011hlm. 32).