08_179Rinitisalergifaktorrisiko - Kalbe
08_179Rinitisalergifaktorrisiko - Kalbe
08_179Rinitisalergifaktorrisiko - Kalbe
Create successful ePaper yourself
Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.
HASIL PENELITIAN<br />
Rinitis alergi adalah suatu gangguan<br />
hidung yang disebabkan oleh reaksi<br />
peradangan mukosa hidung diperantarai<br />
oleh imunoglobulin E (Ig<br />
E), setelah terjadi paparan alergen<br />
(reaksi hipersensitivitas tipe I Gell dan<br />
Comb). Gejala klinik rinitis alergi disebabkan<br />
oleh mediator kimia yang<br />
dilepaskan oleh sel mast, basofil dan<br />
eosinofil akibat reaksi alergen dengan<br />
Ig E spesifik yang melekat di permukaannya.<br />
Mediator yang paling banyak<br />
diketahui peranannya adalah histamin.<br />
Histamin akan menyebabkan hidung<br />
gatal, bersin-bersin, rinore cair dan hidung<br />
tersumbat. 17<br />
Rinitis alergi bersifat kronik dan persisten<br />
sehingga dapat menyebabkan<br />
perubahan berupa hipertrofi dan<br />
hiperplasi epitel mukosa dan dapat<br />
menimbulkan komplikasi otitis media,<br />
sinusitis dan polip nasi. Beberapa<br />
pendapat menyatakan bahwa pada<br />
rinitis alergi, edema mukosa selain terjadi<br />
di kavum nasi juga meluas ke nasofarings<br />
dan tuba auditoria sehingga<br />
dapat mengganggu pembukaan sinus<br />
dan tuba auditoria. 17 Prevalensi rinitis<br />
alergi di Indonesia belum diketahui<br />
pasti, namun data dari beberapa rumah<br />
sakit menunjukkan bahwa frekuensi<br />
rinitis alergi berkisar 10 – 26%.<br />
Penelitian tentang penatalaksanaan<br />
OMSKB telah banyak dilakukan, namun<br />
lebih banyak ditujukan pada<br />
jenis pengobatan seperti perlunya<br />
antibiotik, jenis antibiotik, apakah cukup<br />
lokal atau sistemik, apakah antibiotika<br />
yang diberikan sudah sesuai<br />
dengan jenis bakterinya serta apakah<br />
cukup tindakan konservatif atau perlu<br />
tindakan operatif saja. Begitu juga penelitian<br />
mengenai faktor-faktor yang<br />
mendasari patogenesis OMSKB seperti<br />
fungsi ventilasi dan drainase tuba<br />
auditoria dalam hubungannya dengan<br />
proses penyembuhan OMSKB. 12<br />
Faktor alergi khususnya rinitis alergi<br />
sebagai faktor risiko OMSKB belum<br />
pernah diteliti. Restuti (2006) 16 menyatakan<br />
bahwa prevalensi dan patogenesis<br />
OMSK dipengaruhi oleh banyak<br />
faktor antara lain kekerapan infeksi saluran<br />
napas atas, sosioekonomi, gizi,<br />
alergi dan faktor imunitas. Sebagai<br />
respons alergi terjadi sekresi berbagai<br />
mediator dan sitokin yang mempengaruhi<br />
terjadinya inflamasi dan kondisi<br />
seperti ini dapat berulang hingga kronis.<br />
Interleukin-1 (IL-1) merupakan sitokin<br />
yang kadarnya tinggi pada pasien<br />
OMSK; demikian juga tumor necrosis<br />
factor-α (TNF-α) yang dihubungkan<br />
dengan kronisitas pada otitis media<br />
juga memiliki kadar yang tinggi. Selain<br />
faktor fungsi tuba, patogenesis OMSK<br />
juga dipengaruhi oleh faktor mukosa<br />
telinga tengah sebagai target organ<br />
alergi. Pada biopsi mukosa telinga<br />
tengah didapatkan eosinophilic cationic<br />
protein (ECP), IL-5 dan basic major<br />
protein (BMP) yang tinggi pada pasien<br />
otitis media dengan rinitis alergi dibandingkan<br />
dengan pasien otitis media<br />
tanpa rinitis alergi.<br />
Sebagian besar otitis media supuratif<br />
kronik tampaknya berasal dari otitis<br />
media supuratif akut yang berulang,<br />
namun beberapa peneliti mengatakan<br />
bahwa otitis media kronis mungkin berasal<br />
dari otitis media efusi yang terinfeksi<br />
sekunder dengan hipertrofi dan<br />
hipersekresi mukosa telinga tengah. 6<br />
Penelitian epidemiologi di beberapa<br />
negara memperlihatkan angka > 50%<br />
pasien otitis media dengan rinitis alergi,<br />
21% pasien rinitis alergi menderita<br />
otitis media. Tuba auditoria memegang<br />
peranan penting sebagai fungsi<br />
regulasi tekanan udara di dalam telinga<br />
tengah. Mekanisme ini dihubungkan<br />
dengan patofisiologi penyebab<br />
obstruksi tuba, terutama akibat infeksi<br />
atau inflamasi dari proses alergi. Rinitis<br />
dihubungkan sebagai etiologi otitis<br />
media dengan 2 cara yaitu: disfungsi<br />
tuba disebabkan oleh reaksi alergi dari<br />
mukosa nasal atau adanya fungsi mukosiliar<br />
yang terganggu. 18<br />
METODE PENELITIAN<br />
Rancangan dan Populasi Penelitian<br />
Penelitian ini merupakan penelitian<br />
kasus-kontrol; bertujuan menganalisis<br />
/menentukan rinitis alergi sebagai faktor<br />
risiko otitis media supuratif kronik<br />
benigna (OMSKB), membandingkan<br />
antara pasien OMSKB dengan faktor<br />
risiko rinitis (kasus) dan pasien non<br />
OMSKB dengan faktor risiko rinitis alergi<br />
(kontrol).<br />
Populasi terjangkau pada penelitian<br />
ini adalah semua penderita OMSKB<br />
yang berobat ke klinik rawat jalan THT<br />
RS Dr. Sardjito Yogyakarta. Pengambilan<br />
sampel dengan cara berurutan<br />
(consecutive sampling) sampai tercapai<br />
jumlah sampel minimal.<br />
Kriteria Inklusi dan Eksklusi<br />
Kriteria Inklusi: 1) Pasien OMSKB rawat<br />
jalan dengan keluhan sekret telinga<br />
berulang atau pernah, dan pada pemeriksaan<br />
otoskopi didapat cairan/<br />
tanpa cairan pada liang telinga, membran<br />
timpani perforasi sentral tanpa<br />
kolesteatom dan granulasi, kontrol<br />
: pasien non OMSKB, yang datang<br />
ke poli rawat jalan THT, 2) Penderita<br />
pria atau wanita umur ≥ 5 tahun dan<br />
kooperatif, 3) Bebas dari obat antihistamin,<br />
kortikosteroid sistemik dan<br />
topikal setidaknya selama 7-10 hari.<br />
Kriteria Eksklusi : 1) Menderita OMA<br />
pada kelompok kontrol.<br />
Subyek Penelitian<br />
Subyek yang telah memenuhi kriteria<br />
inklusi dan eksklusi dan menandatangani<br />
informed consent tanpa randomisasi<br />
dibagi menjadi kelompok<br />
kasus dan kelompok kontrol setelah<br />
anamesis dan pemeriksaan otoskopi.<br />
Setiap subyek terpilih selanjutnya dianamnesis<br />
dan menjalani pemeriksaan<br />
fisik hidung serta pemeriksaan<br />
rinoskopi anterior, selanjutnya dilakukan<br />
skin prick test bagi sampel yang<br />
belum pernah di test.<br />
Jumlah Sampel<br />
Perkiraan besar sampel dihitung menggunakan<br />
rumus besar sampel untuk<br />
penelitian analitik kategorik tidak berpasangan<br />
dengan α ditentukan sebesar<br />
5% untuk tingkat kesalahan tipe I,<br />
β ditetapkan sebesar 20% untuk kesalahan<br />
tipe II; power (1-β) adalah 80%<br />
berarti penelitian ini mempunyai pe-<br />
426 | AGUSTUS 2010<br />
CDK ed_179 Agustus-September'10 DR.indd 426<br />
7/23/2010 10:33:07 PM