08_179Rinitisalergifaktorrisiko - Kalbe
08_179Rinitisalergifaktorrisiko - Kalbe
08_179Rinitisalergifaktorrisiko - Kalbe
You also want an ePaper? Increase the reach of your titles
YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.
HASIL PENELITIAN<br />
2. Karakteristik keluhan dan kelainan<br />
telinga dan hidung<br />
Terdapat perbedaan bermakna antara<br />
kelompok kasus dan kontrol pada keluhan<br />
cairan keluar dari telinga dengan<br />
nilai p = 0,001 (p < 0,05); OR: 3,<strong>08</strong>;<br />
IK 95%: 2,2 – 4,2. Sebanyak 41 kasus<br />
(82%) mengeluh batuk, pilek dan demam<br />
sebelum keluhan telinga timbul<br />
dan 9 pasien (18%) karena manipulasi<br />
telinga - p = 0,001 (< 0,05); OR: 6,5; IK<br />
95%: 3,5 – 11,9.<br />
Sebanyak 7 pasien (14%) kambuh<br />
kurang dari 3 kali pertahun, 43 pasien<br />
(86%) kambuh ≥3 kali per tahun. p =<br />
0,006 (< 0,05); OR: 2,1; IK 95%: 1,7 –<br />
2,7.<br />
Keluhan penurunan pendengaran<br />
perbedaan antara kelompok kasus<br />
dan kelompok kontrol tidak berbeda<br />
bermakna - p = 0,079 ( > 0,05); OR:<br />
2,06; IK 95%: 1,68 – 2,53. Penurunan<br />
pendengaran dapat disebabkan karena<br />
faktor usia.<br />
Tabel 4. Hasil pengukuran kedua kelompok penelitian terhadap rinitis alergi<br />
Kasus N(%) Kontrol N(%) Nilai p<br />
Rinitis Alergi (+) 40 (80) 8 (16) 0,001<br />
Rinitis Alergi (-) 10 (20) 42 (84)<br />
Total 50 (100) 50 (100)<br />
Tabel 5. Hasil regresi logistik pengaruh variabel terhadap OMSKB<br />
Variabel ß p Adjusted Odd-<br />
Ratio<br />
IK 95%<br />
Rinitis Alergi 0,<strong>08</strong>0 0,001 21,00 7,53 – 58,56<br />
Keluhan dan kelainan telinga<br />
Batuk, pilek dan demam<br />
Manipulasi telinga<br />
3,1<strong>08</strong> 0,0<strong>08</strong> 22,38 2,24 – 22,81<br />
Perforasi MT<br />
Tidak perforasi MT<br />
Telinga meler<br />
Tidak meler<br />
Keluhan dan kelainan hidung<br />
Meler, bersin dan<br />
Tersumbat<br />
1,752 0,032 5,76 1,16 – 28,56<br />
-1,69 0,135 0,185 0,02 – 1,69<br />
13,89 0,894 1<strong>08</strong>3859,7 0,001 – 4,525<br />
Riwayat atopi (+) 0,001 1,000 1,000 0,001 – 1,024<br />
Hipertrofi, livide,<br />
Discharge sereus,<br />
Shiner dan crease<br />
12,51 0,944 270964,93 0,001 – 2,586<br />
Kelainan telinga berupa perforasi<br />
membran timpani terjadi pada semua<br />
kasus - 50 pasien (100%), sedangkan di<br />
kelompok kontrol tidak terdapat kelainan<br />
telinga. p = 0,001 (p < 0,05).<br />
Terdapat perbedaan bermakna antara<br />
kelompok kasus dengan kelompok<br />
kontrol pada ketiga variabel keluhan<br />
dan kelainan hidung (p = 0,001).<br />
3. Hubungan antara keluhan dan<br />
kelainan telinga dan hidung<br />
dengan rinitis alergi<br />
Terdapat perbedaan bermakna keluhan<br />
telinga meler, batuk, pilek dan<br />
demam serta kelainan telinga berupa<br />
perforasi membran timpani pada rinitis<br />
alergi (p = 0,001 < 0,05). Namun<br />
tidak terdapat perbedaan rinitis alergi<br />
yang bermakna antara kekambuhan <<br />
3 kali/tahun maupun kekambuhan ≥<br />
3 kali/tahun (p = 0,616 > 0,05). Setasubrata<br />
(1999) 12 tidak mendapatkan<br />
perbedaan bermakna frekuensi kekambuhan<br />
dalam hal gangguan fungsi<br />
ventilasi (p = 0,26) dan drainase dari<br />
tuba eustachius dengan (p = 0,12).<br />
Keluhan dan kelainan hidung dengan<br />
rinitis alergi berbeda bermakna (p =<br />
0,001 < 0,05) pada ketiga variabel karena<br />
ketiga variabel tersebut merupakan<br />
tanda dan gejala rinitis alergi. Hasil<br />
penelitian ini sama dengan hasil Wratsongko<br />
(2004) 19 dengan nilai p = 0,001<br />
untuk ketiga variabel tersebut.<br />
4. Hubungan OMSKB terhadap<br />
rinitis alergi<br />
Terdapat perbedaan bermakna antara<br />
kedua kelompok terhadap rinitis alergi<br />
dengan nilai p = 0,001 (p < 0,05); OR:<br />
21; IK 95%: 7,53 – 58,56. Risiko kejadian<br />
kasus (OMSKB) adalah 21 kali lebih<br />
sering pada orang yang menderita rinitis<br />
alergi dibandingkan dengan orang<br />
yang tidak menderita rinitis alergi.<br />
Hurst (2002) 20 juga menemukan perbedaan<br />
bermakna antara pasien otitis<br />
media efusi (OME) dengan pasien<br />
atopi, (p = 0,001). Begitu juga Suprihati<br />
dan Putra (1993) 17 menemukan<br />
hubungan antara rinitis alergi dengan<br />
OME (PR prevalence ratio = 2,18 )<br />
yang menandakan bahwa rinitis alergi<br />
merupakan faktor risiko OME.<br />
5. Analisis regresi logistik<br />
Variabel tergantung pada penelitian<br />
ini adalah OMSKB, sedangkan variabel<br />
bebas yang dianalisis adalah rinitis<br />
alergi, keluhan dan kelainan telinga<br />
dan keluhan dan kelainan hidung.<br />
Didapatkan tiga variabel yang berhubungan<br />
bermakna atau berpengaruh<br />
terhadap OMSKB yaitu rinitis<br />
alergi (p = 0,001, OR: 21: IK 95%: 7,53 –<br />
58,56). Peluang terjadinya OMSKB 22<br />
kali lebih besar pada pasien dengan<br />
keluhan telinga diawali batuk, pilek<br />
dan demam dibandingkan pasien<br />
dengan keluhan telinga tanpa diawali<br />
batuk, pilek dan demam (p = 0,0<strong>08</strong>,<br />
OR: 22,38 ; IK 95%: 2,24 – 22,81).<br />
Peluang terjadinya OMSKB 5 kali<br />
lebih besar pada pasien dengan perforasi<br />
membran timpani dibandingkan<br />
pasien tanpa perforasi membran timpani<br />
(p = 0,032, OR: 5,76 ; IK 95%: 1,16<br />
– 28,56).<br />
428 | AGUSTUS 2010<br />
CDK ed_179 Agustus-September'10 DR.indd 428<br />
7/23/2010 10:33:07 PM