22.06.2015 Views

Selulitis Fasialis - Kalbe

Selulitis Fasialis - Kalbe

Selulitis Fasialis - Kalbe

SHOW MORE
SHOW LESS

You also want an ePaper? Increase the reach of your titles

YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.

LAPORAN KASUS<br />

Saat datang, keadaan umum pasien agak<br />

lemah; tekanan darah 150/100 mm Hg, nadi<br />

88 x/menit, respirasi 20 x/menit, tidak<br />

demam. Pada pemeriksaan THT, di daerah<br />

hidung dan sekitarnya dijumpai pembengkakan<br />

dan hiperemia, sedangkan telinga dan<br />

orofaring tidak ada kelainan. Gambaran foto<br />

polos sinus paranasalis: tampak perselubungan<br />

semiopak, homogen di anterior os<br />

nasale, sinus paranasalis normolusen; tidak<br />

tampak deviasi septum nasi, sedangkan os<br />

nasal intak; kesan: perselubungan di anterior<br />

os nasale mungkin karena soft tissue swelling.<br />

Pada pemeriksaan laboratorium, diperoleh<br />

jumlah leukosit 13.800 dan kadar gula darah<br />

104 g/dL. Pasien diterapi dengan amoksisilin<br />

IV 3 kali 1 gram, metronidazol IV 3 kali 500 mg,<br />

dan asam mefenamat 3 kali 500 mg, sambil<br />

dilakukan kultur dan tes kepekaan bakteri.<br />

Hasil kultur dan tes kepekaan bakteri<br />

menunjukkan kuman H. influenzae yang sensitif<br />

terhadap sulfametoksazol-trimetoprim,<br />

kloramfenikol, amikasin, tetrasiklin, gentamisin,<br />

kanamisin, siprofloksasin, sefalosporin,<br />

tetapi resisten terhadap ampisilin,<br />

amoksisilin, dan eritromisin.<br />

Berdasarkan hasil kultur dan tes kepekaan<br />

tersebut, terapi diganti dengan seftriakson 2<br />

kali 1 gram, metronidazol 3 kali 500 mg, dan<br />

asam mefenamat, disertai perawatan lokal<br />

berupa nekrotomi jaringan dengan anestesi<br />

lokal. Luka kemudian dicuci dengan<br />

perhidrol dan diberi salep klobetasol<br />

propionat. Tindakan ini dilakukan setiap hari<br />

karena telah terjadi nekrosis di daerah wajah,<br />

kemudian dikonsulkan ke bagian penyakit<br />

dalam karena kadar gula darahnya mencapai<br />

190 g/dL.<br />

Diberikan terapi insulin (RI) 3 kali 4 IU<br />

subkutan/hari, diet diabetes melitus 1900<br />

kalori dan infus maltosa dengan kontrol<br />

kadar gula darah setiap hari. Pada tanggal 6<br />

Februari 2001, terapi diganti dengan<br />

siprofloksasin 2 kali 500 mg, metronidazol 3<br />

kali 500 mg, antasida 3 kali 500 mg, yang<br />

diberikan peroral. Secara perlahan-lahan<br />

luka membaik, tampak dari pertumbuhan<br />

jaringan baru di sekitar bekas jaringan<br />

nekrotik. Karena merasa telah mengalami<br />

perbaikan, pasien minta pulang dan ingin<br />

dirawat di poliklinik pada tanggal 22-3-2001.<br />

Pembahasan<br />

<strong>Selulitis</strong> fasialis merupakan proses akut yang<br />

harus cepat ditangani karena selain bisa<br />

mencetuskan bakteremia, juga menyebabkan<br />

gangguan kosmetik akibat gejala sisa<br />

yang ditimbulkannya.<br />

Secara klinis, vena fasialis dianggap penting<br />

karena beberapa alasan. Pertama, sinus<br />

kavernosus merupakan sebuah sinus vena<br />

duramater yang menutupi otak melalui vena<br />

oftalmika superior. Kedua, pleksus pterigoideus<br />

merupakan jalinan vena-vena kecil<br />

di dalam muskulus pterigoideus lateralis melalui<br />

vena fasialis profunda. Darah dari kantus<br />

medialis mata, hidung, dan bibir biasanya<br />

mengalir ke arah inferior vena fasialis, terutama<br />

pada posisi tegak. Di lain pihak, karena<br />

vena fasialis tidak mempunyai katup, darah<br />

dapat berbalik arah dan masuk ke sinus<br />

kavernosus. Infeksi akibat laserasi hidung<br />

atau pustulasi di bibir atas dapat menyebar<br />

dari vena fasialis ke vena sinus duramater,<br />

sehingga area hidung sampai bibir atas se-<br />

7<br />

ring disebut sebagai danger area of the face.<br />

Di Bagian THT-KL FK UGM/SMF THT RSUP Dr.<br />

Sardjito, kasus ini jarang ditemukan. Bakteri<br />

penyebabnya, H. influenzae, juga sulit<br />

didiagnosis karena sulit ditemukan pada<br />

3,5<br />

pewarnaan Gram. Pada kasus ini, H.<br />

influenzae mungkin berasal dari riwayat pilek<br />

2 minggu sebelumnya. Pada kasus ini, pasien<br />

telah menderita penyakit selama 10 hari<br />

tanpa diketahui penyebabnya sehingga<br />

pengobatan juga tidak adekuat; dilihat dari<br />

hari ke hari tidak mengalami perbaikan,<br />

bahkan bertambah berat. Anamnesis<br />

menunjukkan bahwa pasien mempunyai<br />

riwayat penyakit diabetes melitus sehingga<br />

prognosis dapat lebih buruk. Penyakit<br />

diabetes melitus merupakan faktor<br />

predisposisi timbulnya infeksi, akibat<br />

abnormalitas fungsi fagosit. Pada infeksi<br />

jaringan seperti pada pasien ini, jaringan<br />

nekrotik di wajah mula-mula mengenai fasia<br />

dan jaringan subkutan, kemudian meluas<br />

seiring dengan adanya bakteri gram negatif,<br />

seperti H. influenzae. Kasus seperti ini dapat<br />

terjadi pada 20% atau lebih penderita<br />

6<br />

diabetes melitus.<br />

Selain selulitis fasialis, dapat dicurigai adanya<br />

proses keganasan, seperti lethal midline<br />

granuloma (LMG), mengingat usia pasien<br />

yang sudah mencapai dekade keenam, juga<br />

karena adanya krusta-krusta di daerah garis<br />

tengah wajah. Namun, foto sinus paranasal<br />

menunjukkan tidak adanya proses destruksi<br />

sehingga LMG pada kasus ini dapat<br />

dikesampingkan. Demikian juga dari<br />

gambaran klinis, dijumpai adanya infeksi luas<br />

di hidung dan pipi sehingga tidak dilakukan<br />

biopsi. Setelah lima hari dilakukan kultur,<br />

yang menunjukkan adanya H. influenzae,<br />

terapi diganti dengan seftriakson sesuai hasil<br />

tes kepekaan; keadaan ini sesuai dengan<br />

4<br />

pernyataan Shulman dkk. Pasien ini juga<br />

diberi metronidazol karena pada penderita<br />

selulitis dengan diabetes melitus sering<br />

2<br />

dijumpai bakteri anaerob.<br />

Selain pengobatan sistemik, pengobatan<br />

lokal juga sangat membantu proses<br />

penyembuhan penyakit ini. Perawatan luka<br />

(dressing) dan nekrotomi setiap hari dapat<br />

mempercepat pertumbuhan jaringan baru.<br />

Selain itu, larutan perhidrol juga dapat<br />

bermanfaat mencegah pertumbuhan<br />

bakteri anaerob.<br />

Kesimpulan<br />

Telah dilaporkan satu kasus selulitis fasialis<br />

pada wanita 62 tahun yang telah 2 tahun<br />

menderita diabetes melitus. <strong>Selulitis</strong> ini<br />

semula berupa benjolan kecil yang sering<br />

digaruk. Pasien dirawat bersama dengan<br />

bagian penyakit dalam karena juga<br />

menderita diabetes melitus. Hasil kultur<br />

menunjukkan bakteri H. influenzae, sehingga<br />

diberi antibiotik yang sensitif terhadap<br />

bakteri tersebut, yaitu siprofloksasin 500 mg<br />

2 kali sehari dan metronidazol 500 mg 3 kali<br />

sehari. Pasien sembuh dalam waktu 2 bulan.<br />

DAFTAR PUSTAKA<br />

1. George WL. Cervical infections. In: Infectious diseases. A modern treatise of Infectious Processes. Philadelphia: JB<br />

Lippincott Co. 1989:1400-02.<br />

2. Friedland GH. Infectious diseases. In: Harrison's principles of internal medicine. 14th ed International Ed. USA: Mc<br />

Graw-Hill Inc. 1998; I:632-3.<br />

3. Ryan KI. Haemophilus, Bordetella and Gardnerella. In: Medical microbiology-an introduction to infectious<br />

diseases. Oxford: Elsevier 1984:216-21.<br />

4. Shulman ST, Phais JP, Summers HM. 4th ed. Philadelphia: WB Saunders Company. 1992:347-8.<br />

5. Howard RJ, Simmons RL. Surgical infectious diseases. 2nd ed. California: Appleton & Lange. 1988:367-8.<br />

6. Eliopoulos GM. Diabetes and infection. In: Principles and practice of endocrinology and metabolism. 2nd ed. JB<br />

Lippincott Co. 1995:1303-5.<br />

7. Moore KL. Clinically oriented anatomy. 3rd ed. Awaerly Co. 1990:667.<br />

440 CDK 187 / vol. 38 no. 6 / Agustus - September 2011

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!