29.06.2015 Views

prosidingshn2014

prosidingshn2014

prosidingshn2014

SHOW MORE
SHOW LESS

Create successful ePaper yourself

Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.

Simposium Hukum Nasional 2014<br />

EFISIENSI PERLINDUNGAN DAN PENDAMPINGAN KORBAN<br />

PEMERKOSAAN DALAM KONTEKS PEMBERLAKUAN<br />

SYARI’AT ISLAM DI ACEH<br />

Oleh: Fakultas Hukum Universitas Syiah Kuala<br />

Abstrak<br />

Dalam pendampingan dan perlindungan korban kekerasan seksual,<br />

Aceh masih harus mencari bentuk idealnya. Selain penanganan secara<br />

holistik yang harus dilakukan, efisiensi adalah hal terpenting yang<br />

harus pula diperhatikan. Penanganan korban kekerasan seksual<br />

terkhusus pada kasus perkosaan harus ditangani dengan baik mulai<br />

dari penyediaan pelayanan pengaduan, layanan kesehatan, rehabilitasi,<br />

bantuan hukum, hingga reintegrasi sosial. Proses penanganan yang<br />

demikian haruslah terkelola dengan baik sehingga efisiensi<br />

penanganan korban kekerasan dapat tercapai. Ketersediaan sarana<br />

dan prasarana seperti ketersediaan rumah aman, pelayanan kesehatan<br />

yang baik dan mampu tata laksana, hingga ketersediaan petugas teknis<br />

yang berperspektif korban yang cukup adalah pokok perhatian yang<br />

mestinya diperhatikan oleh Pemerintah Aceh. Selain itu, komunikasi<br />

lintas instansi yang telah dilakukan sejak 2010 silam melalui<br />

Memorandum of Understanding (MoU) 23 instansi perlu dievaluasi<br />

agar tujuan diperuntukannya MoU tersebut mendekati sempurna.<br />

Permasalahan Aceh masih berada pada tataran efisiensi dalam<br />

penanganan korban, dari total jumlah instansi terkait penanganan<br />

korban kekerasan seksual masih berada terpusat pada salah satu<br />

komponen saja dan instansi pemerintah di kota dan provinsi masih<br />

dirasa tidak cukup baik dalam pelaksanaannya, sehingga Badan/PP<br />

yang ada di Aceh lebih memilih untuk berkoordinasi dengan instansi<br />

vertikal seperti kepolisan. Arah kebijakan ini yang haruslah dievaluasi<br />

agar korban kekerasan seksual dapat terpenuhi haknya. Terlebih, Aceh<br />

adalah entitas politik otonom yang menjalankan Syari‟at Islam.<br />

A. Latar Belakang<br />

Pergerakan masyarakat di Aceh sangatlah dinamis. Banyak hal<br />

menarik yang dapat ditemui di Aceh. Selain cerita sejarahnya, peraturan<br />

daerah yang dikenal sebagai Qanun pun terbilang unik. Aceh adalah<br />

daerah yang menerapkan Syariat Islam yang dipadupadankan dengan<br />

pelaksanaan hukum adat. Pelaksanaan hukum semacam ini pun telah<br />

diakui eksistensinya sampai pada pelosok-pelosok desa (gampong) yang<br />

ada di Aceh. Proses pemberlakuan Syariat Islam di Aceh didasari oleh<br />

Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2001 tentang otonomi khusus,<br />

161

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!