29.06.2015 Views

prosidingshn2014

prosidingshn2014

prosidingshn2014

SHOW MORE
SHOW LESS

Create successful ePaper yourself

Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.

Simposium Hukum Nasional 2014<br />

Akar Masalah: Moralitas dan Kekuasaan<br />

Pertanyaan krusialnya adalah mengapa terjadi kekerasan<br />

seksual terhadap perempuan dan anak, dan bagaimana sikap Islam<br />

terhadapnya?<br />

Ini adalah pertanyaan mendasar yang perlu diajukan guna<br />

mencari akar persoalan mengapa terjadi banyak kekerasan, termasuk<br />

perkosaan terhadap perempuan. Ada sejumlah asumsi yang berkembang<br />

di publik selama ini. Keduanya lebih berdimensi moralitas untuk tidak<br />

dikatakan agama. Asusmsi pertama mengarahkan kesalahan kepada<br />

perempuan. Dengan kata lain kekerasan seksual bersumber dari<br />

perempuan sendiri. Mereka disalahkan, karena memamerkan bagianbagian<br />

tubuhnya yang terlarang (aurat) di depan publik. Mereka tidak<br />

menutupinya atau tidak mengenakan jilbab/hijab. Perempuanlah yang<br />

menciptakan “fitnah” (menggoda dan memicu hasrat seksual) laki-laki.<br />

Anggapan-anggapan ini sungguh sangat sulit untuk difahami oleh<br />

logika cerdas, bersih dan kritis. Bagaimana mungkin seorang yang tidak<br />

melakukan tindakan kejahatan dan hanya karena pakaian yang dipilinya<br />

dinyatakan bersalah dan berhak dilecehkan dan diperkosa? Dalam<br />

banyak kasus kekerasan terhadap perempuan jenis ini, terutama<br />

perkosaan, ia terjadi bukan hanya terhadap perempuan muda dan cantik,<br />

melainkan juga terjadi pada perempuan balita dan manula. Ia juga<br />

terjadi terhadap isterinya atau terhadap darah dagingnya sendiri (incest),<br />

atau anak laki-laki terhadap orang yang melahirkannya (ibunya) atau<br />

saudara sekandungnya. Kekerasan seksual juga terjadi terhadap<br />

perempuan berjilbab. Dalam kasus perkosaan yang terjadi di sebuah<br />

perguruan tinggi agama, beberapa waktu lalu, korban mengenakan<br />

jilbab warna putih, celana hitam, baju hijau dengan dalaman kaos warna<br />

loreng. Pada sisi lain perempuan tanpa jilbab juga tidak selalu<br />

menimbulkan perkosaan atau kekerasan seksual dalam bentuk lainnya.<br />

Orang yang melihat perempuan tanpa jilbab/hijab tidak selalu<br />

melakukan pelecehan dan perkosaan. Ini menunjukkan bahwa antara<br />

perkosaan dan penampilan tidak berjilbab/hijab tidak memiliki<br />

hubungan sebab akibat. Demikian juga alasan bahwa perkosaan terjadi<br />

karena pelaku terpengaruh oleh gambar-gambar porno atau menonton<br />

video porno. Tidak semua orang yang melihat gambar atau menonton<br />

video porno terlibat dalam aksi kekeraan seksual. Faktor-faktor ini lebih<br />

sekedar sebagai pemicu belaka bagi munculnya impuls-impuls hasrat<br />

birahi laki-laki terhadap perempuan.<br />

Ada juga pandangan atau asumsi yang menyalahkan pelaku<br />

dengan basis moralitas atau agama. Ia mengatakan bahwa kekerasan<br />

seksual terjadi karena moralitas pelakunya yang rendah atau tak<br />

bermoral atau kurang pengetahuan agamanya. Pandangan ini boleh jadi<br />

benar, tetapi kita kesulitan mendefinisikan atau mengidentifikasi baikburuknya<br />

moralitas seseorang sebelum ia melakukan perbuatannya.<br />

2

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!