10.07.2015 Views

08_199Ejakulasi Dini - Kalbe

08_199Ejakulasi Dini - Kalbe

08_199Ejakulasi Dini - Kalbe

SHOW MORE
SHOW LESS
  • No tags were found...

Create successful ePaper yourself

Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.

TINJAUAN HASIL PENELITIAN PUSTAKAEjakulasi <strong>Dini</strong>Dito AnurogoFakultas Kedokteran Universitas Palangka Raya / RS PKU Muhammadiyah Palangka Raya,Kalimantan Tengah, IndonesiaSINONIMPremature ejaculation (PE), ejakulasi praecox,zaoxie (bahasa Cina), early release, prematureejaculation (PE), early ejaculation (EE), rapidejaculation (RE). Di dalam artikel ini, digunakanistilah ejakulasi dini (ED).DEFINISIEjakulasi merupakan proses keluarnya cairanejakulat (berupa semen/mani) yang ditandaidengan keluarnya komponen-komponenejakulat, ejakulasi antegrad, penutupansfingter uretra interna, dan pembukaansfinkter uretra eksterna. Ejakulasi terjadi sekitar2-10 menit dari dimulainya hubungan seksual;sekitar 75% pria berejakulasi 2 menit setelahpenis memasuki vagina. Berikut beberapadefinisi ejakulasi dini:Menurut ICD X, kriteria ED ditujukan untukmereka yang memenuhi kriteria umumdisfungsi seksual, yaitu ketidakmampuanpasangan seksual dalam mengendalikanejakulasi secara cukup untuk menikmatihubungan seksual. Bermanifestasi sebagaiterjadinya ejakulasi sebelum/segera setelahaktivitas seks dimulai (sekitar 15 detik); tidakcukup ereksi untuk memungkinkan terjadinyahubungan seks. Hal ini bukan akibat darilama tidak berhubungan seks. Seorang priadidiagnosis ED bila berejakulasi dalam waktu15 detik setelah penetrasi.1. Ejakulasi dengan rangsang/stimulasiminimal yang terjadi mendahului hasrat,keinginan, birahi, sebelum atau segera setelahpenetrasi (masuknya penis ke vagina), yangmenyebabkan ketidaknyamanan (bother) ataupenderitaan (distress), sedangkan penderitanyasedikit atau tidak memiliki pengendalian(Second International Consultation on Sexualand Erectile Dysfunction).2. Ejakulasi yang menetap atau berulangdengan sedikit stimulasi/rangsangansebelum, saat, atau segera setelah penetrasidan sebelum penderita menghendakinya(sedikit atau tidak memiliki pengendalian);sehingga menyebabkan penderita dan/atau pasangannya khawatir, menderita,atau tertekan. (International Consultation onUrological Disease).3. Disfungsi seksual pria yang ditandaidengan ejakulasi yang selalu atau hampirselalu terjadi sekitar satu menit sebelum ataudi dalam vagina saat melakukan penetrasi danketidakmampuan untuk menunda ejakulasi di(hampir) semua penetrasi; juga akibat-akibatnegatif seperti: penderitaan, kekhawatiran,kecemasan, frustrasi dan/atau menghindarihubungan seksual (International Society forSexual Medicine).4. Ejakulasi tak terkendali dengan ciri khasberupa orgasme berulang atau menetapdengan sedikit rangsangan seksual sebelum,saat, atau setelah penetrasi (masuknyapenis ke vagina) dan sebelum seseorangmenginginkannya.5. Keadaan seorang pria sudah mengalamiorgasme dan berejakulasi sebelum ia sengajamenghendakinya.Semua definisi di atas memahami ED dari aspeksaat berejakulasi (short time interval betweenpenetration and ejaculation), ketidakmampuanmengendalikan atau menunda ejakulasi (lackof control over ejaculation), dan konsekuensi/akibat negatif dari ED (distress by one or bothpartners).EPIDEMIOLOGIWHO (World Health Organization)menyebutkan hak untuk sehat secara seksual(sexual health) merupakan hak asasi manusia.Jadi, memang sebaiknya ada kebebasan darigangguan organik, penyakit, dan kekuranganyang mengganggu kebebasan seksual danreproduksi. Bentuk disfungsi (gangguan)seksual yang umum dialami pria adalahejaculatory dysfunction, ejakulasi dini,disfungsiereksi, dan penurunan libido.Ejakulasi dini (ED) merupakan gangguan/disfungsi seksual pria yang paling seringdijumpai. ED memengaruhi sekitar 14-30% priaberusia lebih dari 18 tahun, 30%-40% pria yangaktif secara seksual, dan 75% pria di saat tertentudi dalam kehidupannya. Di seluruh dunia, adasekitar 22-38% penderita ED. Menurut CarsonC dan Gunn K (2006), sekitar 25%-40% darisemua pria menderita ED. Beberapa sumberbahkan menyebutkan 30-75% dari semua priadi dunia menderita ED.Ejakulasi dini merupakan problem seksualterutama pada penderita diabetes melitus, disamping impotensi dan hilangnya libido.PENYEBABPenyebabnya kompleks dan multifaktor,meliputi interaksi antara faktor psikologisdan biologis. Faktor psikologis meliputi: efekpengalaman dan pengkondisian seksualpertama kali (termasuk pengalaman seks diusia dini, hubungan seks pertama kali, dsb),terburu-buru ingin mencapai klimaks atauorgasme, teknik seksual, frekuensi aktivitasseksual, rasa bersalah, cemas, penampilanseksual, problematika hubungan, danpenjelasan psikodinamika.Faktor biologis meliputi: ketidaknormalankadar hormon seks dan kadar neurotransmiter,ketidaknormalan aktivitas refleks sistemejakulasi, permasalahan tiroid tertentu,peradangan dan infeksi prostat atau salurankemih, ciri (traits) yang diwariskan, teorievolutionary, sensitivitas penis, reseptordan kadar neurotransmiter pusat, degreeof arousability, kecepatan refleks ejakulasi.Riset terbaru menduga hipersensitivitaspenis merupakan salah satu penyebab yangmendasari ED.Faktor lainnya yang dapat juga berperan,seperti: impotensi (disfungsi ereksi), kerusakansistem saraf akibat pembedahan atau trauma(luka), ketergantungan narkotika dan obat(trifluoperazin) yang digunakan untukAlamat korespondensiemail: ditoanurogo@gmail.comCDK-199/ vol. 39 no. 11, th. 2012823


TINJAUAN PUSTAKAmengobati cemas dan gangguan mentallainnya.Ejakulasi dini yang dimulai setelah beberapatahun dapat disebabkan oleh infeksi salurankemih, konflik antarpasangan, atau gangguanneurologis.SIKLUS RESPONS SEKSUALBolte mengemukakan model linear untukmenjelaskan siklus respons seksual. Iamengemukakan lima fase, yaitu:1. Fase kehendak/libido seksual(sexual desire/libido)Fase ini terdiri dari berbagai fantasi, imajinasi, khayalantentang aktivitas seksual dan kehendak/dorongan yang berhubungan dengannya.2. Fase perangsangan seksual (sexualexcitement, arousal)Fase ini terdiri dari perasaan subjektif tentangrangsang seksual, kenikmatan, dan perubahanfisiologis yang menyertai. Perubahanutama pada pria adalah penis mulai berdiridan menegang. Sedangkan pada wanita,ditandai dengan menyempitnya pembuluhdarah di panggul, pelumasan (lubrikasi) dan“pengembangan” vagina, “pembengkakan”organ kelamin luar.3. Fase plateauFase menuju orgasme. Testis pria tertarik keskrotum. Vagina terus “mengembang” karenaaliran darah meningkat, klitoris menjadisangat sensitif. Pernapasan, detak jantung, dantekanan darah meningkat secara bertahap.Spasme otot mulai terjadi di wajah, tangan,kaki seiring dengan meningkatnya teganganotot-otot.4. Fase orgasmeFase ini merupakan puncak (climax)kenikmatan seksual yang diiringi kontraksiritmis dan pelepasan tegangan seksual yangkuat dan mendadak. Pada pria, terjadi kontraksiritmis otot-otot dasar penis, diikuti denganejakulasi. Pada wanita, vagina berkontraksi.5. Fase resolution (reflection,satisfaction)Fase terakhir, final, istirahat, ditandai dengankeintiman/kemesraan yang meningkat,suasana nyaman, relaksasi otot, kelelahan.Kepuasan pasangan merupakan hal pentingpada fase ini.PROSES EJAKULASIProses ejakulasi terdiri dari fase emission(pemancaran) dan expulsion (pengeluaran)dua refleks persarafan sequential yang jelasberbeda namun dikoordinasi dan distimulasioleh input saraf sensoris. Serabut sarafsensorik n. pudendus di glans penis mengiriminformasi menuju sacral cord dan bagian otakkorteks serebral sensoris.Refleks ejakulasi dimodulasi oleh otak danmedula spinalis; seseorang dapat berejakulasidengan stimulasi getaran penis.Gambar 1 Neurophysiology of ejaculation. Sumber: WyllieMG, Hellstrom WJG. (2010)(Keterangan: OT, oxytocin; 5-HT, 5-hydroxytryptamine(serotonin); NA, noradrenaline, ACh, acetylcholine; NO, nitricoxide; BC, bulbocavernosus muscle.)Neurotransmiter 5-hidroksitriptamin (5-HT,serotonin) terlibat pada pengendalianejakulasi. Efek “perlambatan” (retarding effect)5-HT pada ejakulasi dikarenakan aktivasisentral (yaitu: spinal dan supraspinal) reseptor5-HT1B dan 5-HT2C, sedangkan rangsanganreseptor 5-HT1A menimbulkan ejakulasi.Pendekatan PatofisiologisRespon ejakulasi dipicu oleh stimulasi(rangsangan) genital dan kortikal. Glans penismemiliki reseptor taktil yang dihubungkanmelalui penis bagian dorsal dan n. pudendusmenuju medula spinalis segmen sakral. Sarafsimpatis yang terlibat dalam emisi semenberasal dari intermediolateral columns medulaspinailis (T10–L2), melintasi rangkaian simpatisdan n. hipogastrikus menuju pelvic plexus danmelalui cavernous nerve menuju vas deferentia.Aktivitas simpatis memproduksi kontraksiotot polos epididymis dan vas deferens yangmemindahkan sperma menuju urethraposterior. Vesikula seminalis dan kelenjarprostat berkontraksi mengeluarkan cairanyang bercampur dengan sperma; kemudianbercampur dengan cairan yang berasal darikelenjar bulbourethral membentuk semen(mani).Semen menyebabkan tekanan pada dindingampullae urethra yang memuncak menujuafferent impulses, yang mencapai tulangbelakang (S2–4) melalui saraf pudendal danpelvik. Pengeluaran diperantarai oleh motorneurons di nucleus Onuf yang melewatipudendal nerve; mempersiapkan kontraksiharmonis otot bulbo-cavernosus dan ischiocavernosusdi dasar panggul.Penderita ejakulasi dini primer idiopatikmemiliki penile sensory thresholds yang lebihrendah dan/atau cortical penile thresholdsyang lebih besar daripada rekannya yangnormal. Riset pada hewan dan manusiamenghubungkan serotonergic genesis danpenyebab genetik.Pendekatan NeurobiogenesisStimulasi di reseptor sensoris mukosa glanspenis (Krause finger corpuscles) diteruskanoleh serabut aferen n. pudendus menujuS4, juga menuju pleksus hipogastrik diganglia simpatetik T10–L2. Informasi sensorisditeruskan ke otak, dimana tiga pusat ejakulasiterletak; dua di hipotalamus (medial preopticarea dan paraventricular nucleus) dan satu dimidbrain (periaqueductal grey).Pusat-pusat ini memadukan emisi semen,ejakulasi, dan orgasme. Hasil yang berupa efferentdopamine oleh pusat-pusat ini diaturoleh nucleus paragigantocellularis; memilikipengaruh menghambat (inhibitory) dari neuronserotonergik yang terpusat dan menujulumbar–sacral motor nuclei, yang secara kuat(tonically) menghambat ejakulasi. Neurotransmiteryang terlibat di pusat-pusat ini termasuknoradrenalin, gamma-aminobutyric acid, oksitosin,nitric oxide, serotonin dan estrogen.Ejakulasi dipicu oleh serabut eferen dopaminyang beraksi di pusat reseptor D2 dan serabuteferen spinal, yang meneruskan informasimenuju ganglia simpatetik di T10–L2 danserabut sakral. Hal ini menstimulasi n.pudendus di daerah S2–S4, menghasilkanbeberapa tahapan berikut:1. Tahap PertamaTerjadi kontraksi otot polos prostat, seminalvesicles, vas deferens and epididymis. Kejadianini meningkatkan volume semen yangdidorong menuju uretra posterior dengankontrol sistem saraf simpatetik, memproduksiemisi (pengeluaran/pancaran semen).824CDK-199/ vol. 39 no. 11, th. 2012


TINJAUAN PUSTAKA2. Sekunder (acquired, didapat)Ejakulasi dini yang onsetnya bertahapatau mendadak, berkembang setelahsebelumnya memiliki hubungan seksualmemuaskan tanpa masalah ejakulasi. Hal inijuga menyebabkan penderitaan pribadi danmasalah keharmonisan hubungan. Dapat jugadikatakan sebagai ED setelah suatu periodefungsi seksual yang adekuat.Menurut American Psychiatric Association,ejakulasi dini sekunder ditandai oleh ejakulasiyang menetap atau berulang denganrangsangan yang minimal sebelum, pada saat,atau sejenak setelah penetrasi dan sebelumejakulasi yang sesungguhnya diharapkanterjadi. Ciri khasnya: waktu untuk ejakulasipendek namun biasanya tidak secepatejakulasi primer.3. Premature-like EjaculatoryDysfunctionPria yang mengeluh ED meskipunkenyataannya memiliki waktu ejakulasinormal, yaitu: 3-6 menit atau lebih lama.Jadi ada persepsi subjektif penderita bahwaia cepat mengalami ejakulasi baik menetapmaupun tidak menetap selama berhubunganseks. Tipe ini tidak bisa dianggap sebagaigejala atau penyakit medis yang sebenarnya.4. Natural variable prematureejaculationED yang ditandai dengan ejakulasi dini yangtidak teratur dan tidak tetap, mewakili variasinormal dalam penampilan seksual. Tipe inidiusulkan oleh Waldinger MD, Schweitzer DH.(2006) untuk klasifikasi terbaru DSM-V danICD-11.PEMERIKSAAN PENUNJANGPemeriksaan/tes laboratorium atau fisiologisharus berdasarkan pada penemuanspesifik dari riwayat (penyakit, dan lain-lain)penderita atau pemeriksaan fisik dan tidakdirekomendasikan secara rutin.Beberapa pilihan alat diagnostik berupakuesioner (daftar pertanyaan terstruktur)dapat membantu penilaian (assessment) ED,antara lain:1. Intravaginal ejaculation latency time (IELT)2. Kombinasi IELT dengan patient-reportedoutcome (PRO)3. Premature Ejaculation Diagnostic Tool(PEDT)4. Premature Ejaculation Profile (PEP)5. Index of Premature Ejaculation (IPE)6. Male Sexual Health QuestionnaireEjaculatory Dysfunction (MSHQ-EjD)7. Chinese Index of Premature Ejaculation(CIPE)8. Arabic Index of Premature Ejaculation (AIPE)Penggunaan kuesioner merupakan pilihandokter, sesuai indikasi dan ketersediaankuesioner. Parameter patient reported outcomes(PROs) dapat diketahui dari kuesioner PEPyang dapat diisi sendiri. Sedangkan IELTmerupakan pengukuran koitus yang objektifdan prospektif, menggunakan stopwatchyang dipegang pasangan seks penderita ED.Penggunaan IELT yang dinilai oleh dokter didalam praktek cukup akurat, dalam uji klinisdiperlukan IELT yang dipadukan denganstopwatch.Pertanyaan sederhana sebagai deteksi dini: 1.“Do you feel you ejaculate (come) too quickly?”untuk dugaan ejakulasi dini dan 2. “Do you everhave difficulty reaching orgasm or ejaculating?untuk dugaan delayed (retrograde) ejaculation.PENANGANANDisfungsi ereksi (impotensi), disfungsi seksuallainnya, atau infeksi saluran kemih danreproduksi seperti: prostatitis sebaiknya pertamakalinya diterapi sebagai ED. PenangananED terutama pendekatan kombinasi, menggunakanterapi behavioural dan perpaduanmedikasi (obat) seperti: golongan anestesitopikal, SSRI (selective serotonin re-uptake inhibitors),dan phosphodiesterase-5 inhibitors.Strategi behavioural dan psikologisStrategi behavioural terutama program ”stopstart”yang dikembangkan oleh Semansbeserta modifikasinya, teknik pencet (squeeze)yang dianjurkan oleh Masters dan Johnsonserta modifikasinya. Masturbasi sebelumberhubungan seks merupakan teknik yangdigunakan banyak pria berusia lebih muda.Angka kesuksesan dalam jangka pendekmencapai 50-60%.Teknik “stop-start” ala Semans dikenallebih dari 50 tahun yang lalu, bermanfaatmemperpanjang refleks neuromuskular yangbertanggung jawab atas terjadinya ejakulasi.Pria penderita ED memberitahu pasangannyauntuk menghentikan rangsangan genitalsampai sensasi subjektif high arousalmenghilang. Rangsangan diberikan lagi dansiklus diulangi bila perlu. Kelemahan studiSemans adalah kurang kelompok kontrol.Studi behavioural lebih lanjut oleh Wolpedan Lazarus, juga “squeeze technique” yangdiperkenalkan oleh Masters dan Johnson tidakdapat membuktikan bahwa teknik behaviouralini mengobati ED dengan pasti. Teknikpsikoseksual-behavioural dapat dikombinasidengan terapi obat untuk mengoptimalkanefek terapi.Konseling PsikologisKonseling bermanfaat dengan disertai terapilain, untuk meningkatkan rasa percaya diri.Namun tidak efektif untuk ED primer.Anestetik topikalKrim lidocaine-prilocaine (5%) digunakan20-30 menit sebelum berhubungan seks.Formulasi aerosol lidocaine 7,5 mg plusprilocaine 2,5 mg (Topical Eutectic Mixture forPremature Ejaculation, TEMPE) dipakai 20–30menit sebelum bersenggama dan dibersihkansebelum bersentuhan dengan pasangan. Ujidi Inggris dan Belanda menunjukkan denganterapi ini, skor IELT naik secara signifikan. Krimlignocaine–prilocaine (eutectic mixture of localanaesthetic agents [EMLA]) dioleskan tipisdi penis (bagian glans dan distal shaft) laluditutupi dengan kondom selama 10–20 menit.Jika akan bersenggama, kondom dilepas, sisakrim dicuci perlahan. Skor IELT terbukti naiksecara signifikan. Krim ini terbukti efektif biladikombinasikan dengan sildenafil 50 mgsebelum coitus dan secara signifikan lebihefektif daripada sildenafil saja.Severance Secret (SS) cream mengandung:Panax ginseng, Angelica root, Cistanchesdeserticola, Zanthoxyl species, torlidis seed,bunga cengkeh (clove flower), asiasari root, kulitkayu manis (cinnamon bark), dan toad venom.Dioleskan di ujung penis 1 jam sebelum dandicuci segera sebelum berhubungan seks.Krim SS sebanyak 0,2 gram meningkatkanIELT dari 1,37 menit menjadi 10,92 menit.Efek samping krim SS adalah iritasi, sensasiterbakar, dan ejakulasi yang tertunda.Semprotan (spray) lignocaine dipakai di diglans penis (3–6 semprotan), 5–15 menitsebelum bersenggama. Meskipun telah adaselama 25 tahun, namun kemanjurannyabelum teruji.826CDK-199/ vol. 39 no. 11, th. 2012


TINJAUAN PUSTAKAEfek samping agen anestetik yang nyataadalah penis menjadi mati rasa (penilenumbness), yang pada gilirannya memicuhilangnya kemampuan untuk ereksi.Terapi Obat (Farmakoterapi)Farmakoterapi merupakan dasar terapi EDprimer. Terapi obat (klomipramin, sertralin,paroksetin, dan sildenafil) menghasilkanskor IELT yang lebih baik daripada terapibehavioural.SSRIs (Selective serotonin reuptakeinhibitors)Dosis paroksetin adalah 10–40 mg setiap hariatau 20 mg 3–4 jam sebelum bersenggama,sertralin 25-200 mg setiap hari atau 50 mg 4-8jam sebelum bersenggama, dan fluoksetin10-60 mg.Efek samping SSRI berupa: lelah, letih,menguap, mengantuk, mual, muntah, mulutkering, diare, berkeringat; biasanya ringandan berangsur-angsur membaik setelah2-3 minggu. Efek samping lainnya: libidoberkurang, anorgasmia (tidak bisa orgasme),anejaculation (tidak bisa berejakulasi), dandisfungsi ereksi (impotensi). Dapoksetinmerupakan SSRI berpotensi kuat. Biasa dipakai1-3 jam sebelum bersenggama, dengandosis 30 dan 60 mg. Efek sampingnya: mual,mencret, sakit kepala, dan sensasi berputar.Antidepresan trisiklikKlomipramin dengan dosis 25–50 mgsetiap hari atau 25 mg 4–24 jam sebelumbersenggama. Penggunaan klomipramin3-5 jam sebelum bersenggama jugaefektif. Kepuasan seksual kedua pasanganmeningkat, terutama dengan dosis yanglebih tinggi. Pemberian klomipramin harianterbukti meningkatkan skor IELT lebih tinggidaripada penggunaan harian SSRI (fluoksetinatau sertralin), namun profil efek sampingnyajuga meningkat.Efek samping meliputi: bibir kering, sulit buangair besar, merasa “berbeda”, mual, gangguantidur, lelah/letih, sensasi berputar dan sensasipanas (hot flashes).Obat antidepresan, seperti nefazodon,sitalopram, dan fluvoksamin, tak bermanfaatuntuk mengobati ED.Phosphodiesterase type 5 inhibitors(Penghambat PDE5)Sildenafil (50 mg sebelum bersenggama)meningkatkan rasa percaya diri, persepsitentang pengendalian ejakulasi, kepuasanseksual menyeluruh, menurunkan ambangkecemasan, mengurangi waktu refractoryuntuk mencapai ereksi kedua setelahejakulasi.Inhibitor PDE5 (seperti sildenafil) meningkatkankadar nitric oxide sentral(mengurangi dorongan simpatis) dan perifer(memicu dilatasi/pelebaran otot polos vasdeferen dan vesikula seminalis, “menghambat”vasokonstriksi simpatis), sehingga memperpanjangIELT pada pria penderita ED.Diukur dari garis dasar IELT pada 1 menit, IELTmeningkat hingga 15 menit dengan sildenafil,4 menit dengan clomipramine, 3 menitdengan sertraline, 4 menit dengan paroxetine,dan 3 menit dengan teknik ‘pause-squeeze’.Obat BaruBlokade adrenergik ED bertujuan menurunkantonus simpatis saluran sperma sehinggamenunda atau memperlambat terjadinyaejakulasi.Tramadol merupakan golongan analgesik,bekerja sentral, yang memadukanpenggiatan (activation) reseptor opioiddan penghambatan re-uptake serotonindan noradrenalin. Riset membuktikan obatgolongan alpha-1 adrenergic antagonists, yaituterazosin, alfuzosin, dan juga tramadol efektifmengatasi ED. Namun masih diperlukan risetlanjutan. Hingga kini obat-obat ini belumdirekomendasikan.HerbalTerdapat herbal Cina yang berpotensimenghentikan ejakulasi dini. Herbal ini harusdigunakan dengan “pasangannya”, yaituLongGu-MuLi, JinYingZi-QianShi. Beberapaherbal lainnya amat berpeluang diteliti lebihlanjut karena berpotensi mengatasi ED,misalnya:1. Abutilon indicum L. (Sinonim: Kanghi)2. Acacia decurrens3. Achyranthes aspera Linn. (Sinonim: Latjeera,Apamarg)4. Agrimonia pilosa (Sinonim: Agrimonia spp.,Agrimony)5. Angelica archangelica (Sinonim: Angelicasfractus, Angelicae herba)6. Avena sativa (Sinonim: green oats, wild oats,oatstraw)7. Azadirachta indica A. Juss. (Sinonim: Neem)8. Chamaesyce hirta (L.) Millsp. (Sinonim:Euphorbia hirta, Euphorbia pilulifera, Euphorbiacapitata)9. Chlorophytum borivilianum (Sinonim: safedmusli)10. Cornus officinalis (Sinonim: Shan Zhu Yu)11. Cuscuta chinensis12. Elettaria Cardamomu (Sinonim: Cardamom,Chhoti elaichi)13. Epimedium sagittatum (Sinonim: hornygoat weed)14. Ficus racemosa L. (Sinonim: Gular)15. Gynostemma Pentaphyllum (Sinonim:Jiaogulan)16. Hibiscus rosa-sinensis L. (Sinonim: Jobaphool)17. Hygrophila auriculata (Sinonim:Talmakhana)18. Hypericum perforatum19. Linum usitatissimum L. (Sinonim: Alsi)20. Morinda officinalis (Sinonim: Morindae sp,Ba Ji Tian)21. Myristica fragrans (Sinonim: buah pala,nutmeg, Jaiphal, Jatiphala, Madashauda)22. Nelumbo nucifera (Sinonim: Lotus)23. Rhizoma curculiginis (Sinonim: curculigorhizome)24. Rhodiola rosea L. (sinonim: Sedum roseum,golden root, roseroot)25. Schizandra chinensis (Sinonim: Schizandrasphenanthe, Schizandra berry)26. Sida cordifolia (Sinonim: Sida acuta, Bala)27. Sphaeranthus indicus L. (Sinonim: Mundi)28. Terminalia catappa L. (Sinonim: Indianalmond, ebelebo)29. Tribulus terrestris L. (Sinonim: Yellow Vine,30. Puncture Vine, Chhoti Gokhru, Goatheaddan Caltrop)31. Trigonella foenum-graecum (Sinonim:Fenugreek)32. Turnera diffusa (Sinonim: Damiana)Withania somnifera Dunal (Sinonim:Ashwagandha, Indian Ginseng)Ramuan herbal Muira puama dan Ginkgo bilobatelah diteliti pada 202 wanita dengan keluhanhasrat seks yang rendah (low sex drive), 65%menunjukkan respons yang secara signifikanlebih tinggi setelah memakai ramuan ini. 30CDK-199/ vol. 39 no. 11, th. 2012827


TINJAUAN PUSTAKAREFERENSI:1. Bolte S. The Impact of Cancer and Its Treatment on the Sexual Self of Young Adult Cancer Survivors and as Compared to Their Healthy Peers. Dissertation. The Catholic University ofAmerica. Washington, DC. 2010.2. Brotto LA, Mehak L, Kit C. Yoga and Sexual Functioning: A Review. J. Sex & Marital Therapy 2009;35:378–90,3. Carson C, Gunn K. Premature ejaculation: definition and prevalence. Int J Impot Res. 2006;18 (Suppl 1): S5–13.4. Dass V. Ayurvedic Herbs for Male Reproductive Problems. Light on Ayurveda. J Health. Summer 2007.5. Wespes E, Amar E, Eardley I, Giuliano F, Hatzichristou D, Hatzimouratidis K, et.al. Guidelines on Male Sexual Dysfunction: Erectile dysfunction and premature ejaculation. European Associationof Urology 2009.6. Ebadi M. Pharmacodynamic Basis of Herbal Medicine. Taylor & Francis Group, LLC. CRC Press. USA. 2007; 552.7. Falahatkar S, Asgari SA, Hosseini SH, Joafshani MA, Emadi SA, Khaledi F. Efficacy and Safety of Herbal Drug, Hypericum Perforatum in the Treatment of Premature Ejaculation. Journal ofGuilan University of Medical Sciences. 69: 53-8.8. Gregory A. Broderick. Oral Pharmacotherapy for Male Sexual Dysfunction: A Guide to Clinical Management. 2005; 17;379-401.9. Harahap R. Disfungsi Seksual pada Penderita Diabetes Mellitus Pria. Maj Kedokt Nusantara 2006;39(3): 176-9.10. Hatzimouratidis K, Amar E, Eardley I, Giuliano F, Hatzichristou D, Montorsi F, et.al. Guidelines on Male Sexual Dysfunction: Erectile Dysfunction and Premature Ejaculation. Eur Urol2010;57:804–14.11. Jing-Nuan Wu. An Illustrated Chinese Materia Medica. Oxford University Press. New York. 2005:228.12. Khan VA, Khan AA. Herbal folklores for male sexual disorders and debilities in western Uttar Pradesh. Indian J Traditional Knowledge.2005;4(3): 317-24.13. Mayo Clinic. Premature ejaculation. Mayo Foundation for Medical Education and Research (MFMER). March 24, 2009. Cited from: http://www.mayoclinic.com/health/premature-ejaculation/DS0057814. McCarty EJ, Dinsmore WW. Premature ejaculation: treatment update. Int J STD AIDS 2010;21:77-81.15. McMahon CG, Abdo C, Incrocci L, et al. Disorders of orgasm and ejaculation in men. J Sex Med. 2004;1(1):58-65.16. Mills E, Dugoua JJ, Perri D, Koren G. Herbal Medicines in Pregnancy & Lactation: An Evidence-Based Approach. Taylor & Francis Group. UK. 2006.17. Ministry of Health & Population (MOHP). Monograph for Herbal Medicinal Products. Central Administration of Pharmaceutical Affairs (CAPA) in collaboration with World Health Organization(WHO). 2007: 16-8.18. Palmer NR. Stuckey BGA. Premature ejaculation: a clinical update. MJA 20<strong>08</strong>; 188 (11): 662–6.19. Park J, et al. Complementary and alternative medicine in men’s health. Journal of Men’s Health. 20<strong>08</strong>;5:305.20. Patrick DL, Althof SE, Pryor JL, Rosen R, Rowland DL et al. Premature ejaculation: an observational study of men and their partners. J Sex Med 2005; 2:358-67.21. Rahmatullah M, Mollik AH, Ali Azam ATM, Islam R, Chowdhury AM, Jahan R, et.al. Ethnobotanical Survey of the Santal Tribe Residing in Thakurgaon District, Bangladesh. Am-Eurasian J.Sustain. Agric., 3(4): 889-98, 2009.22. Ratnasooriya WD, Dharmasiri MG, Rajapakse RAS, De Silva MS, Jayawardena SPM, Fernando PUD, De Silva WN, Nawala AJMDNB, Warusawithana RPYT, Jayakody JRC, Digana PMCB. Tenderleaf extract of Terminalia catappa has antinociceptive activity in rats. Pharmaceutical Biol. 2002;40:60-6.23. Sadock BJ. Abnormal sexuality and sexual dysfunctions. In: Sadock BJ, Sadock V,eds. Synopsis of Psychiatry, Philadelphia : Lippincott Williams & wilkins; 2003.24. Saratikov AS, Krasnov EA. Chapter III: Stimulative properties of Rhodiola rosea. In: Saratikov AS, Krasnov EA, eds. Rhodiola rosea is a valuable medicinal plant (Golden Root). Tomsk, Russia:Tomsk State University; 1987. p. 69-90.25. Saratikov AS, Krasnov EA. Chapter VIII: Clinical studies of Rhodiola. In: Saratikov AS, Krasnov EA, eds. Rhodiola rosea is a valuable medicinal plant (Golden Root). Tomsk, Russia: Tomsk StateUniversity Press; 1987. p. 216-27.26. Siu-king MAK. Medical Treatment of Premature Ejaculation. Hong Kong Medical Diary, Medical Council of Hong Kong (MCHK). Medical Bull. 2009;14 (10).27. Unny R, Chauhan AK, Joshi YC, Dobhal MP, Gupta RS. A review on potentiality of medicinal plants as the source of new contraceptive Principles. Phytomedicine 2003;10:233–60.28. Waldinger MD. Advances in Treatment for Premature Ejaculation. Eur Urol Rev. 20<strong>08</strong>: 102-5.29. Waldinger MD, Schweitzer DH. Changing paradigms from a historical DSM-III and DSM-IV view toward an evidence-based definition of premature ejaculation. Part II—Proposals for DSM-Vand ICD-11. J Sex Med. 2006;3:693–705.30. Waynberg J, Brewer S. Effects of Herbal vX on libido and sexual activity in premenopausal and postmenopausal women. Adv Ther 2000; 17: 255-62.31. WHO.The ICD-10 Classification of Mental and Behavioural Disorders: Diagnostic Criteria for Research, 1993.32. WHO. International Statistical Classification of Diseases and Related Health Problems: Tenth Revision. Vol 1. Geneva: World Health Organization; 1992:355-6.33. Wyllie MG, Hellstrom WJG. The link between penile hypersensitivity and premature ejaculation. BJU Int 2010:1-6.828CDK-199/ vol. 39 no. 11, th. 2012

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!