10.07.2015 Views

KONSEP PENDIDIKAN ANAK DALAM ... - Kemenag Sumsel

KONSEP PENDIDIKAN ANAK DALAM ... - Kemenag Sumsel

KONSEP PENDIDIKAN ANAK DALAM ... - Kemenag Sumsel

SHOW MORE
SHOW LESS

Create successful ePaper yourself

Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.

angsa. Semangat progresif yang terkandung dalam rumusan pendidikan K.H.Dewantara tersebut dapat dikaitkan dengan apa yang menjadi pesan Khalifah UmarIbn al-Khattab yang mengatakan anak-anak masa sekarang adalah generasi muds dimass yang akan datang. Dunia dan kehidupan yang akan mereka hadapi berbedadengan dunia yang sekarang. Untuk itu apa yang diberikan kepada anak didik haresmemperkirakan kemungkinan-kemungkinan relevansi dan kegunaannya di masadatang. Dengan cars demikian eksistensi dan fungsi lulusan anak didik tetapterpelihara dengan baik.Pengertian pendidikan yang agak lebih terperinci lagi cakupannyadikemukakan oleh Soegarda Poerbacaraka. Menurutnya, dalam arti umumpendidikan mencakup segala usaha dan perbuatan dari generasi tun untukmengalihkan pengalamannya, pengetahuannya, kecakapannya, sera keftarnpilannyakepada generasi muds untuk melakukan fungsi hidupnya dalam pergaulanbersama sebaik-baiknya. Lebih lanjut, ia menambahkan bahwa corak pendidikan itueras hubungannya dengan corak penghidupan. Karenanya jika corak penghidupan ituberubah, maka corak pendidikannya akan berubah pula, agar si anak siap untukmemasuki lapangan pendidikan itu (Soegarda Poerbakawatja, 1970: 11). Definisiyang terakhir ini sejalan dengan definisi K.H. Dewantara sebelumnya.Dan ketiga rumusan pendidikan di atas jika dipadukan akan terlihat bahwa pendidikanmerupakan kegiatan yang dilakukan dengan sengaja, seksama,' terencana, danbertujuan yang dilaksanakan oleh orang dewasa dalam arti memiliki bekal ilmupengetahuan dan ketrampilan menyampaikannya kepada anak didik secara bertahap.Apa yang diberikan kepada anak didik itu sedapat mungkin dapat menolong tugasdan perannya di masyarakat, dimana kelak mereka hidup. Anak didik atau terdidikdi sini difokuskan pads anak-anak.Pemikiran PendidikanAnak Menurut Intelektual MuslimPendidikan anak dalam Islam pads dasarnya adalah bagian dari pendidikanIslam. Pendidikan Islam itu sendiri mempunyai sesuatu yang diharapkan terwujudsetelah orang mengalami pendidikan Islam secara keseluruhan, yaitu kepribadianseseorang yang membuatnya menjadi "insankwnil."Denganpolataqwamsankamilartmyamanusiautuhrohamdanjasmam, dapat


hidup dan berkembang secara wajar.dan normal karena takwanya kepada AllahSWT.Dari sini dapat diambil pengertian bahwa pendidikan anak dalam Islamdiharapkan menghasilkan manusia yang berguna bagi dirinya dan masyarakatnyaserta senang dan gemar mengamalkan dan mengembangkan ajaran Islamdalamberhubungan dengan Allah dan dengan manusia sesamanya, dapat mengambilmanfaat yang semakin meningkat dan alam semesta ini juga untuk kepentingan hidupdi dunia lam dan di akhirat nanti. Tujuan ini kehhatannya terlalu ideal, sehingga sukardicapai. Tetapi dengan kc r a kerns yang dilakukan secara berencana dengankerangka-kerangka keda yang konsepsional mendasar, pencapaian tujuan itubukanlah sesuatu yang mustahil.Selanjutnya, pendidikan anak dalam Islam dapat dilihat dari beberapapandangan pars tokoh pendidikan, diantaranya adalah:1. Al-GhazaliImam al-Ghazali nama lengkapnya adalah Abu Hamid Muhammad binMuhammad al-Ghazali (450H/1058M) (Fatiyah Hasan Sulaiman, ted. H. S. AgilHusin al-Munawar dan Hadri Hasan, 1993:9). la adalah termasuk ke dalamkelompok sufistik yang banyak menaruh perhatian besar terhadap pendidikan,karena pendidikan banyak menentukan corak kehidupan suatu bangsa danpemikirannya. Dalam masalah pendidikan'ia lebih cenderung berpaham empirisme.Hal ini antara lain disebabkan karena ia sangat menekankan pengaruh pendidikanterhadap anak didik..Menurut al-Ghazali anak dilahirkan tanpa dipengaruhi oleh sifat-sifat hereditaskecuali hanya sedikit sekali, karena faktor pendidikan, lingkungan dan masyarakatmerupakan faktor yang paling kuat mempengaruhi sifat-sifat anak. Pendapat beliau inisejalan dengan pendapat pars ahli psikologi (behaviorisme) yang mengingkan adanyapengaruh faktor keturunan ini secara mutlak. Pandangan im mirip dengan pandangan yangmenyatakan bahwa anak lahir ke dalam kehidupan dengan akal pikirannya bagaikanlembaran putih yang bersih dari ukiran atau gambar-gambar (seperti teori tabula rasa, JohnLocke).Oleh karena itu, dalam pandangannya seorang anak tergantung kepada, kedua orang tua


yang mendidiknya hati seorang anak itu bersih, mumi, laksana permata yang amat berharga,sederhana dan bersih dari gambaran apapun (Ali al-Jumbulati Abdul Futuh al-Thwaisi,1994:147). Jelaslah pendapat beliau bahwa anak adalah dilahirkan dalam fitrah yangnetral, dimana orang tua keduanya yang membentuk agamanya kapan saja dan di manasaja. Hal ini dapat kits buktikan bahwa anak berwatak buruk karena belajar darikeburukan penlaku lingkungan di mana is hidup serta cara-cara bergaul dengan lingkungan itu,juga dengan kebiasaan-kebiasaan yang berlaku di lingkungan tersebut. Sama halnya dengantubuh anak waktu lahir dalam keadaan kurang sempurna, kemudian menjadi sempurna dankuat melalui pertumbuhan dan pendidikan serta makanannya. Dernikianlah tabiatdibentuk atas fitrah kejadiannya yang sebalk-baAmya, yaitu mula-mula dalam bentuk yanglemah, kemudian menjadi kuat dan sempurna, serta indah melalui pendidikan yang baikyang menurut pendapatnya merupakan peker aan yang krusial (rawan terhadap bahaya).Tujuan pendidikan menurut al-Ghazali adalah untuk mendekatkan diri kepada AllahSWT. bukan mencari kedudukan, kemegahan dan kegagahan atau mendapatkankedudukan yang menghasilkan uang. Karena jika tujuan pendidikan diarahkan bukan padsmendekatkan din kepada. Allah, akan dapat menimbulkan kedengkian, kebencian, danpermusuhan (Muhammad Athiyyah al-Abrasyi, 1975:237). Lebih lanjut al-Ghazalimengatakan bahwa orang yang berakal sehat adalah orang yang dapat menggunakandunia untuk tujuan akhirat, sehingga orang tersebut derajatnya lebih tinggi di sisi Allah danlebih lu g s kebahagiaannya di akhirat. Ini menunjukkan bahwa tujuan pendidikan menurutal-Ghazali tidak sama sekali menistakan dunia, melainkan dunia itu hanya sebagai alas. Halini dapat dipahami al-Gha7A]i dari isyarat al-Qur'an: "Kehidupan dunia . itu hanyalahkesenangan yang menipu" (QS. Al-Hadid (57):20). "Sesungguhnya kehidupan akhirat itu lebihbaik bagimu daripada aripada kehidupan dunia" (QS. Al-Dhuha (93):4).2. Al-QabisiAl . -Qabisi adalah salah seorang tokoh ulama ahli hadis dan seorang pakar pendidikan.Hidup pads 324-403 H di kota Qaerawan, Tunisia. Nama lengkap nya adilah Abu HasanAli bin Mohammad bin Khalaf al-Qabisi. Lahir pads bulan Rajab tahun 224 H atau 13 Mei1936 M. Di kota. Qaerawan dan wafat pads tanggal 3 Rabiul Awwal 403 H atau. 23Oktober 1012 M (N4uharnamd Munir Mursyi, 1980:229).AI-Qabisi sebagai ahli fiqih dan hadis mempunyai pendapat tentang pendidikan yaitu


mengenai pengajaran anak-anak di kuttab-kuttab. Barangkah pendapatnya tentang pendidikananak-anak ini merupakan tiang yang pertama dalam pendidikan Islam dan juga bagipendidikan umat yang lainnya. Dengan lebih memperhatikan dan lebih menekuni, makamengajar anak-anak sebagai tuntunan bangsa adalah merupakan tiang bangsa itu yang harusdilaksanakan penuh dengan kesungguhan dan ketekunan ibarat membangun piramida.pendidikan (institusi pendidikan).Al -Qabisi tidak menentukan usia tertentu untuk menyekolahkan anak di lembaga Kuttab.Oleh karena itu, pendidikan anak merupakan tanggung jawab orang tuanya semenjak mulaianak dapat berbicara fasih yakni pada, usia mukallaf yang wajib diajar bersembahyang(menurut hadis Nabi). Rasulullah bersabda: "perintahkanlah anak-anak kalian untukmengedakan shalat pads waktu usia tujuh tahun dan pukullah mereka pads waktu usiasepuluh tahun". Dari sabda Nabi tersebut dapat disimpulkan bahwa pendidikan Islam dimulaipertama di rumah. Pendidikan anak di lembaga al-Kuttab hanyalah kelanjutan dari tugaspendidikan yang wajib ditunaikan oleh kedua orang tua di rumah.Amak-anak yang belajar di kuttab mula-mula diajar menghafal al-Quran lalu diajarmenulis, dan pads waktu dzuhur mereka pulang ke rumah masingmasing untuk makan Siang,kemudian kembali lagi ke kuttab untuk belajar lagi sampai sore hari. Anak-anak yang belajardi kuttab berlangsung sampai masa akil baligh, yang mempelajari berbagi ilmu seperti al-Qur'an, tulis menulis, nahwu„ dan bahasa Arab, juga seringkali belajar ilmu hitung dansyair serta kisah-kisah Arab (Muhamamd Munir Mursyi, 1980:31-32).3. Ibnu SinaPemikiran pendidikan Ibnu Sm i adapat telaah dari beberapa pandangannya tentang tujuanpendidikan, kurikulum, metode, guru dan pelaksanaan hukuman. Tujuan pendidikan dalampandangan Ibnu Sina harus diarahkan pads pengembangan selunih potensi yang dimilikiseseorang ke arah perkembangannya yang sempurna, yaitu perkembangan fisik, intelektual,dan budi pekerti. Selai itu, tujuan pendidikan harus diarahkan pads upaya mempersiapkanseseorang agar dapat hidup di masyarakat secara bersama-sama dengan melakukanpekerjaan atau keahlian yang dipilihnya sesuai dengan bakat, kesiapan,kecenderungan dan potensi yang dimilikinya (Abuddin Nata, 2001:67).Kurikulum yang diajarkan pads anak harus didasarkan pads tingkat perkembanganusia anak didik. Untuk usia 3 sampai 5 tahun diberikan mata pelajaran olah raga, budi


pekerti, kebersihan, seni suara, dan kesenian. Sedangkan unt A usia 6 sampai 14 tahunmencakup pelajaran niembaca dan menghafal al-Qur'an, pelajaran agama, pelajaran syairdan pelajaran olah raga. Selanjutnya kurikulum untuk usia 14 tahun ke atas adalah berbedadari usia lainnya. Matti pelajaran yang diberikan amat banyak jumlahnya, namun pelajarantersebut dipilih sesuai dengan bakat dan minas si anak.Dalam pandangan Ibnu Sina setiap pembahasan materi pelajaran harus didasarkan padspertimbangan psikologis. Untuk itu, suatu mata pelajaran tertentu tidak akan dapatdijelaskan kepada bermacam-macam anak didik dengan sate cara saja, melainkan harusdicapai dengan berbagai cara sesuai dengan perkembangan psikologisnya. Adapunmetode pengajaran yang ditawarkan oleh Ibnu Sina antara lain metode talqln, demonstrasi,pembiasaan dan teladan, diskusi, magang dan penugasan.Mengenai konsep guru, Ibnu Sina mengatakan bahwa guru yang baik adalah guruyang berakal cerdas, beragama, mengetahui cara mendidik akhlak, cakap dalam mendidikanak, berpenampilan tenting, tidak bennuka masam, sopan santun, bersih dan suci murni.Selain itu seorang guru sebaiknya kaum pri g yang terhormat dan menonjol budi pekertinya,cerdas, teliti, sabar, telaten dalam membimbing anak, adil, hemat dalam penggunaan waktu,gemar bergaul dengan anak-anak, tidak keras hati dan senantiasa menghias diri. Demikianpula suka mengutamakan kepentingan umat daripada kepentingan sendiri, menjauhkan diridari sifat raja dan orang yang berakhlak rendah, mengetahui etika dalam majelis ilmu, sopandan santun dalam berdebat, berdiskusi dan bergaul.Yang terakhir adalah tentang hukuman dalam pengajaran. Ibnu Sina mendasarkan padssikapnya yang sangat menghargai martabat manusia. Dalam keadaan terpaksa hukumandapat dilakukan dengan cara yang amat hatihati. Sebab manusia memiliki naluri ingindisayang, tidak suka diperlakukan kasar dan lebih suka diperlakukan dengan lemah lembut.Alas dasar pandangan kemanusiaan inilah Ibnu Sina membatasi pelaksanaan hukuman (AbuddinNata, 2001:70-78).Demikianlah beberapa percikan pemikiran dari pars tokoh pendidikan Islam. Sebagianbesar mengarah pads hal-hal yang bersifat religius dengan pemikiran yang bersifatfilosofis. Hal ini sangat wajar mengingat dalam perkembangan pemikiran pendidikanIslam masih banyak mengacu pads ayatayat al-Qur'an ataupun hadis yang kemudian diteremahkan dalam bahasa pendidikan.


Pemikiran pendidikan anak da l am pandangan ilmuwan barat1. John Amos Comenius (1592-1670)Ia adalah tokoh Eropa yang pertama kah membenkan perhatian tedmdap duniapendidikan anak. Ia mengarang buku pelajaran bahasa dengan menggunakan gambar.Di bawah setiap gambar is tulis nama atau keterangan dalam bahasa ibu dan bahasa Latin.Bukunya yang ber udul School Infancy, merupakan lanjutan dan sebagian isi bukunya yangsangat terkenal (The Great Deductic William Boyd, 1959:242). Ia sangat mencintaianak, dan corak pendidikan yang diinginkannya adalah bercorak agama.Anak dalam pandangannya adalah kumia Tuhan kepada manusia yang, karenanya,harus dirawat, dipelihara dan dididik dengan baik, tidak dengan kekerasan dan pukulan.Pendapat tersebut itu merupakan proles atas perlakuan keras dan kasar terhadapanak dalam kegiatan pendidikan di zamannya. Tujuan pendidikan digariskankepada: 1) mencapai ilmu pengetahuan, 2) mencapai akhlak, 3) mencapai kesalehandan ketakwaan (Agnes Soejono, 1978: 10).Ia berpendapat bahwa semua anak dari semua tingkatan harus mendapat kesempatan yangsama dalam menflunati pendidikan. 01eh karena itu, sekolah harus didirikan sebanyakbanyaknya,sehingga anak putera dan puteri, dapat memasukinya tanpa perbedaan.Dalammendidik dan mengajar Comenius sebagai pegangan atau contoh seluruh alam besarsebagai makro-kosmos yang selalu bedalan tertib. Tuhan memberi contoh alamdalammengembangkan tumbuhan, hewan dan manusia. Manusia hanyalah micro-cosmos,yang berbentuk kecil sepadan dengan makro-cosmos.Perkembangan anak menurut Comenius melalui empat tingkatan, yang didasarkan padsperkembangan bahasa anak. Pertama, dari lahir sampai umur 6 tahun, masa anakbelajar dalam school Infancy dengan lokasi yang paling baik adalah pangkuan ibu.Kedua, dari umur 6 sampai 12 tahun, mass anak memasuki sekolah pertama danbahasa ibu dipakai sebagai bahasa pengantar. Ketiga, dari umur 12 sampai 18 tahun,mass anak belajar di sekolah menengah (sekolah Latin) dengan bahasa Latin sebagaibahasa pengantar. Keempat, dari umur 18 sampai 24 tahun, mass anak belajar diperguruan tinggi dengan syarat hares memilih perguruan tinggi di negen lain. Tmgkatini hanya ditempuh oleh anak-anak yang cerdas yang dinamakan The Flowers ofMankind.


Tentang peraturan sekolah, ia mengatakan bahwa semua sekolah wajib diaturbaik-baik (tats tertib) dan dijaga kebersihannya demi kesehatan pars murid. Guruwajib ramah tamah, banyak menggunakan hadiah, sedikit menggunakan hukumandan tidak menjatuhkan hukumanbadan, apabila mend kurang kemajuan dalampelajaran. Dengan cara yang tepat, cepat dan mudah mend akan dapat menerimapelajaran dalam suasana gembira (Agnes Soejono, 1978:11).2. Jean Jacques Rousseau (1712-1778M.)Jean Jacques Rousseau (selanjutnya disebut J.J. Rousseau) dilahirkan dalamkeluarga berada di Geneva Swiss, tetapi sebagian besar dari kehidupannya berada. diPerancis. Ia adalah tokoh yang dikenal berkat buku .'Emile': Odu de 'education,dimana ia menggambarkan cara pendidikan anak sejak lahir sampai remaja yangideal. Pembukaan buku Emile tidak hanya memberikan pandangan yang berorientasipads pendidikan saja, tetapi juga menunjukkan pemikiran yang berorientasi politik.Dikatakannya bahwa "Tuhan menciptakan segalanya baik, karena adanya campertangan manusia, menjadikamyajahaf'.Rousseau menyarankan Ternbali ke alam' (a return to nature) dan pendekatanyang bersifat alamiah dalam pendidikan anak yang dikenal dengan naturalisme.Menurut Rousseau, dengan naturalisme anak akan berkembang tanpa hambatan. Olehkarenanya, ia menolak adanya pakaian seragam (dress code), wajib hadir, ketrampilandasar yang minimum, tes yang distandardisasi dan kemampuan pengelompokankarena semuanya berorientasi pads hal-hal yang bersifat tidak alamiah.Pendidikan yang bersifat alamiah menghasilkan dan memacu berkembangnyakualitas semacam kebahagiaan, spontanitas, dan rasa ingin tabu. Dalam bukuEmile dikemukakan bahwa segala yang tidak ads sejak seseorang dan dibutuhkanpads saat perkembangan akan diperoleh dalam pendidikan. Pendidikan tersebut akandidapat dari alam, manusia, atau bends. Rousseau percaya bahwa walaupun kitatelah melakukan kontrol terhadap pendidikan yang diperoleh dari pengalamansosial dan sensoris, kita tetap tidak dapat mengontrol pertumbuhan alami. Intinya,inilah yang disebut sebagai konsep `unfolding', di mana bawaan dari anak menujuspa yang akan tedadi; `unfolf adalah hasil dari kematangan yang dikaitkan denganjadual perkembangan yang sifatnya bawaan. Rousseau sangat yakin bahwa ibu yang


dapat menjamin Pendidikan secara alamiah. Pads saat itu ia mengan jurkan agar para ibukembali mau menyusui anaknya sendiri. Pads mass itu banyak ibu terutama darikalangan atas tidak suka menyusui anaknya walaupun hal tersebut memungkinkan.hinsip bahwa dalam mendidik anak, orang tea perlu memberi kebebasan kepada anakagar tumbuh dan berkembang secara alamiah (Soemantri Patinodewono, 1998:4).3. Johan Heindrick Pestalozzi (1746-1827)Pestalozzi dilahirkan di Swiss. Ia sangat dipengaruhi oleh Rousseau khususnyabukunya berjudul Emile dan juga dengan konsep 'back to nature'. Pads tahun 1774 iamendirikan sekolah yang disebut neuhof di tanah pertaniannya. Iamengembangkan idenya yang merupakan integrasi antara pendidikan rumah,pendidikan vokasional dan pendidikan untuk membaca dan menuhs. Dalarn usahanyaini kurang berhasil disebabkan masalah keuangan, sebab ia hanya mengandalkan uangdari muridnya saja.Selanjutnya, Pestalozzi menulis buku tentang pemikiran pendidikan danpengalamannya yang tertuang dalam judul 'Leonard and Getrude' yang lebih miripnovel, kemudian iamenjadi terkenal baik sebagai penulis maupun sebagai pendidik.Pengaruh Rousseau sangat kuat dalam ide Pestalozzi, yaitu bahwa pendidikansebaiknya mengikuti sifat-sifat bawaan anak (child's nature). Keyakinan iniditerapkan dalam mendidik anaknya dengan menggunakan Emile hasil karya Rousseausebagai acuannya. Dasar dari metodenya merupakan perpaduan yang serasi antaranature dan pendidikan yang praktis. Yaitu metode yang mengikuti nature, ataudengan kata lain, membimbing anak secara perlahan, dan dengan usaha anaksendiri, bermula dari 'sense-impression' menuju ide-ide abstrak. Sikapnya terhadapanak lebih bersifat belaj ar bersama anak daripada mengajar secara otoriter (TheGreat Deductic William Boyd, 1959:325).Pestalozzi percaya bahwa segala bentuk pendidikan berdasarkan pengaruh daripanca indera, dan melalui pengalamannya potensi-potensi yang dimilikinya dapatdikembangkan. Sementara beberapa, anak mampu belajar membaca sendiri,seseorang sebaiknya merancang suasana dan kondisi guna berkembangnya prosesbelajar mengajar tersebut. Mengharapkan bahwa anak akan mampu atau bertanggungjawab belajar ketrampilan disar untuk dirinya sendiri, merupakan pertanyaan besar.


Adapun cara belajar yang terbaik untuk mengenal berbagai konsep adalah melaluipengalaman, seperti dengan menghitung, mengukur, merasakan dan menyentuhnya.Guru adalah yang paling baik untuk mengajar anak, bukan subyek sendiri. Olehkarena. itu, Pestalozzi sangat menganjurkan pengelompokan yang terdiri dariberbagai tahapan usia di sekolah. Lingkungan rumah, dianggap sebagai pusatkegiatan bagi para ibu dalam mendidik anak. Ibu mempunyai tanggung jawab yangterbesar dalam pendidikan anak (The Great Deductic William Boyd, 1959:5-6).4. Friederich Wilhelm Frobel (1782-1852)Ia dilahirkan di Jerman dan mengabadikan kehidupannya dalammengembangkan suatu sistem untuk mendidik anak. Frobel dianggap sebagai ayahdari pendidik anak usia bayi, selain itu dikenal sebagai pencipta 'garden of children'atau kindergarten (taman kanak-kanak),yang didirikan pads tahun 1837 diBlankenburg Jerman.Pandangan Frobel tentang pendidikan merupakan perluasan daripandangannya terhadap dunia dan pemahamannya tentang hubungan individu, Tuhandan alam. Pendidikan dapat membantu perkembangan anak secara wajar. Apabilaanak mendapat pengasuhan yang tepat, maka seperti halnya tanaman muda ataubinatang yang berkembang secara wajar dan mengikuti hukumnya. sendiri.Pendidikan taman kanak-kanak perlu mengikuti sifat dari anak. Bermain dipandangsebagai suatu metode dari pendidikan dan cars dari anak untuk meniru kehidupanp rang dewasa dengan wajar.Kurikulum yang dirancang Frobel meliputi pekerjaan, atau kegiatan seni keahlian,pembangunan atau konstruksi. Kegiatan tersebut dilakukan dengan bermain Jilin,kayu, kotak, menggunting kertas, menganyam, melipat kertas dan menusuk-nusukkertas. Meronce benang, menggambar dan menyulam, menyanyi, permainanpermainan,bahasa dan aritmatika.Menurut Frobel, guru bertanggung jawab dalam membimbing danmengamhkan, dengan demikian anak menjadi kreatif dan akan menyumbangkannyakepada masyarakat. Oleh karena, itu, is mengembangkan kurikulum pra sekolahdengan terencana, dan sistematis. Dasar kurikulumnya adalah gift dan occupation,nyanyian yang dicitakan dan bermain yang mendidik (Soemantri Patmodewono,


yang mau tidak mau harus diperhatikan juga oleh pars orang tea di Indonesia.KesimpulanDari beberapa uraian singkat tentang pemikiran pendidikan anak baik di duniaIslam maupun Barat, maka dapat disimpulkan bahwa pada dasarnya pendidikananak merupakan sate hal yang sangat penting. Pendidikan pada mass kanak-kanakakan sangat menentukan kehidupan mereka di mass mendatang. Pemikirpendidikan anak di dunia Islam lebih cenderung bersifat filosofis-religius,sedangkan pemikir dari Barat cenderung pada bersifat psikologis-akademis.Meskipun terdapat perbedaan kecenderungan, namun dari beberapa pemikirantersebut dapat ditarik benang merah yang saling melengkapi yaitu bahwapendidikan anak harus bersifat komprehensif bukan hanya berdimensi filosofis-religiusatau psikologis-akademis, melainkan paduan di antara keduanya. Barangkaliungkapan yang terakhir ini yang mendasari munculnya dan semakin pentingnyapendidikan usia dini (PADU) dalam sistem pendidikan nasional. WaAllah A'lam bial-Shawab.


DAFTAR PUSTAKAAbuddin Nata, 2001. Pemikiran Para Tokoh Pendidikan Islam, Jakarta:Rajagrafindo, cet. ke-2.Soejono, Agoes. 1978. Aliran Baru dalam Pendidikan, Bandung: CV. Ilmu.Marimba, Ahmad D. 1962. Pengantar Filsafat Pendidikan Islam, Bandung: Al-Ma'arif.Tafsir, Alu aad. 1994. Ilmu Pendidikan dalam Perspektif j'slam, Bandung: RemajaRosdakarya. cet. IV.al-Tuwaisi, Ali al-Jumbulati Abdul Futuh. 1994. Perbandingan Pendidikan Islam,Jakarta : Rineka Cipta.Sulaiman, Fatiyah Hasan. 1993. Aliran-aliran dalam Pendidikan; Studi tentangAliran Pendidikan Menurut al-Ghazali, ter . H. S. Agil Husin al-Munawardan Hadri Hasan, Semarang: Toha Petra.Dewantara, Ki Hajar. 1962. Bagian Pertama Pendidikan, Yogyakarta: MajelisLuhur Persatuan Taman Siswa,Mursyi, Muhamamd Munir. 1980. Al-Tarbiyah al-Islamiyah Ushuluha waTathawwuruha fi Bilad al-Arabiyyah, Mesir: Dar al-Maarif, cet. IV.al-Abrasyi, Muhammad Athiyyah. 1975. Al-Tarbiyah al-Islamiyyah waFalsafatuha, Mesir: Isa al-Babi al-Halabi, cet. Ke-3.Poerbakawatja, Soegarda. 1970. Pendidikan dalam Alam Indonesia Merdeka,Jakarta: GunungAgung.Patmodewono, Soemantri. 1998. Pendidikan Anak Pra sekolah, Jakarta: RinekaCipta.Boyd, William. 1959. The History of Western Education, London: Adam andCharles Black.

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!