29.06.2015 Views

prosidingshn2014

prosidingshn2014

prosidingshn2014

SHOW MORE
SHOW LESS

You also want an ePaper? Increase the reach of your titles

YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.

Simposium Hukum Nasional 2014<br />

hubungan seksual tersebut menjadi sesuatu yang sulit diterima. Di satu sisi,<br />

ketidaksetujuan perempuan dianggap vital dalam kasus perkosaan, namun di<br />

sisi lain itu menjadi tidak penting karena perempuan harus membuktikan<br />

ketidaksetujuannya (yang berarti ada pada tataran psikologis), untuk hal-hal<br />

yang bersifat fisik (bukti adanya kekerasan).<br />

Lebih jauh, rumusan kekerasan tersebut mengeluarkan atau bahkan<br />

mengeliminasi hubungan seksual yang dilakukan berdasarkan "ketundukan"<br />

(submission), karena alasan-alasan tertentu. Misalnya saja antara seorang<br />

majikan terhadap bawahannya yang merasa khawatir dengan masa depan<br />

pekerjaannya, atau cemas dengan nilai ujian atau kelulusan dalam konteks<br />

hubungan seksual antara seorang guru terhadap muridnya. 3 Padahal, pada<br />

dasarnya kekerasan seksual merupakan manifestasi kekuasaan pelaku<br />

terhadap korbannya.<br />

Dalam RUU KUHP, sudah terdapat perubahan unsur, antara lain<br />

dihapusnya unsur kekerasan atau ancaman kekerasan yang digantikan oleh<br />

unsur bertentangan dengan kehendak dan tanpa persetujuan. Pasal 488 ayat<br />

1 RUU KUHP berbunyi: 4<br />

(1) Dipidana karena melakukan tindak pidana perkosaan, dengan pidana<br />

penjara paling singkat 3 (tiga) tahun dan paling lama 12 (dua belas)<br />

tahun:<br />

a. Laki-laki yang melakukan persetubuhan dengan perempuan di luar<br />

perkawinan, bertentangan dengan kehendak perempuan tersebut;<br />

b. Laki-laki yang melakukan persetubuhan dengan perempuan di luar<br />

perkawinan, tanpa persetujuan perempuan tersebut;<br />

c. Laki-laki yang melakukan persetubuhan dengan perempuan,<br />

dengan persetujuan perempuan tersebut, tetapi persetujuan<br />

tersebut dicapai melalui ancaman untuk dibunuh atau dilukai;<br />

d. Laki-laki yang melakukan persetubuhan dengan perempuan,<br />

dengan persetujuan perempuan tersebut karena perempuan<br />

tersebut percaya bahwa laki-laki tersebut adalah suaminya yang<br />

sah;<br />

e. Laki-laki yang melakukan persetubuhan dengan perempuan yang<br />

berusia di bawah 14 (empat belas) tahun, dengan<br />

persetujuannya; atau<br />

f. Laki-laki yang melakukan persetubuhan dengan perempuan,<br />

padahal diketahui bahwa perempuan tersebut dalam keadaan<br />

pingsan atau tidak berdaya.<br />

3 Ratna Batara Munti, “Kekerasan Seksual: Mitos dan Realitas, Kelemahan<br />

Aturan dan Proses Hukum, Serta Strategi Menggapai Keadilan”, diakses<br />

darihttp://www.hukumonline.com/berita/baca/hol2472/kekerasan-seksual-mitos-danrealitas<br />

pada 18 Mei 2014.<br />

4<br />

Lihat Rancangan Undang-undang Kitab Undang-undang Hukum Pidana,<br />

diakses dari http://antikorupsi.org/sites/antikorupsi.org/files/doc/Umum/RUU%20<br />

KUHP_2013.pdf pada 18 Mei 2014.<br />

182

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!