29.06.2015 Views

prosidingshn2014

prosidingshn2014

prosidingshn2014

SHOW MORE
SHOW LESS

Create successful ePaper yourself

Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.

Simposium Hukum Nasional 2014<br />

1) Memperoleh perlindungan atas keamanan pribadi, keluarga, dan<br />

harta bendanya, serta bebas dari ancaman yang berkenaan dengan<br />

kesaksian yang akan, sedang atau telah diberikannya;<br />

2) Ikut serta dalam proses memilih dan menentukan bentuk<br />

perlindungan dan dukungan keamanan;<br />

3) Memberikan keterangan tanpa tekanan;<br />

4) Mendapat penerjemah;<br />

5) Bebas dari pertanyaan yang menjerat;<br />

6) Mendapat informasi mengenai perkembangan kasus;<br />

7) Mendapat informasi mengenai putusan pengadilan;<br />

8) Mendapat informasi dalam hal terpidana dibebaskan;<br />

9) Dirahasiakan identitasnya;<br />

10) Mendapat identitas baru;<br />

11) Mendapat tempat kediaman sementara;<br />

12) Mendapat tempat kediaman baru;<br />

13) Memperoleh penggantian biaya transportasi sesuai dengan<br />

kebutuhan;<br />

14) Mendapat nasihat hukum;<br />

15) Memperoleh bantuan biaya hidup sementara sampai batas waktu<br />

perlindungan berakhir; dan/atau<br />

16) Mendapat pendampingan.<br />

Dirumuskannya perlindungan terhadap korban pada proses<br />

pengadilan pidana dalam suatu peraturan perundang-undangan<br />

menunjukkan adanya gestur dari pemerintah untuk lebih<br />

mengakomodasi hak-hak korban. Namun patut disayangkan, dalam UU<br />

No. 13 Tahun 2006 maupun UU No. 31 Tahun 2014 perlindungan<br />

terhadap korban tidak mengandung norma imperatif yang otomatis<br />

melindungi korban. Untuk mendapatkan perlindungan sebagaimana<br />

yang disebutkan di atas, korban perlu melapor kepada Lembaga<br />

Perlindungan Saksi dan Korban (LPSK) terlebih dahulu atau menunggu<br />

rujukan dari pihak yang berwenang. Hal ini mengesankan bahwa<br />

perlindungan korban merupakan bagian di luar kebulatan proses hukum<br />

yang berlaku. Adapun perlindungan korban menurut Barda Nawawi<br />

Arief dapat dilihat dari dua makna yaitu:<br />

1) Perlindungan hukum untuk tidak menjadi korban tindak pidana<br />

(berarti perlindungan HAM atau kepentingan hukum seseorang);<br />

2) Perlindungan untuk memperoleh jaminan atau santunan hukum atas<br />

penderitaan atau kerugian orang yang telah menjadi korban tindak<br />

pidana (identik dengan penyantunan korban). Bentuk santunan itu<br />

dapat berupa pemulihan nama baik (rehabilitasi), pemulihan<br />

Perubahan terhaadap Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2006 tentang<br />

Perlindungan Saksi dan Korban.<br />

108

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!