29.06.2015 Views

prosidingshn2014

prosidingshn2014

prosidingshn2014

SHOW MORE
SHOW LESS

You also want an ePaper? Increase the reach of your titles

YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.

Simposium Hukum Nasional 2014<br />

Rekomendasi 4.3 Mempertegas ketentuan dalam Pasal 288 agar mencakup<br />

tidak hanya perkawinan dibawah umur tetapi juga perkawinan cukup umur.<br />

Ketentuan pasal ini hanya mencakup perkawinan di bawah umur<br />

padahal juga dimungkinkan adanya pemaksaan perkawinan dan kekerasan<br />

seksual kepada mereka yang sudah dewasa.<br />

Marital rape merupakan perkosaan yang dilakukan oleh suami terhadap<br />

istri atau sebaliknya, dengan cara memaksa untuk melakukan hubungan<br />

badan tanpa melihat dan mempertimbangkan kesediaan dan kesiapan<br />

pasangannya. Meskipun dalam KUHP tidak dikenal istilah marital rape, hal<br />

tersebut telah diatur dalam Undang-undang Nomor 23 Tahun 2004 tentang<br />

Penghapusan Kekerasan Dalam Rumah Tangga (PKDRT). Pasal 5 UU<br />

PKDRT mengatur tentang larangan tindakan kekerasan seksual, yaitu<br />

pemaksaan hubungan seksual yang tidak diinginkan. Secara lebih khusus,<br />

Pasal 8 menjelaskan bahwa kekerasan seksual meliputi pemaksaan<br />

hubungan seksual yang dilakukan terhadap orang yang menetap dalam<br />

lingkup rumah tangga tersebut, seperti istri, anak, dan pekerja rumah<br />

tangga. Mengenai hukuman bagi pelaku, pasal 46 menegaskan bahwa para<br />

pelaku pemaksaan hubungan seksual dalam rumah tangga diancam<br />

hukuman pidana yakni pidana penjara paling lama 12 tahun atau denan<br />

paling banyak Rp36.000.000,00<br />

Minimnya kesadaran masyarakat terhadap marital rape menyebabkan<br />

banyak kasus yang tidak terlaporkan.<br />

5. PASAL 289<br />

Poin 5.1 Frasa “kekerasan atau ancaman kekerasan” dalam Pasal 289<br />

membuat Pasal-Pasal tersebut menjadi sempit.<br />

Rekomendasi 5.1 Frasa “kekerasan atau ancaman kekerasan” tersebut<br />

diganti dengan frasa “bertentangan” atau “bertentangan dengan kehendak”<br />

Pasal 289 KUHP berbunyi<br />

“Barangsiapa dengan kekerasan atau ancaman kekerasan memaksa<br />

seseorang melakukan atau membiarkan dilakukan pada dirinya<br />

perbuatan cabul, dihukum karena merusakkan kesopanan dengan<br />

hukuman penjara selama-lamanya sembilan tahun.”<br />

Frasa dengan kekerasan atau ancaman kekerasan pada pasal tersebut<br />

membuat pasal ini menjadi sempit karena perbuatan cabul tidak selalu<br />

berawal dari kekerasan atau ancaman kekerasan yang pada konteksnya<br />

bersifat lebih fisik. Dengan demikian, delegasi SHN merekomendasikan<br />

sebaiknya frasa “dengan kekerasan” atau “ancaman kekerasan” pada pasal<br />

289 KUHP diubah menjadi frasa “bertentangan dengan” atau “bertentangan<br />

dengan kehendak” sehingga ketentuan pasal ini menjadi lebih luas.<br />

<br />

Poin 5.2 Definisi cabul dan kategorisasi pemerkosaan tidak jelas.<br />

192

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!