29.06.2015 Views

prosidingshn2014

prosidingshn2014

prosidingshn2014

SHOW MORE
SHOW LESS

You also want an ePaper? Increase the reach of your titles

YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.

Simposium Hukum Nasional 2014<br />

dan perbuatan. 1 Dalam hukum pidana, istilah tindak pidana ini tumbuh<br />

dari pihak Kementerian Kehakiman, sering dipakai dalam perundangundangan.<br />

Meskipun tindak lebih pendek dari perbuatan, tapi tidak<br />

menunjuk kepada hal yang abstrak seperti perbuatan, tapi hanya<br />

menyatakan keadaan konkrit, sebagaimana halnya dengan peristiwa<br />

dengan perbedaan bahwa tindak adalah kelakuan, tingkah laku, gerakgerik,<br />

atau sikap jasmani seseorang, hal mana lebih dikenal dalam<br />

tindak-tanduk, tindakan, dan bertindak dan belakangan juga sering<br />

dipakai “ditindak”. Maka dalam perundang-undangan yang<br />

menggunakan istilah tindak pidana baik dalam pasal-pasalnya sendiri,<br />

maupun dalam penjelasannya hampir selalu dipakai pula kata<br />

perbuatan. Contohnya Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1953 tentang<br />

Pemilihan Umum (pasal 127, 129 dan lain-lain). 2<br />

Istilah “tindak” memang lebih lazim digunakan dalam<br />

peraturan perundang-undangan kita, walaupun masih banyak<br />

diperdebatkan juga ketepatannya. Tindak menunjuk pada hal kelakuan<br />

manusia dalam arti yang positif (handelen) semata, dan tidak termasuk<br />

kelakuan manusia yang pasif atau negatif (natalen). Padahal pengertian<br />

yang sebenarnya dalam istilah feit itu adalah termasuk baik perbuatan<br />

aktif maupun pasif tersebut.<br />

Perbuatan aktif artinya suatu bentuk perbuatan yang untuk<br />

mewujudkannya diperlukan/disyaratkan adanya suatu gerakan atau<br />

gerakan-gerakan dari tubuh atau bagian dari tubuh manusia, misalnya<br />

mengambil (pasal 362 KUHP) atau merusak (pasal 406 KUHP).<br />

Sedangkan perbuatan pasif adalah suatu bentuk tidak melakukan suatu<br />

bentuk perbuatan tersebut telah mengabaikan kewajiban hukumnya,<br />

misalnya perbuatan tidak menolong (pasal 351 KUHP) atau perbuatan<br />

membiarkan (pasal 304 KUHP).<br />

Istilah perbuatan ini dipertahankan oleh Moeljatno dan dinilai<br />

oleh beliau sebagai istilah yang lebih tepat untuk menggambarkan isi<br />

pengertian dari strafbaar feit. Begitu juga Prof.Ruslan Saleh<br />

menggunakan istilah perbuatan pidana, misalnya dalam buku beliau<br />

“Perbuatan Pidana dan Pertanggungjawab Pidana”.<br />

Moeljatno menggunakan istilah perbuatan pidana yang<br />

didefinisikan beliau sebagai “perbuatan yang dilarang oleh suatu<br />

aturan hukum larangan mana disertai ancaman (sanksi) yang berupa<br />

pidana tertentu, bagi barangsiapa yang melanggar larangan<br />

tersebut”. Adapun istilah perbuatan pidana lebih tepat, alasannya<br />

adalah:<br />

1<br />

Adami Chazawi. Pelajaran Hukum Pidana I. (Jakarta: PTRaja<br />

Grafindo Persada, 2002), hlm.69.<br />

2 Moeljatno. Asas-asas Hukum Pidana. (Jakarta: PT Rineka Cipta,<br />

2002),hlm. 54.<br />

134

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!