25_205Profil-Prof Dr Zubairi Djoerban - Kalbe

25_205Profil-Prof Dr Zubairi Djoerban - Kalbe 25_205Profil-Prof Dr Zubairi Djoerban - Kalbe

22.06.2015 Views

PROFIL Fokus utama Guru Besar Ilmu Penyakit Dalam ini adalah penanganan HIV/AIDS. Berkat ketrampilannya mengidentifikasi dan menghitung jumlah limfosit helper atau yang lebih dikenal dengan CD4, ia dapat mendiagnosis AIDS pada saat menempuh post-graduate training di laboratorium Imunologi, Pusat Kanker dan Imunogenetika RS Paul Brousse, Perancis pada tahun 1982- 1983. Sejak saat itu, ia semakin giat meneliti tentang HIVAIDS hingga saat ini. Yayasan Pelita Ilmu Pada tahun 1983, seusai mengikuti training di Perancis, Zubairi Djoerban melakukan penelitian di Jakarta terhadap sekitar 30 waria. Dua di antaranya dinyatakan mungkin telah terinfeksi HIV. Kemudian pada September 1985, tes ELISA terhadap darah seorang perempuan berusia 25 tahun dengan hemophilia di Rumah Sakit Islam Jakarta, mendiagnosis infeksi HIV, serta dengan gejala klinis yang menunjukkan AIDS. Kedua temuan penting ini kerap menjadi bahan obrolan dr. Zubairi dengan sahabatnya dr. Samsuridjal Djauzi yang pernah belajar di Universitas Mahidol, Bangkok. Kasus HIV/AIDS yang tinggi di Thailand, membuat dr. Samsu khawatir akan juga terjadi di Indonesia. Sejak tahun 1986, mereka kemudian menjadi pionir melakukan upaya pencegahan HIV dengan melakukan penyuluhan ke beberapa sekolah, biasanya pada hari Sabtu sepulang bekerja. Pada tanggal 4 Desember 1989, Prof. Zubairi, Prof. Samsuridjal dan Sri Wahyuningsih, SKM (istri Prof. Zubairi) sepakat mendirikan sebuah lembaga di Jakarta yang diberi nama Yayasan Pelita Ilmu. Nama Pelita Ilmu muncul secara spontan karena pada masa-masa awalnya, kegiatan yang dijalankan berlokasi di sekolahsekolah, sehingga seperti menjadi “pelita” bagi para pelajar SMA untuk mendapatkan “ilmu” tentang hidup sehat yang bertanggungjawab untuk menghindari diri dari penularan HIV. Aktivis Keprofesian Selain menangani masalah AIDS, Prof. Zubairi selalu aktif di bidang lain, seperti pernah menjabat sebagai Kepala Divisi Hematologi- Onkologi Medik, Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI/RSUPNCM, Ketua Program Studi Spesialis Ilmu Penyakit Dalam FKUI/RSUPNCM. Saat ini masih aktif sebagai Ketua Senat Akademik Fakultas, FKUI. Perjanjian dengan tepat waktu adalah salah satunya prinsip beliau mengenai menghargai waktu. Profesor yang mempunyai tiga orang anak ini juga aktif di beberapa organisasi, terutama organisasi keprofesian, seperti pernah menjabat sebagai Ketua Penyelenggara Kongres AIDS Asia Pasifik 9 di Bali Indonesia Agustus 2009 (ICAAP9), Ketua Tim Pemeriksa Kesehatan Capres dan Cawapres RI, Ketua Kolegium Ilmu Penyakit Dalam Indonesia, Ketua Perhimpunan Hematologi dan Transfuri Darah Indonesia, Ketua Ketua Perhimpunan Onkologi Indonesia, Ketua Forum Perhimpunan Dokter Seminat (PDSm), Ketua Forum Perhimpunan Dokter Spesialis (PDSp) dan saat ini masih menjabat sebagai Ketua Masyarakat Peduli AIDS Indonesia, serta masih aktif sebagai Ketua Majelis MPPK IDI (Majelis Pengembangan Pelayanan dan Keprofesian IDI). Beliau menghasilkan belasan hasil penelitian baik sebagai penulis utama maupun penulis pembantu dalam majalah atau buku ilmiah nasional maupun internasional. Selain itu juga telah menulis sekitar 72 karya ilmiah yang disampaikan dalam berbagai kongres. Kepeduliannya pada HIV dan AIDS telah mendorongnya untuk berkontribusi dalam penulisan berbagai buku, antara lain: Enhancing the Role of Medical School in STI/HIV and TB control. World Health Organization, tahun 2000 sebagai kontributor, Teaching HIV/AIDS in The Medical Schools. New Delhi: World Health Organization Regional Office for South-East Asia; tahun 1999, dan penulis tunggal buku “Membidik AIDS: Ikhtiar Memahami HIV dan Odha.” Yogyakarta: Penerbit Galang, tahun 1999. Profesor yang hobinya fotografi ini juga telah berperan sebagai pembicara pada 54 kongres ilmiah nasional dan internasional, dan berpartisipasi pada 47 kongres ilmiah nasional/internasional dan di masyarakat, selain juga sebagai pembimbing AIDS dan penyelenggara, pembicara, moderator seminar dengan topik AIDS, lupus dan kanker setiap tahun, serta mengasuh rubrik konsultasi kesehatan di Harian Republika setiap hari Minggu sejak 1999 sampai saat ini. Redaksi 474 CDK-205/ vol. 40 no. 6, th. 2013

PROFIL<br />

Fokus utama Guru Besar Ilmu Penyakit<br />

Dalam ini adalah penanganan HIV/AIDS.<br />

Berkat ketrampilannya mengidentifikasi<br />

dan menghitung jumlah limfosit helper atau<br />

yang lebih dikenal dengan CD4, ia dapat<br />

mendiagnosis AIDS pada saat menempuh<br />

post-graduate training di laboratorium<br />

Imunologi, Pusat Kanker dan Imunogenetika<br />

RS Paul Brousse, Perancis pada tahun 1982-<br />

1983. Sejak saat itu, ia semakin giat meneliti<br />

tentang HIVAIDS hingga saat ini.<br />

Yayasan Pelita Ilmu<br />

Pada tahun 1983, seusai mengikuti training<br />

di Perancis, <strong>Zubairi</strong> <strong>Djoerban</strong> melakukan<br />

penelitian di Jakarta terhadap sekitar 30 waria.<br />

Dua di antaranya dinyatakan mungkin telah<br />

terinfeksi HIV. Kemudian pada September<br />

1985, tes ELISA terhadap darah seorang<br />

perempuan berusia <strong>25</strong> tahun dengan<br />

hemophilia di Rumah Sakit Islam Jakarta,<br />

mendiagnosis infeksi HIV, serta dengan gejala<br />

klinis yang menunjukkan AIDS. Kedua temuan<br />

penting ini kerap menjadi bahan obrolan dr.<br />

<strong>Zubairi</strong> dengan sahabatnya dr. Samsuridjal<br />

Djauzi yang pernah belajar di Universitas<br />

Mahidol, Bangkok. Kasus HIV/AIDS yang tinggi<br />

di Thailand, membuat dr. Samsu khawatir akan<br />

juga terjadi di Indonesia.<br />

Sejak tahun 1986, mereka kemudian menjadi<br />

pionir melakukan upaya pencegahan HIV<br />

dengan melakukan penyuluhan ke beberapa<br />

sekolah, biasanya pada hari Sabtu sepulang<br />

bekerja.<br />

Pada tanggal 4 Desember 1989, <strong>Prof</strong>. <strong>Zubairi</strong>,<br />

<strong>Prof</strong>. Samsuridjal dan Sri Wahyuningsih, SKM<br />

(istri <strong>Prof</strong>. <strong>Zubairi</strong>) sepakat mendirikan sebuah<br />

lembaga di Jakarta yang diberi nama Yayasan<br />

Pelita Ilmu. Nama Pelita Ilmu muncul secara<br />

spontan karena pada masa-masa awalnya,<br />

kegiatan yang dijalankan berlokasi di sekolahsekolah,<br />

sehingga seperti menjadi “pelita” bagi<br />

para pelajar SMA untuk mendapatkan “ilmu”<br />

tentang hidup sehat yang bertanggungjawab<br />

untuk menghindari diri dari penularan<br />

HIV.<br />

Aktivis Keprofesian<br />

Selain menangani masalah AIDS, <strong>Prof</strong>. <strong>Zubairi</strong><br />

selalu aktif di bidang lain, seperti pernah<br />

menjabat sebagai Kepala Divisi Hematologi-<br />

Onkologi Medik, Departemen Ilmu Penyakit<br />

Dalam FKUI/RSUPNCM, Ketua Program Studi<br />

Spesialis Ilmu Penyakit Dalam FKUI/RSUPNCM.<br />

Saat ini masih aktif sebagai Ketua Senat<br />

Akademik Fakultas, FKUI. Perjanjian dengan<br />

tepat waktu adalah salah satunya prinsip<br />

beliau mengenai menghargai waktu.<br />

<strong>Prof</strong>esor yang mempunyai tiga orang anak<br />

ini juga aktif di beberapa organisasi, terutama<br />

organisasi keprofesian, seperti pernah<br />

menjabat sebagai Ketua Penyelenggara<br />

Kongres AIDS Asia Pasifik 9 di Bali Indonesia<br />

Agustus 2009 (ICAAP9), Ketua Tim Pemeriksa<br />

Kesehatan Capres dan Cawapres RI, Ketua<br />

Kolegium Ilmu Penyakit Dalam Indonesia,<br />

Ketua Perhimpunan Hematologi dan Transfuri<br />

Darah Indonesia, Ketua Ketua Perhimpunan<br />

Onkologi Indonesia, Ketua Forum<br />

Perhimpunan Dokter Seminat (PDSm), Ketua<br />

Forum Perhimpunan Dokter Spesialis (PDSp)<br />

dan saat ini masih menjabat sebagai Ketua<br />

Masyarakat Peduli AIDS Indonesia, serta masih<br />

aktif sebagai Ketua Majelis MPPK IDI (Majelis<br />

Pengembangan Pelayanan dan Keprofesian<br />

IDI).<br />

Beliau menghasilkan belasan hasil penelitian<br />

baik sebagai penulis utama maupun penulis<br />

pembantu dalam majalah atau buku ilmiah<br />

nasional maupun internasional. Selain<br />

itu juga telah menulis sekitar 72 karya<br />

ilmiah yang disampaikan dalam berbagai<br />

kongres. Kepeduliannya pada HIV dan AIDS<br />

telah mendorongnya untuk berkontribusi<br />

dalam penulisan berbagai buku, antara<br />

lain: Enhancing the Role of Medical<br />

School in STI/HIV and TB control. World<br />

Health Organization, tahun 2000 sebagai<br />

kontributor, Teaching HIV/AIDS in The<br />

Medical Schools. New Delhi: World Health<br />

Organization Regional Office for South-East<br />

Asia; tahun 1999, dan penulis tunggal buku<br />

“Membidik AIDS: Ikhtiar Memahami HIV dan<br />

Odha.” Yogyakarta: Penerbit Galang, tahun<br />

1999.<br />

<strong>Prof</strong>esor yang hobinya fotografi ini juga<br />

telah berperan sebagai pembicara pada 54<br />

kongres ilmiah nasional dan internasional,<br />

dan berpartisipasi pada 47 kongres ilmiah<br />

nasional/internasional dan di masyarakat,<br />

selain juga sebagai pembimbing AIDS dan<br />

penyelenggara, pembicara, moderator<br />

seminar dengan topik AIDS, lupus dan kanker<br />

setiap tahun, serta mengasuh rubrik konsultasi<br />

kesehatan di Harian Republika setiap hari<br />

Minggu sejak 1999 sampai saat ini. Redaksi<br />

474<br />

CDK-205/ vol. 40 no. 6, th. 2013

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!