10.07.2015 Views

SELAMAT DATANG PSIKOLOGI! - SAAT

SELAMAT DATANG PSIKOLOGI! - SAAT

SELAMAT DATANG PSIKOLOGI! - SAAT

SHOW MORE
SHOW LESS

You also want an ePaper? Increase the reach of your titles

YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.

100 Veritas: Jurnal Teologi dan Pelayanan1907 ia menulis sebuah makalah dengan judul “Obsessive Acts in ReligiousPractices” (“Tindak Obsesif dalam Kegiatan Agamawi”) di manaia menjabarkan pengamatannya tentang perilaku obsesif di dalamkegiatan agamawi. 4Bagi Freud, agama seolah-olah adalah tongkat penyanggah belakabagi orang yang lemah. Ia menjelaskan bahwa agama bersumber dariperpanjangan rasa ketidakberdayaan manusia yang muncul pada masakanak-kanak. 5 Jadi, agama sesungguhnya merupakan ilusi semata dansarana pertahanan (defense) yang berkembang guna menolong manusiamengatasi kemahaperkasaan alam. 6 Lebih jauh lagi, Freud bahkanmendefinsikan Tuhan tidak lebih dari sekadar proyeksi sosok ayah yangdiperbesar dalam kehidupan manusia. 7 Kesimpulan akhir Freud sungguhsederhana: Manusia akan kehilangan iman religiusnya tatkala otoritassosok ayah dalam hidupnya memudar. 8Tokoh-tokoh psikologi yang lain tidak jauh berbeda dari Freud meskitidaklah sevulgar Freud. P. C. Vitz mendaftarkan sekurang-kurangnyalima tokoh kontemporer yang telah menelurkan pandangan yangberlawanan dengan iman kristiani, yaitu Carl Jung, Erich Fromm, CarlRogers, Abraham Maslow dan Rollo May. Menurut Vitz, pandanganmereka pada dasarnya merupakan bentuk penyembahan diri dan bercoraknarsisistik karena terlalu menitikberatkan pada pemenuhan atauaktualisasi diri. Ia menjuluki konsep pemuasan diri dalam psikologimodern ini sebagai sebuah “agama” di mana diri-lah yang disembah dandikultuskan. Berangkat dari pemahaman ini tidaklah salah jika Vitzberkesimpulan bahwa psikologi sebagai sebuah “agama” memangbernapaskan anti-Kristen. 9Kita mungkin menghela napas panjang ketika membaca sekilastinjauan di atas dan mulai bertanya-tanya, “Mengapa kita telah membukapintu dan membiarkan psikologi melenggang masuk ke rumah kitadengan begitu mudahnya? Bukankah lebih tepat jika kita menolaksumbangsih psikologi dan hanya berpegang pada Alkitab?” Saya bisamemaklumi reaksi seperti ini sebagaimana saya pun dapat memahamicetusan keprihatinan teman ibu saya itu. Kita tidak dapat dan tidak bolehmembiarkan seluruh psikologi masuk, namun kita bisa dan seharusnya4N. S. Duvall, “On Being Human: A Psychoanalytic Perspective” dalam ChristianPerspectives on Being Human (J. P. Moreland dan D. M. Ciocchi, eds.; Grand Rapids:Baker, 1993) 151-168.5Grounds, Christianity.6Duvall, “On Being Human.”7Ibid.8Grounds, Christianity.9Psychology As Religion: The Cult of Self-Worship (Edisi kedua; Grand Rapids:Eerdmans, 1994).

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!