sambutan kepala bappeda kota depok - Bappeda Depok
sambutan kepala bappeda kota depok - Bappeda Depok
sambutan kepala bappeda kota depok - Bappeda Depok
You also want an ePaper? Increase the reach of your titles
YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.
Indeks Pembangunan Manusia Kota <strong>Depok</strong> Tahun 2009<br />
SAMBUTAN KEPALA BAPPEDA KOTA DEPOK<br />
Assalamu’alaikum Warohmatullahi Wabarokatuh.<br />
Segala puji dan syukur kita panjatkan ke hadirat Allah SWT, atas rahmat dan<br />
karuniaNYA penyusunan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Kota <strong>Depok</strong> Tahun<br />
2009 dapat diselesaikan. Produk IPM ini merupakan hasil kerjasama antara<br />
BAPPEDA Kota <strong>Depok</strong> dengan BPS Kota <strong>Depok</strong>.<br />
Informasi yang disajikan dalam publikasi ini adalah meliputi gambaran<br />
umum kesejahteraan rakyat dilihat dari indikator kesehatan, pendidikan dan daya<br />
beli. Diharapkan buku ini dapat memenuhi kebutuhan berbagai pihak sebagai bahan<br />
evaluasi dan perencanaan kegiatan pembangunan.<br />
Akhirnya kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah<br />
membantu terlaksananya penerbitan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Kota<br />
<strong>Depok</strong> Tahun 2009.<br />
Wassalamu’alaikum Warohmatullahi Wabarokatuh.<br />
<strong>Depok</strong>, Desember 2009<br />
Kepala <strong>Bappeda</strong> Kota <strong>Depok</strong>,<br />
Ir. Khamid Wijaya<br />
NIP. 196307201990031008<br />
i
Indeks Pembangunan Manusia Kota <strong>Depok</strong> Tahun 2009<br />
KATA PENGANTAR<br />
Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.<br />
Indeks Pembangunan Manusia Kota <strong>Depok</strong> Tahun 2009 merupakan<br />
publikasi yang diterbitkan, sebagai hasil kerjasama antara Badan Pusat Statistik<br />
(BPS) Kota <strong>Depok</strong> dan Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA) Kota<br />
<strong>Depok</strong>. Buku ini disusun guna memenuhi kebutuhan data tentang hasil<br />
pembangunan, khususnya pembangunan manusia. Data yang disajikan diharapkan<br />
dapat memenuhi kebutuhan berbagai pihak, baik masyarakat, maupun institusi<br />
pemerintah dan swasta.<br />
Kami menyadari bahwa publikasi ini belumlah sempurna. Untuk perbaikan di<br />
masa yang akan datang kami mengharapkan masukan dan saran dari berbagai pihak.<br />
Kepada semua pihak yang telah membantu terbitnya publikasi ini<br />
disampaikan penghargaan dan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya.<br />
Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.<br />
<strong>Depok</strong>, Desember 2009<br />
Badan Pusat Statistik Kota <strong>Depok</strong><br />
Kepala,<br />
Tata Djumantara, SE.<br />
NIP. 195806131983021001<br />
ii
Indeks Pembangunan Manusia Kota <strong>Depok</strong> Tahun 2009<br />
DAFTAR ISI<br />
Halaman<br />
Kata Pengantar …………………………………….…………………………. i<br />
Daftar Isi …………………………………….……………………………….. ii<br />
Daftar Tabel …………………………………….……………………………. iii<br />
BAB I<br />
PENDAHULUAN<br />
1.1. Latar Belakang ………………………………………….. 1<br />
1.2. Indikator- Indikator Pembangunan Manusia ………………. 4<br />
1.3. Identifikasi dan Batasan Masalah …….. ………………... 5<br />
1.4. Tujuan ………………………………………………… 5<br />
1.5. Sumber Data …………………………………………… 5<br />
BAB II<br />
KONDISI GEOGRAFIS DAN POTENSI SOSIAL EKONOMI<br />
2.1. Gambaran Umum Wilayah ………….…….….............. 6<br />
2.2. Potensi Sosial dan Ekonomi ………………………............ 7<br />
BAB III<br />
PEMBANGUNAN MANUSIA; KONSEP DAN METODOLOGI<br />
3.1. Umum ……………………………………………... 13<br />
3.2. Indikator ...................................... ......……………….. 14<br />
3.3. Tahapan Penghitungan IPM …………………….…… 15<br />
BAB IV<br />
INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA KOTA DEPOK<br />
4.1. Umum ….……………………..........................…............. 23<br />
4.2. IPM Kota <strong>Depok</strong> ..................... ……….………………… 24<br />
BAB V<br />
KESIMPULAN DAN SARAN<br />
5.1. Kesimpulan ……………................................................... 29<br />
5.2. Saran …………………………………………….……… 30<br />
iii
Indeks Pembangunan Manusia Kota <strong>Depok</strong> Tahun 2009<br />
DAFTAR TABEL<br />
NO. TABEL<br />
HALAMAN<br />
Tabel 2.1. : Penduduk Menurut Jenis Kelamin, Di Kota <strong>Depok</strong><br />
Tahun 2000 – 2009. .……………………………………....... 8<br />
Tabel 2.2 : Penduduk Menurut Jenis Kelamin, Di Kota <strong>Depok</strong><br />
Tahun 2009. .……………………………………......................10<br />
Tabel 2.2 : Penduduk Menurut Jenis Kelamin dan Kecamatan Di Kota <strong>Depok</strong><br />
Tahun 2009. .……………………………………......................11<br />
Tabel 3.1. : Daftar Komoditi Terpilih Untuk Menghitung Paritas Daya Beli .. 18<br />
Tabel 4.1 : IPM Kota <strong>Depok</strong> dan Jawa Barat Tahun 2009 .............................. 25<br />
Tabel 4.2 : IPM Kecamatan di Kota <strong>Depok</strong> Tahun 2009 ............................... 28<br />
iv
Indeks Pembangunan Manusia Kota <strong>Depok</strong> Tahun 2009<br />
v
Indeks Pembangunan Manusia Kota <strong>Depok</strong> Tahun 2009<br />
BAB I<br />
PENDAHULUAN<br />
1.1. Latar Belakang<br />
Pembangunan manusia (human development) dirumuskan sebagai perluasan<br />
pilihan bagi penduduk (enlarging the choice of people). Dari berbagai pilihan yang ingin<br />
dicapai, salah satu pilihan terpenting adalah agar manusia dapat berumur panjang dan<br />
sehat, memiliki ilmu pengetahuan dan mempunyai akses terhadap sumber daya yang<br />
dibutuhkan agar dapat hidup secara layak. Pilihan lain yang tak kalah pentingnya adalah<br />
kebebasan berpolitik, jaminan atas hak asasi manusia dan harga diri. Dengan demikian,<br />
pembangunan manusia tidak hanya memperhatikan peningkatan kemampuan manusia,<br />
seperti meningkatkan kesehatan dan pendidikan, tetapi mementingkan pula apa yang bisa<br />
dilakukan oleh manusia dengan kemampuan yang dimilikinya, untuk menikmati<br />
kehidupan, melakukan kegiatan produktif, atau ikut serta dalam berbagai kegiatan<br />
budaya, dan sosial politik. Pembangunan manusia harus menyeimbangkan berbagai aspek<br />
tersebut.<br />
Pembangunan kualitas manusia yang ditempatkan pada posisi utama<br />
menunjukkan pola pembangunan yang dilaksanakan telah disadari benar bahwa dengan<br />
sumber daya manusia yang unggul akan menghasilkan seluruh tatanan kehidupan yang<br />
maju di berbagai bidang baik sosial, ekonomi, lingkungan dan mandiri sekalipun pada<br />
lingkup global dengan rentang percepatan waktu yang semakin cepat berubah. Oleh<br />
karena itu, paradigma pembangunan manusia yang menganut corak produktivitas,<br />
pemerataan, berkesinambungan serta pemberdayaan seluruh potensi yang dimiliki,<br />
diyakini akan dapat mewujudkan peningkatan kesejahteraan masyarakat secara<br />
keseluruhan perlu mendapat dukungan dari semua pihak.<br />
Produktivitas penduduk dalam kegiatan perekonomian, penciptaan lapangan<br />
pekerjaan baru, menghasilkan tingkat pendapatan yang akan memberikan ragam pilihan<br />
dalam pemenuhan kebutuhan hidup, harus diikuti dengan konsep kesempatan yang sama<br />
dalam mendapatkan akses terhadap semua sumber daya ekonomi dan sosial tersebut.<br />
1
Indeks Pembangunan Manusia Kota <strong>Depok</strong> Tahun 2009<br />
Selain itu pemanfaatan sumber daya ekonomi dan sosial harus melibatkan seluruh<br />
lapisan penduduk dalam keputusan dan proses pembangunan yang berpengaruh pada pola<br />
pembentukan kehidupan yang akan dihadapi pada masa mendatang sehingga<br />
kesinambungan sumber daya yang dimiliki pada masa sekarang dapat pula dinikmati oleh<br />
generasi mendatang.<br />
Yang berkaitan erat dengan peningkatan kualitas sumber daya manusia, adalah<br />
tingkat pendidikan individu penduduk merupakan faktor dominan yang perlu mendapat<br />
prioritas utama untuk dapat ditingkatkan. Dengan tingkat pendidikan penduduk yang<br />
tinggi menimbulkan efek berantai dalam upaya meningkatkan tingkat kesejahteraan<br />
penduduk itu sendiri. Dimulai dengan meluasnya kesempatan berusaha dan kesempatan<br />
kerja dalam menciptakan pendapatan yang kelanjutannya berpengaruh pada kemampuan<br />
daya beli penduduk, sehingga kemampuan pemenuhan kebutuhan hidup yang layak<br />
dengan ragam pilihan serta aktivitas kesehariannya untuk bisa bertahan dan mandiri<br />
merupakan kondisi yang ingin kita capai bersama.<br />
Semuanya itu bermuara pada aktivitas perekonomian yang maju dan hasilnya<br />
dapat dirasakan oleh seluruh strata penduduk merupakan wujud dari komitmen tujuan<br />
nasional yang ingin mencerdaskan kehidupan bangsa, memajukan kesejahteraan umum<br />
mencapai masyarakat yang adil dan makmur.<br />
Salah satu upaya pemerintah dalam rangka meningkatkan kualitas Sumber Daya<br />
Manusia (SDM) secara berkesinambungan utamanya meliputi tiga aspek penting, yaitu<br />
peningkatan kualitas fisik (kesehatan), intelektualitas (pendidikan), maupun kemampuan<br />
ekonominya (daya beli) seluruh komponen masyarakat. Tidak kalah pentingnya dalam<br />
upaya peningkatan kualitas SDM adalah pembinaan aspek moral (keimanan dan<br />
ketaqwaan), sehingga pemanfaatan kemampuan fisik, kecerdasan dan daya beli<br />
merupakan perwujudan dari rasa keimanan dan ketaqwaan.<br />
Dalam konteks pembangunan di Kota <strong>Depok</strong> pada masa kini, upaya untuk<br />
mencapai pemerataan hasil-hasil pembangunan seperti tersebut di atas sudah banyak<br />
usaha yang dilakukan pemerintah. Dalam bidang institusi, misalnya dibentuk dinas yang<br />
ditugaskan untuk meningkatkan peran serta masyarakat melalui pemberdayaan<br />
2
Indeks Pembangunan Manusia Kota <strong>Depok</strong> Tahun 2009<br />
masyarakat dan kelompok usaha kecil dan menengah. Ini bukti perhatian pemerintah<br />
Kota <strong>Depok</strong> pada kelompok masyarakat dari golongan ekonomi lemah. Dalam bidang<br />
penyediaan fasilitas untuk kepentingan masyarakat, dibangun puskesmas dan puskesmas<br />
pembantu dimana-mana, sehingga pelayanan kesehatan kepada masyarakat dapat lebih<br />
ditingkatkan. Posyandu juga didorong supaya berjalan sesuai dengan kebijakan yang<br />
telah digariskan. Upaya ini nampak dengan diluncurkannya program-pogram untuk<br />
posyandu.<br />
Di bidang pendidikan, upaya dan strategi pembangunan pendidikan dijabarkan<br />
melalui empat aspek penting yaitu pemerataan kesempatan, relevansi pendidikan dengan<br />
pembangunan, efisiensi pengelolaan, dan kualitas pendidikan. Pemerataan kesempatan<br />
pendidikan diupayakan melalui penyediaan sarana dan prasarana belajar seperti<br />
pembangunan dan revitalisasi gedung-gedung sekolah dan penambahan tenaga pengajar<br />
mulai dari pendidikan dasar sampai pendidikan tinggi. Sedangkan upaya mencapai<br />
kualitas SDM yang baik diperlukan bekal pendidikan yang memiliki relevansi dengan<br />
upaya perbaikan ekonomi dan kesejahteraan keluarga, atau secara lebih spesifik memiliki<br />
relevansi dengan kebutuhan lapangan kerja. Di tengah sulitnya mendapatkan kesempatan<br />
kerja dewasa ini, seseorang yang memiliki pendidikan tinggi dan kompetensi yang baik<br />
diharapkan dapat memasuki dunia kerja secara lebih mudah karena sesuai dengan<br />
kebutuhan pasar kerja. Hal tersebut berlaku sebaliknya, seseorang yang tidak memiliki<br />
pendidikan memadai tentunya akan sulit bersaing di dunia kerja yang pada akhirnya<br />
menimbulkan masalah sosial baru, yaitu bertambahnya pengangguran. Upaya yang cukup<br />
kongkrit dilakukan diantaranya adalah menyelenggarakan kegiatan pelatihan pelatihan<br />
bagi lulusan sekolah menengah sebelum memasuki pasar kerja, penyesuaian kurikulum<br />
bagi sekolah-sekolah kejuruan agar sesuai dengan kebutuhan lapangan kerja di wilayah<br />
Kota <strong>Depok</strong>. Kendala pembangunan pendidikan dewasa ini diantaranya terkait erat<br />
dengan inefisiensi dalam pengelolaan. Kondisi inilah yang menyebabkan pengelolaan<br />
pendidikan menjadi tidak efisien, karena pesatnya peningkatan biaya pendidikan ternyata<br />
tidak seiring dengan kualitas pendidikan yang dihasilkan. Oleh karenanya harus menjadi<br />
komitmen pemerintah agar berusaha dengan keras dan sekuat tenaga untuk<br />
3
Indeks Pembangunan Manusia Kota <strong>Depok</strong> Tahun 2009<br />
menyelenggarakan pendidikan dasar secara gratis sehingga tercipta efisiensi pengelolaan<br />
pendidikan secara nyata.<br />
Dalam rangka meningkatkan kualitas pendidikan, setidaknya terdapat dua<br />
tuntutan yang perlu dimiliki. Pertama, kualitas sumber daya manusia (SDM) yang<br />
memadai sebagai aset pembangunan. Kedua, penguasaan teknologi dan ilmu<br />
pengetahuan. Kualitas SDM diantaranya dapat ditunjukkan dengan pencapaian angka<br />
melek huruf dan jenjang pendidikan yang ditamatkan. Karena pada dasarnya, pendidikan<br />
sangat erat kaitannya dengan kemampuan seseorang dalam mengekspresikan kreativitas<br />
dan inovasi serta pengembangan wawasannya.<br />
1.2. Indikator-Indikator Pembangunan Manusia<br />
Upaya untuk mengetahui dan mengidentifikasi seberapa besar kemajuan<br />
pembangunan yang telah dicapai suatu wilayah tentunya diperlukan data-data yang cukup<br />
up to date dan akurat. Data-data yang disajikan diharapkan sebagai bahan evaluasi<br />
terhadap apa yang telah dilakukan oleh pemerintah tersebut. Apakah pembangunan<br />
puskesmas dan puskesmas pembantu telah secara nyata meningkatkan derajat kesehatan<br />
masyarakat? Apakah pembangunan gedung sekolah telah mampu meningkatkan tingkat<br />
partisipasi sekolah di wilayah itu? Apakah program Paket Kejar telah mampu<br />
meningkatkan kemampuan baca tulis penduduk secara umum? Dalam konteks tersebut di<br />
atas diperlukan pula ukuran-ukuran yang tepat digunakan sebagai indikator. Dalam kaitan<br />
ini, indikator Indeks Pembangunan Manusia (IPM; Human Development Index)<br />
merupakan salah satu alternatif yang bisa diajukan. Indikator ini, disamping mengukur<br />
kualitas fisik; tercermin dari angka harapan hidup; juga mengukur kualitas non fisik<br />
(intelektual) melalui lamanya rata-rata penduduk bersekolah dan angka melek huruf; juga<br />
mempertimbangkan kemajuan ekonomi masyarakat di wilayah itu; tercermin dari nilai<br />
purchasing power parity index (PPP). Oleh karena itu dalam penelitian ini akan dihitung<br />
berapa nilai IPM Kota <strong>Depok</strong> pada tahun 2009. Hasilnya diharapkan menjadi masukan<br />
penting bagi penentu kebijakan dan pengambil keputusan dalam menyusun program<br />
pembangunan ke depan.<br />
4
Indeks Pembangunan Manusia Kota <strong>Depok</strong> Tahun 2009<br />
1.3. Identifikasi dan Batasan Masalah<br />
IPM selama ini dianggap sebagai salah satu indikator yang dapat mencerminkan<br />
kualitas fisik penduduk di suatu daerah sekaligus dapat dijadikan sebagai alat ukur untuk<br />
memantau perkembangan pembangunan manusia. Hal-hal berikut termasuk bagian dari<br />
permasalahan yang perlu terus dipantau:<br />
1. Sudah pada tahap mana pemerintah Kota <strong>Depok</strong> mampu meningkatkan kualitas<br />
fisik penduduknya?<br />
2. Faktor-faktor apa saja yang memiliki keterkaitan dengan peningkatan kualitas<br />
fisik penduduk di Kota <strong>Depok</strong> tersebut?<br />
1.4. Tujuan<br />
Penyusunan analisis IPM bertujuan untuk memaparkan sejauhmana<br />
perkembangan pembangunan manusia di Kota <strong>Depok</strong> dan memberi gambaran yang lebih<br />
sederhana dan lengkap dalam melihat sejauh mana dampak pembangunan yang<br />
dilaksanakan terhadap peningkatan kualitas penduduk.<br />
1.5. Sumber Data<br />
Data yang digunakan dalam analisis ini adalah data hasil survei IPM di Kota<br />
<strong>Depok</strong> Tahun 2009. Sedangkan hal-hal yang berkaitan sebagai pembanding digunakan<br />
pula data SUSENAS 2008, data proyeksi penduduk dan lain-lain.<br />
5
Indeks Pembangunan Manusia Kota <strong>Depok</strong> Tahun 2009<br />
BAB II<br />
KONDISI GEOGRAFIS DAN POTENSI SOSIAL EKONOMI<br />
Gambaran Umum Wilayah<br />
Kota <strong>Depok</strong> terletak di bagian Utara Propinsi Jawa Barat yang secara geografis<br />
terletak pada koordinat :<br />
006 o 19’ 00” – 00<br />
6 o 28’ 00” Lintang Selatan<br />
106 o 43’ 00” – 106 o 55’ 30” Bujur Timur<br />
Bentang alam <strong>Depok</strong> dari Selatan ke Utara merupakan daerah dataran rendah perbukitan<br />
bergelombang lemah, dengan elevasi antara 50-140 meter diatas permukaan laut dan<br />
kemiringan lerengnya kurang dari 15 persen. Kota <strong>Depok</strong> sebagai salah satu wilayah di<br />
Jawa Barat, mempunyai luas wilayah sekitar 200.29 Km2.<br />
Wilayah Kota <strong>Depok</strong> berbatasan dengan tiga kabupaten dan dua propinsi. Secara<br />
lengkap wilayah ini mempunyai batas-batas sebagai berikut:<br />
a. Sebelah Utara berbatasan dengan Kota Tanggerang Selatan Provinsi Banten<br />
dan Wilayah Daerah Khusus Ibu<strong>kota</strong> Jakarta.<br />
b. Sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Pondokgede Kota Bekasi dan<br />
Kecamatan Gunung Putri Kabupaten Bogor.<br />
c. Sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Cibinong dan Kecamatan<br />
Bojonggede Kabupaten Bogor.<br />
d. Sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Parung dan Kecamatan<br />
Gunung Sindur Kabupaten Bogor.<br />
Ibu<strong>kota</strong> Kota <strong>Depok</strong> sebagai pusat pemerintahan, berkedudukan di Kecamatan<br />
Pancoran Mas terdiri dari 6 Kecamatan, 63 Kelurahan, 852 RW dan 4.673 RT.<br />
Dengan luas wilayah tercatat seluas 20.029 Ha atau setara dengan 200,29 Km 2<br />
atau sekitar 0.58 persen dari luas Propinsi Jawa Barat.<br />
6
Indeks Pembangunan Manusia Kota <strong>Depok</strong> Tahun 2009<br />
Potensi Sosial dan Ekonomi<br />
<strong>Depok</strong> merupakan daerah yang memiliki potensi sosial ekonomi yang tinggi.<br />
Potensi tersebut karena letaknya yang sangat strategis yang menjadi penyangga Ibu<strong>kota</strong><br />
Republik Indonesia. Posisi demikian berdampak positif antara lain menarik bagi para<br />
investor untuk menanamkan modalnya di wilayah ini, terutama yang berkaitan dengan<br />
pengembangan kawasan di Kota <strong>Depok</strong>, sebagai <strong>kota</strong> perdagangan dan jasa. Adanya<br />
Universitas Indonesia (UI) dan universitas swasta lainnya yang cukup berkualitas<br />
merupakan salah satu daya tarik yang mendorong banyaknya migran yang masuk di Kota<br />
<strong>Depok</strong>.<br />
Bila dilihat dari PDRB Kota <strong>Depok</strong> Tahun 2008, dapat diketahui bahwa sektor<br />
industri masih memberikan kontribusi yang paling besar untuk Kota <strong>Depok</strong> dibandingkan<br />
dengan sektor-sektor lainnya. Disusul oleh sektor perdagangan dan jasa. Diharapkan<br />
sektor-sektor lainnya dapat segera meningkatkan pertumbuhannya dalam pembangunan<br />
Kota <strong>Depok</strong> pada tahun-tahun yang akan datang.<br />
Perlu adanya peningkatan strategi pembangunan yang berorientasi pada<br />
peningkatan kualitas hidup masyarakat agar tercapai pemerataan hasil-hasil<br />
pembangunan secara lebih berkeadilan, sekaligus tidak meninggalkan pencapaian tingkat<br />
pertumbuhan ekonomi yang tinggi.<br />
Dalam setiap proses pembangunan Sumber Daya Manusia, kebutuhan SDM yang<br />
handal mutlak diperlukan. Oleh karenanya upaya peningkatan kualitas SDM dewasa ini<br />
terus dilakukan pemerintah melalui perbaikan taraf kesehatan, pengetahuan dan<br />
ketrampilan penduduk, serta kemampuan daya beli di masyarakat. Dalam konteks<br />
peningkatan derajat kesehatan misalnya, upaya menurunkan tingkat kematian bayi dan<br />
balita secara bertahap masih menjadi prioritas, begitu pula pada penanganan status gizi<br />
pada balita dari waktu ke waktu terus ditingkatkan, dengan tidak mengabaikan programprogram<br />
lain yang bersentuhan langsung dengan perbaikan derajat kesehatan. Di bidang<br />
pendidikan, penuntasan buta huruf dan penurunan angka rawan drop out murid sekolah<br />
tetap mendapat prioritas utama, disamping terus melakukan pembangunan dan revitalisasi<br />
gedung-gedung sekolah, sebagai upaya meningkatkan partisipasi murid secara<br />
7
Indeks Pembangunan Manusia Kota <strong>Depok</strong> Tahun 2009<br />
berkelanjutan. Dalam rangka meningkatkan kemampuan daya beli masyarakat, upaya<br />
pengembangan usaha skala mikro tampaknya dapat menjadi alternatif pilihan untuk<br />
mendongkrak pendapatan masyarakat yang relatif tertinggal. Hal ini cukup terbukti pada<br />
masa krisis ekonomi melanda Indonesia, sektor usaha kecil dan menengah mampu tetap<br />
bertahan dan menggerakkan roda perekonomian di daerah.<br />
Dewasa ini, upaya peningkatan kualitas SDM senantiasa mengacu pada sasaran<br />
program Millenium Development Goals (MDGs). Millenium Development Goals<br />
(MDGs) mulai dikenal pada sidang umum PBB pada September 2000. Target dari<br />
agenda global meliputi: pemberantasan kemiskinan, perbaikan sanitasi, penghapusan buta<br />
huruf, penanganan kelaparan, kerusakan lingkungan, dan masalah diskriminasi pada<br />
tahun 2015.<br />
Dari hasil penghitungan proyeksi penduduk Kota <strong>Depok</strong> tahun 2009, penduduk<br />
Kota <strong>Depok</strong> menurut kelompok umur dapat kita lihat pada Tabel 2.1 di bawah ini:<br />
Tabel 2.1. Penduduk Menurut Jenis Kelamin,<br />
Di Kota <strong>Depok</strong> Tahun 2000-2009<br />
Tahun Jenis Kelamin Jumlah RJK LPP<br />
Laki-laki Perempuan<br />
(1) (2) (3) (4) (5) (6)<br />
2000 586.880 573.911 1.160.791 102 3,82<br />
2001 609.225 593.462 1.204.687 102 3,78<br />
2002 630.934 616.298 1.247.232 102 3,53<br />
2003 652.468 636.831 1.289.299 102 3,37<br />
2004 674.177 657.382 1.331.559 102 3,44<br />
2005 696.329 678.193 1.374.522 102 3,44<br />
2006 719.968 700.510 1.420.478 102 3,42<br />
2007 761.382 708.620 1.470.002 107 3,43<br />
2008 780.092 723.585 1.503.677 108 3,43<br />
2009 798.802 738.178 1.536.980 108 3,60<br />
Sumber : Proyeksi Penduduk<br />
8
Indeks Pembangunan Manusia Kota <strong>Depok</strong> Tahun 2009<br />
Dari tabel 2.1 diatas dapat dilihat bahwa laju pertumbuhan penduduk (LPP) di<br />
Kota <strong>Depok</strong> dari tahun 2000 ke tahun 2009 sebesar 3,60. Kenaikan pertumbuhan<br />
penduduk ini bisa disebabkan oleh berbagai faktor misalnya karena tingkat kelahiran<br />
yang tinggi, umur harapan hidup yang semakin meningkat atau karena adanya penduduk<br />
yang masuk di Kota <strong>Depok</strong> lebih besar dari penduduk yang keluar dari Kota <strong>Depok</strong>. Hal<br />
ini memerlukan penelitian yang lebih lanjut.<br />
Jumlah penduduk yang besar ini bisa menjadi aset yang menguntungkan dan bisa<br />
juga menjadi beban bagi pemerintah Kota <strong>Depok</strong> bila kualitas SDM yang ada kurang<br />
berkualitas. Apabila pemerintah berkeinginan supaya jumlah penduduk yang besar ini<br />
menjadi aset maka pemerintah harus berupaya meningkatkan kualitas manusia yang ada<br />
di Kota <strong>Depok</strong>.<br />
Apabila dilihat dari kelompok umur penduduk yang ada di Kota <strong>Depok</strong> pada tabel<br />
2.2 di bawah ini, dapat diketahui bahwa persentase jumlah penduduk pada kelompok<br />
umur tua semakin menurun. Persentase terbesar ada pada kelompok usia produktif.<br />
Diharapkan pada usia yang produktif ini mereka berada pada kelompok angkatan kerja<br />
yang sedang bekerja bukan pada kelompok pengangguran. Masalah pemanfaatan SDM<br />
merupakan hal yang sangat penting bagi pemerintah Kota <strong>Depok</strong>, supaya aset yang ada<br />
saat ini dapat dimanfaatkan dengan sebaik baiknya untuk meningkatkan kesejahteraan<br />
masyarakat di Kota <strong>Depok</strong>.<br />
Diperlukan program-program yang handal untuk mengentaskan pengangguran<br />
yang ada di Kota <strong>Depok</strong>. Tentunya program program ini harus berkesinambungan dan<br />
melibatkan peran serta penduduk Kota <strong>Depok</strong>. Program pengentasan pengangguran ini<br />
harus dilaksanakan secara simultan dan terencana dengan baik.<br />
9
Indeks Pembangunan Manusia Kota <strong>Depok</strong> Tahun 2009<br />
Tabel 2.2. Penduduk Menurut Jenis Kelamin dan Kelompok Umur<br />
Di Kota <strong>Depok</strong> Tahun 2009<br />
Kelompok Laki-laki Perempuan Laki-laki+Perempuan Rasio<br />
Umur N % N % N % Jenis<br />
Kelamin<br />
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8)<br />
0 – 4 69.824 8,74 64.645 8,76 134.469 8,75 108<br />
5 – 9 76.995 9,64 66.299 8,98 143.294 9,32 116<br />
10 – 14 67.368 8,43 60.982 8,26 128.350 8,35 110<br />
15 – 19 67.396 8,44 58.031 7,86 125.427 8,16 116<br />
20 – 24 71.460 8,95 69.474 9,41 140.934 9,17 102<br />
25 – 29 78.464 9,82 74.374 10,07 152.838 9,94 105<br />
30 – 34 77.438 9,69 72.267 9,79 149.705 9,74 107<br />
35 – 39 71.016 8,89 63.444 8,59 134.460 8,75 112<br />
40 – 44 56.536 7,08 54.884 7,43 111.420 7,25 103<br />
45 – 49 43.487 5,44 41.808 5,66 85.295 5,55 104<br />
50 – 54 37.479 4,69 32.206 4,36 69.685 4,53 116<br />
55 – 59 26.219 3,28 28.725 3,89 54.944 3,57 91<br />
60 – 64 19.407 2,43 16.407 2,22 35.814 2,33 118<br />
65 – 69 14.560 1,82 14.761 1,99 29.321 1,91 98<br />
70 – 74 12.008 1,50 10.908 1,48 22.916 1,49 110<br />
75+ 9.145 1,14 8.963 1,21 18.108 1,18 102<br />
JUMLAH 798.802 100,00 738.178 100,00 1.536.980 100,00 108<br />
Sumber : Proyeksi Penduduk<br />
10
Indeks Pembangunan Manusia Kota <strong>Depok</strong> Tahun 2009<br />
Tabel 2.3. Penduduk Menurut Jenis Kelamin dan Kecamatan<br />
Di Kota <strong>Depok</strong> Tahun 2009<br />
Kecamatan Jenis Kelamin Jumlah<br />
Laki-laki Perempuan<br />
(1) (2) (3) (4)<br />
010. Sawangan 90.752 82.610 173.362<br />
020. Pancoran Mas 146.506 134.499 281.005<br />
030. Sukmajaya 183.682 174.428 358.110<br />
040. Cimanggis 219.419 202.211 421.630<br />
050. Beji 77.129 69.312 146.441<br />
060. Limo 81.314 75.118 156.432<br />
Kota <strong>Depok</strong> 798.802 738.178 1.536.980<br />
Sumber : Proyeksi Penduduk<br />
Apabila dilihat dari peringkat jumlah penduduk maka kecamatan yang<br />
berpenduduk paling besar di Kota <strong>Depok</strong> adalah Kecamatan Cimanggis dengan jumlah<br />
penduduk sebanyak 421.630 jiwa dengan rincian 219.419 jiwa laki-laki dan 202.211 jiwa<br />
penduduk perempuan. Selain berpenduduk paling besar, Kecamatan Cimanggis juga<br />
mempunyai wilayah yang paling luas dibandingkan dengan kecamatan – kecamatan lain<br />
yang ada di Kota <strong>Depok</strong>. Jumlah industri yang ada di kecamatan ini juga paling banyak<br />
bila dibandingkan dengan kecamatan-kecamatan lain. Potensi yang ada ini perlu<br />
dimanfaatkan dengan sebaik mungkin oleh pemerintah daerah untuk meningkatkan<br />
pendapatan daerah dan kesejahteraan masyarakat di Kota <strong>Depok</strong>.<br />
Kecamatan Sukmajaya menempati peringkat kedua setelah Cimanggis dengan<br />
jumlah penduduk sebanyak 358.110 jiwa, dengan rincian 183.682 laki-laki dan 174.428<br />
jiwa perempuan.<br />
Kecamatan Beji merupakan kecamatan yang berpenduduk paling sedikit di Kota<br />
<strong>Depok</strong> dengan luas wilayah yang paling kecil. Yaitu dengan jumlah penduduk sebanyak<br />
146.441 jiwa, dengan rincian 77.129 jiwa laki-laki dan 69.312 jiwa perempuan.<br />
11
Indeks Pembangunan Manusia Kota <strong>Depok</strong> Tahun 2009<br />
Setiap wilayah kecamatan mempunyai potensi yang berbeda dengan kecamatan<br />
lainnya. Hal ini harus diketahui secara pasti oleh pemerintah daerah, dan dapat<br />
dimanfaatkan untuk pengembangan wilayah tersebut.<br />
Kondisi wilayah dan potensi yang berbeda pada akhirnya mempengaruhi indeks<br />
pembangunan manusia yang berbeda pula di setiap kecamatan. Kegiatan dan program<br />
yang dilaksanakan mempunyai prioritas yang berbeda untuk setiap kecamatan.<br />
12
Indeks Pembangunan Manusia Kota <strong>Depok</strong> Tahun 2009<br />
BAB III<br />
PEMBANGUNAN MANUSIA; KONSEP DAN METODOLOGI<br />
3.1 Umum<br />
Pembangunan manusia Indonesia menempatkan manusia sebagai titik sentral,<br />
sehingga mempunyai ciri dari rakyat, oleh rakyat dan untuk rakyat. Dalam kerangka ini<br />
maka pembangunan ditujukan untuk meningkatkan partisipasi rakyat dalam semua<br />
proses atau kegiatan pembangunan. Untuk mencapai tujuan tersebut pemerintah<br />
melakukan upaya meningkatkan kualitas penduduk sebagai sumber daya, baik dari segi<br />
aspek fisik (kesehatan), aspek intelektualitas (pendidikan), aspek kesejahteraan ekonomi<br />
(daya beli), serta aspek moralitas (iman dan taqwa) sehingga partisipasi rakyat dalam<br />
pembangunan akan dengan sendirinya meningkat.<br />
Perencanaan pembangunan tanpa didukung oleh data yang baik dan benar,<br />
mustahil akan berjalan dengan baik dan mencapai sasarannya. Dalam melaksanakan<br />
tugas pokok dan fungsinya, BPS menyelenggarakan berbagai sensus dan survei, baik<br />
yang menyangkut kependudukan dan kesejahteraannya maupun masalah ekonomi. Cukup<br />
banyak kegiatan pengumpulan data (sensus/survei) yang berkaitan dengan kependudukan<br />
dan kesejahteraannya, diantaranya : Sensus Penduduk (SP), Survei Penduduk Antar<br />
Sensus (SUPAS), Survei Sosial Ekonomi Nasional (SUSENAS), Survei Angkatan Kerja<br />
Nasional (SAKERNAS), dan Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI).<br />
Frekuensi pengumpulan data kegiatan sensus/survei tersebut berbeda-beda. Sensus<br />
Penduduk dan SUPAS dilaksanakan sekali dalam 10 tahun, Susenas Modul dilaksanakan<br />
3 tahun sekali dan Susenas Kor serta Sakernas dilaksanakan setiap tahun.<br />
Pada tahun 2009 ini di Kota <strong>Depok</strong> dilaksanakan kegiatan Survei IPM, dari hasil<br />
ini dapat diturunkan berbagai indikator kependudukan dan kesejahteraan masyarakat.<br />
Indikator ini dapat berguna untuk melihat kemajuan pembangunan yang telah dicapai.<br />
Hasil survei IPM ini perlu dianalisis atau diinterpretasikan agar mudah digunakan oleh<br />
perencana atau pengambil keputusan.<br />
13
Indeks Pembangunan Manusia Kota <strong>Depok</strong> Tahun 2009<br />
3.2 Indikator<br />
Indikator merupakan petunjuk yang memberikan indikasi sesuatu keadaan dan<br />
merupakan refleksi dari keadaan tersebut. Dalam definisi lain, indikator dapat dikatakan<br />
sebagai variabel penolong dalam mengukur perubahan. Variabel-variabel ini terutama<br />
digunakan apabila perubahan yang akan dinilai tidak dapat diukur secara langsung.<br />
Indikator yang baik harus memenuhi beberapa persyaratan, antara lain: (1) sahih (valid),<br />
indikator harus dapat mengukur sesuatu yang sebenarnya akan diukur oleh indikator<br />
tersebut; (2) objektif, untuk hal yang sama, indikator harus memberikan hasil yang sama<br />
pula, walaupun dipakai oleh orang yang berbeda dan pada waktu yang berbeda; (3)<br />
sensitif, perubahan yang kecil mampu dideteksi oleh indikator; (4) spesifik, indikator<br />
hanya mengukur perubahan situasi yang dimaksud. Namun demikian perlu disadari<br />
bahwa tidak ada ukuran baku yang benar-benar dapat mengukur tingkat kesejahteraan<br />
seseorang atau masyarakat.<br />
Indikator bisa bersifat tunggal (indikator tunggal) yang isinya terdiri dari satu<br />
indikator, seperti Angka Kematian Bayi (AKB) dan bersifat jamak (indikator komposit)<br />
yang merupakan gabungan dari beberapa indikator, seperti Indek Mutu Hidup (IMH)<br />
yang merupakan gabungan dari 3 indikator yaitu angka melek huruf, angka kematian bayi<br />
(AKB) dan angka harapan hidup.<br />
Menurut jenisnya, indikator dapat dikelompokkan menjadi 3 (tiga) kelompok<br />
indikator, yaitu:<br />
(a) Indikator Input, yang berkaitan dengan penunjang pelaksanaan program dan<br />
turut menentukan keberhasilan program, seperti : rasio murid-guru, rasio muridkelas,<br />
rasio dokter, rasio puskesmas.<br />
(b) Indikator Proses, yang menggambarkan bagaimana proses pembangunan<br />
berjalan.<br />
(c) Indikator Output/Outcome, yang menggambarkan bagaimana hasil (output) dari<br />
suatu program kegiatan telah berjalan, seperti : persentase penduduk dengan<br />
pendidikan SLTA ke atas, Angka Harapan Hidup dan lain-lain.<br />
14
Indeks Pembangunan Manusia Kota <strong>Depok</strong> Tahun 2009<br />
3.3 Tahapan Penghitungan IPM<br />
IPM merupakan indeks komposit yang dihitung sebagai rata-rata sederhana dari<br />
indeks harapan hidup (e 0 ), indeks pendidikan (melek huruf dan rata-rata lama sekolah),<br />
dan indeks standar hidup layak.<br />
Komponen IPM adalah usia hidup (longety), pengetahuan (knowledge), dan<br />
standar hidup layak (decent living). Usia hidup diukur dengan angka harapan hidup atau<br />
e 0 yang dihitung menggunakan metode tidak langsung (metode Rele, varian Trussel)<br />
berdasarkan variabel rata-rata anak lahir hidup dan rata-rata anak yang masih hidup.<br />
Tahun rujukan e 0 yang digunakan dalam laporan ini adalah 1990, 1995 dan 1996, yang<br />
diperoleh berdasarkan suatu model proyeksi. Rujukan tahun ini berbeda dengan rujukan<br />
tahun yang digunakan dalam penghitungan IPM yang dipublikasikan BPS sebelumnya<br />
(1996) yang berjudul “Indeks Pembangunan manusia : Perbandingan Antar Propinsi<br />
1990-1993”. Model proyeksi menggunakan data historis sejak akhir dekade 1960-an dan<br />
mengasumsikan, antara lain, bahwa Angka Kematian Bayi akan mencapai 20 per 1000<br />
kelahiran hidup pada tahun 2018. Penjelasan lebih rinci mengenai model proyeksi<br />
tersebut dapat dipelajari dalam publikasi BPS yang lain.<br />
Komponen pengetahuan diukur dengan angka melek huruf dan rata-rata lama<br />
sekolah yang dihitung berdasarkan data Susenas Kor. Sebagai catatan, UNDP dalam<br />
publikasi tahunan HDR sejak 1955 menggunakan indikator partisipasi sekolah dasar,<br />
menengah, dan tinggi sebagai pengganti rata-rata lama sekolah karena sulitnya<br />
memperoleh data rata-rata lama sekolah secara global. Indikator angka melek huruf<br />
diperoleh dari variabel kemampuan membaca dan menulis, sedangkan indikator rata-rata<br />
lama sekolah dihitung dengan menggunakan dua variabel secara simultan; yaitu,<br />
tingkat/kelas yang sedang/pernah dijalani dan jenjang pendidikan tertinggi yang<br />
ditamatkan.<br />
Komponen standar hidup layak diukur dengan indikator rata-rata konsumsi riil<br />
yang telah disesuaikan. Sebagai catatan, UNDP menggunakan indikator PDB per kapita<br />
riil yang telah disesuaikan (adjusted real GDP per capita) sebagai ukuran komponen<br />
15
Indeks Pembangunan Manusia Kota <strong>Depok</strong> Tahun 2009<br />
tersebut karena tidak tersedia indikator lain yang lebih baik untuk keperluan<br />
perbandingan antar negara.<br />
Penghitungan indikator konsumsi riil per kapita yang telah disesuaikan dilakukan<br />
melalui tahapan pekerjaan sebagai berikut :<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
Menghitung pengeluaran konsumsi per kapita dari Susenas Modul (=A).<br />
Mendeflasikan nilai A dengan IHK ibu<strong>kota</strong> propinsi yang sesuai (=B).<br />
Menghitung daya beli per unit (=PPP/unit). Metode penghitungan sama seperti<br />
metode yang digunakan International Comparison Project (ICP), dalam<br />
menstandarkan nilai PDB suatu negara. Data dasar yang digunakan adalah data<br />
harga dan kuantum dari suatu basket komoditi yang terdiri dari nilai 27 komoditi<br />
yang diperoleh dari Susenas Modul.<br />
Membagi nilai B dengan PPP/unit (=C).<br />
Penghitungan PPP/unit dilakukan dengan rumus :<br />
∑ E (I,j)<br />
j<br />
PPP / unit = ----------------------<br />
∑ (p (9,j). q (i,j) )<br />
j<br />
dimana,<br />
E (i,j) : pengeluaran untuk komoditi j di propinsi ke –i<br />
P (9,j) : harga komoditi j di DKI Jakarta<br />
q (i,j) : Jumlah komoditi j (unit) yang dikonsumsi di propinsi ke-i<br />
Unit kuantitas rumah dihitung berdasarkan indeks kualitas rumah yang dibentuk<br />
dari tujuh komponen kualitas tempat tinggal yang diperoleh dari Susenas Kor. Ketujuh<br />
komponen kualitas yang digunakan dalam penghitungan indeks kualitas rumah diberi<br />
skor sebagai berikut:<br />
16
Indeks Pembangunan Manusia Kota <strong>Depok</strong> Tahun 2009<br />
Komponen<br />
Kualitas<br />
Skor<br />
A B A B<br />
Lantai Keramik, marmer atau granit Lainnya 1 0<br />
Luas lantai per kapita > 10 m 2 Lainnya 1 0<br />
Dinding Tembok Lainnya 1 0<br />
Atap Kayu/sirap, beton Lainnya 1 0<br />
Fasilitas penerangan Listrik Lainnya 1 0<br />
Fasilitas air minum Ledeng Lainnya 1 0<br />
Jamban Milik sendiri Lainnya 1 0<br />
Catatan : Skor awal untuk setiap rumah = 1<br />
Indeks kualitas rumah merupakan penjumlahan dari skor yang dimiliki oleh suatu<br />
rumah tinggal dan bernilai antara 1 sampai dengan 8. Kuantitas dari rumah yang<br />
dikonsumsi oleh suatu rumahtangga adalah Indeks Kualitas Rumah dibagi 8. Sebagai<br />
contoh, jika suatu rumahtangga menempati rumah tinggal yang mempunyai Indeks<br />
Kualitas Rumah = 6, maka kualitas rumah yang dikonsumsi oleh rumahtangga tersebut<br />
adalah 6/8 atau 0,75.<br />
Perlu dicatat bahwa sewa rumah, bensin dan air minum merupakan komoditi baru<br />
dalam penghitungan PPP/unit. Ketiga komoditi tersebut tidak diperhitungkan dalam<br />
penghitungan PPP/unit sebagaimana disajikan dalam publikasi BPS sebelumnya (1996).<br />
Karena perbedaan ini maka IPM dalam publikasi tersebut tidak dapat dibandingkan<br />
dengan IPM dalam publikasi ini.<br />
Rumus Atkinson yang digunakan untuk penyesuaian rata-rata konsumsi riil secara<br />
matematis dapat dinyatakan sebagai berikut :<br />
C (i) * = C (i)<br />
jika C (i) < Z<br />
= Z + 2(C (i) -Z) (1/2) jika Z
Indeks Pembangunan Manusia Kota <strong>Depok</strong> Tahun 2009<br />
Z = Threshold atau tingkat pendapatan tertentu yang digunakan sebagai batas<br />
kecukupan yang dalam laporan ini nilai Z ditetapkan secara arbiter<br />
sebesar Rp. 547.500,- per kapita setahun, atau Rp. 1.500,- per kapita per<br />
hari.<br />
Tabel 3.1. Daftar Komoditi Terpilih<br />
Untuk Menghitung Paritas Daya Beli (PPP)<br />
Komoditi Unit Sumbangan thd total konsumsi<br />
(%)<br />
(1) (2) (3)<br />
1. Beras lokal Kg 7,25<br />
2. Tepung terigu Kg 0,10<br />
3. Ketela pohon Kg 0,22<br />
4. Ikan tongkol/tuna/cakalang Kg 0,50<br />
5. Ikan teri Ons 0,32<br />
6. Daging sapi Kg 0,78<br />
7. Daging ayam kampung Kg 0,65<br />
8. Telur ayam Butir 1,48<br />
9. Susu kental manis 397 gram 0,48<br />
10. Bayam Kg 0,30<br />
11. Kacang panjang Kg 0,32<br />
12. Kacang tanah Kg 0,22<br />
13. Tempe Kg 0,79<br />
14. Jeruk Kg 0,39<br />
15. Pepaya Kg 0,18<br />
16. Kelapa Butir 0,56<br />
17. Gula pasir Ons 1,61<br />
18. Kopi bubuk Ons 0,60<br />
19. Garam Ons 0,15<br />
20. Merica/lada Ons 0,13<br />
21. Mie instant 80 gram 0,79<br />
22. Rokok kretek filter 10 batang 2,86<br />
23. Listrik Kwh 2,06<br />
24. Air Minum M 3 0,46<br />
25. Bensin Liter 1,02<br />
26. Minyak tanah Liter 1,74<br />
27. Sewa rumah Unit 11,56<br />
Total 37,52<br />
*) Berdasarkan data Susenas 1996<br />
18
Indeks Pembangunan Manusia Kota <strong>Depok</strong> Tahun 2009<br />
Unit kuantitas rumah dihitung berdasarkan indeks kualitas rumah yang dibentuk<br />
dari tujuh komponen kualitas tempat tinggal yang diperoleh dari Survei IPM. Ketujuh<br />
komponen kualitas yang digunakan dalam penghitungan indeks kualitas rumah diberi<br />
skor sebagai berikut:<br />
• Lantai : keramik, marmer, atau granit = 1, lainnya = 0<br />
• Luas lantai per kapita: ≥ 10 m2 = 1, lainnya = 0<br />
• Dinding : tembok = 1, lainnya = 0<br />
• Atap : kayu/sirap, beton = 1, lainnya = 0<br />
• Fasilitas penerangan : listrik = 1, lainnya = 0<br />
• Fasilitas air minum : leding = 1, lainnya = 0<br />
• Jamban : milik sendiri = 1, lainnya = 0<br />
• Skor awal untuk setiap rumah = 1<br />
Indeks kualitas rumah merupakan penjumlahan dari skor yang dimiliki oleh<br />
suatu rumah tinggal dan bernilai antara 1 sampai dengan 8. Kuantitas dari<br />
rumah yang dikonsumsi oleh suatu rumah tangga adalah Indeks Kualitas<br />
Rumah dibagi 8. Sebagai contoh, jika suatu rumah tangga menempati suatu<br />
rumah tinggal yang mempunyai Indeks Kualitas Rumah = 6, maka kuantitas<br />
rumah yang dikonsumsi oleh rumah tangga tersebut adalah 6/8 atau 0,75 unit.<br />
Rumus dan Ilustrasi Penghitungan IPM<br />
Rumus penghitungan IPM dikutip dari Arizal Ahnaf dkk (1998;129) dapat<br />
disajikan sebagai berikut :<br />
IPM = 1/3 (X (1) + X (2) + X (3) )<br />
……….(1)<br />
Dimana :<br />
X (1) : Indeks harapan hidup<br />
19
Indeks Pembangunan Manusia Kota <strong>Depok</strong> Tahun 2009<br />
X (2) : Indeks pendidikan = 2/3 (indeks melek huruf) + 1/3 (indeks rata-rata lama sekolah)<br />
X (3) : Indeks standar hidup layak<br />
Masing-masing indeks komponen IPM tersebut merupakan perbandingan antara<br />
selisih nilai suatu indikator dan nilai minimumnya dengan selisih nilai maksimum dan<br />
nilai minimum indikator yang bersangkutan. Rumusnya dapat disajikan sebagai berikut :<br />
Indeks X(i) = (X(i) – X (i)min) / (X(i)maks – X(i)min) ………(2)<br />
Dimana :<br />
X(i) : Indikator ke-i (i = 1,2,3)<br />
X(i)maks : Nilai maksimum X(i)<br />
X(i)min : Nilai minimum X(i)<br />
Nilai maksimum dan nilai minimum indikator X(i) disajikan pada Tabel 2.2. di bawah<br />
ini.<br />
Nilai Maksimum dan Minimum Komponen IPM<br />
Tahun 2007<br />
Indikator Komponen IPM Nilai Nilai<br />
Catatan<br />
(=X(1)) Maksimum Minimum<br />
(1) (2) (3) (4)<br />
Angka Harapan Hidup 85 25 Sesuai standar global (UNDP)<br />
Angka Melek Huruf 100 0 Sesuai standar global (UNDP)<br />
Rata-rata lama sekolah 15 0 Sesuai standar global (UNDP)<br />
Konsumsi per kapita 732.720 a) 300.000 b) UNDP menggunakan PDB per<br />
yang disesuaikan 1996<br />
kapita riil yang di disesuaikan<br />
Catatan : a) Proyeksi pengeluaran riil/unit/tahun untuk propinsi yang memiliki angka tertinggi (Jakarta) pada<br />
20tahun 2018 setelah disesuaikan dengan formula Atkitson. Proyeksi mengasumsikan kenaikan<br />
6,5 persen per tahun selama kurun 1996-2018.<br />
b) Setara dengan dua kali garis kemiskinan untuk propinsi yang memiliki angka terendah<br />
tahun 1990 di daerah perdesaan Sulawesi Selatan dan tahun 2000 di Irian Jaya.<br />
Konsumsi per kapita yang disesuaikan untuk tahun 2000 sama dengan konsumsi per kapita yang<br />
disesuaikan tahun 1996.<br />
20
Indeks Pembangunan Manusia Kota <strong>Depok</strong> Tahun 2009<br />
Ukuran Perkembangan IPM<br />
Untuk mengukur kecepatan perkembangan IPM dalam suatu kurun waktu<br />
digunakan reduksi Shortfall per tahun (annual reduction in shortfall). Ukuran ini secara<br />
sederhana menunjukkan perbandingan antara capaian yang telah ditempuh dengan<br />
capaian yang masih harus ditempuh untuk mencapai titik ideal (IPM=100). Prosedur<br />
penghitungan reduksi shortfall IPM (=r) (dikutip dari Arizal Ahnaf dkk, 1998;141) dapat<br />
dirumuskan sebagai berikut:<br />
(IPM t+n – IPM t ) x 100<br />
r = --------------------------- …………. (3)<br />
(IPM ideal – IPM t )<br />
1/n<br />
Dimana:<br />
IPM t : IPM pada tahun t<br />
IPM t+n<br />
IPM ideal : 100<br />
: IPM pada tahun t + n<br />
Sebagai catatan, rumus tersebut menghasilkan angka dalam persentase. Selain itu,<br />
rumus tersebut dapat pula digunakan untuk mengukur kecepatan perubahan komponen<br />
IPM. Sebagai ilustrasi, IPM suatu daerah (data fiktif, sekedar ilustrasi) pada tahun 1990<br />
dan 1996 masing-masing 61,9 dan 70,1. Reduksi Shortfall selama kurun 1990 – 1996<br />
untuk daerah tersebut adalah:<br />
1/6<br />
(70,1 – 61,9) x 100<br />
------------------------- = 1,67<br />
100 – 61,9<br />
21
Indeks Pembangunan Manusia Kota <strong>Depok</strong> Tahun 2009<br />
Tingkatan Status Pembangunan Manusia<br />
Dengan menggunakan IPM, UNDP membagi tingkatan status pembangunan<br />
manusia suatu negara atau wilayah ke dalam tiga golongan yaitu rendah (kurang dari 50),<br />
sedang atau menengah (antara 50 dan 80), dan tinggi (80 ke atas). Untuk keperluan<br />
perbandingan antar Daerah Tingkat II, tingkatan status menengah dipecah menjadi dua,<br />
yaitu menengah bawah dan menengah atas, dengan kriteria sebagai berikut:<br />
Tingkatan Status<br />
Kriteria<br />
Rendah IPM < 50<br />
Menengah bawah 50 ≤ IPM < 66<br />
Menengah atas 66 ≤ IPM < 80<br />
Tinggi IPM ≥ 80<br />
22
Indeks Pembangunan Manusia Kota <strong>Depok</strong> Tahun 2009<br />
BAB IV<br />
INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA KOTA DEPOK<br />
4.1. Umum<br />
Manusia yang berkualitas adalah manusia yang memiliki tiga ciri; (1) sehat dan<br />
berumur panjang; (2) cerdas, kreatif dan trampil, terdidik dan bertaqwa kepada Tuhan<br />
Yang Maha Esa; (3) mandiri dan memiliki akses untuk hidup layak.<br />
Begitu pentingnya dimensi “manusia” dalam pembangunan, pembangunan<br />
manusia menjadi prioritas utama melalui penerapan berbagai strategi pembangunan yang<br />
penekanannya tidak hanya pada pertumbuhan ekonomi tetapi juga pada peningkatan<br />
kualitas sumber daya manusia.<br />
Pembangunan manusia menurut UNDP (1990), adalah proses memperluas<br />
pilihan-pilihan penduduk (Enlarging the choices of people). Terdapat tiga pilihan dari<br />
sekian banyak pilihan yang dianggap relevan, yaitu sehat dan berumur panjang,<br />
berpendidikan, dan berkemampuan untuk akses ke sumber daya yang dapat memenuhi<br />
standar hidup layak. Dengan demikian jelas bahwa pertumbuhan ekonomi (peningkatan<br />
pendapatan) bukan satu-satunya pilihan agar manusia dapat hidup sejahtera dan menjadi<br />
manusia yang berkualitas.<br />
Untuk mengukur ketiga pilihan utama tersebut, digunakan indeks komposit<br />
berdasarkan tiga parameter. Ketiga parameter tersebut adalah: Pertama, derajat kesehatan<br />
dan berumur panjang yang diukur dengan angka harapan hidup (life expectancy rate),<br />
mengukur keadaan sehat dan berumur panjang. Kedua, pendidikan yang diukur dengan<br />
angka melek huruf dan rata-rata lama sekolah, mengukur manusia yang cerdas, trampil,<br />
terdidik dan bertaqwa. Ketiga, pendapatan yang diukur dengan daya beli masyarakat<br />
(purchasing power parity); mengukur manusia yang mandiri dan memiliki akses untuk<br />
hidup layak.<br />
23
Indeks Pembangunan Manusia Kota <strong>Depok</strong> Tahun 2009<br />
4.2. IPM Kota <strong>Depok</strong><br />
Dari hasil kegiatan Survei IPM Tahun 2009 dapat menggambarkan keadaan sosial<br />
ekonomi masyarakat Kota <strong>Depok</strong>, sehingga data Survei IPM Tahun 2009 dapat<br />
dipergunakan untuk menghitung IPM Kota <strong>Depok</strong> Tahun 2009.<br />
IPM Kota <strong>Depok</strong> Tahun 2009 (Angka Sementara)<br />
Angka Harapan Hidup : 73,10 Indeks : 80,17<br />
Angka Melek Huruf : 98,92 Indeks : 98,92<br />
Rata-rata Lama Sekolah : 10,68 Indeks : 71,20<br />
Indeks Pendidikan : 89,68<br />
PPP : 586,49 Indeks : 66,21<br />
Penghitungan Indeks apabila dijabarkan adalah sebagai berikut:<br />
Indeks Angka Harapan Hidup = (73,10 - 25) / (85 -25) x 100<br />
= 80,17<br />
Indeks Angka Melek Huruf = (98,92 - 0) / (100 - 0) x 100<br />
= 98,92<br />
Indeks Rata-rata Lama Sekolah = (10,68 - 0) / (15 - 0) x 100<br />
= 71,20<br />
Indeks Pendidikan = 2/3 (98,92) + 1/3 (71,20)<br />
= 89,68<br />
Indeks PPP = (586,49– 300,00) / (732,72 – 300,00) x 100<br />
= 66,21<br />
24
Indeks Pembangunan Manusia Kota <strong>Depok</strong> Tahun 2009<br />
IPM Tahun 2009 *)<br />
= Indeks AHH + Indeks Pendidikan + Indeks PPP<br />
3<br />
= 80,17 + 89,68 +66,21<br />
3<br />
= 78,68<br />
Tabel 4.1. IPM Kota <strong>Depok</strong> Tahun 2009<br />
(Angka Sementara)<br />
Komponen<br />
Kota <strong>Depok</strong><br />
Angka Harapan Hidup (AHH) 73,10<br />
Angka Melek Huruf (AMH) 98,92<br />
Rata-rata Lama Sekolah 10,68<br />
PPP 586,49<br />
IPM 78,68<br />
Sumber : BPS<br />
Di tahun 2009 ini IPM Kota <strong>Depok</strong> mengalami kenaikan yang cukup berarti<br />
apabila dibandingkan dengan angka IPM di tahun tahun sebelumnya. Bila dibandingkan<br />
dengan <strong>kota</strong>-<strong>kota</strong> lain di Provinsi Jawa Barat, IPM Kota <strong>Depok</strong> masih menempati<br />
peringkat pertama di Provinsi Jawa Barat. Tugas pemerintah dan masyarakat Kota <strong>Depok</strong><br />
semakin bertambah berat untuk meningkatkan angka IPM ini di tahun tahun mendatang.<br />
Masih diperlukan kerja keras untuk melaksanakan kegiatan kegiatan di bidang kesehatan,<br />
pendidikan dan sosial ekonomi yang dapat meningkatkan derajat kesejahteraan<br />
masyarakat di Kota <strong>Depok</strong>. Jangan sampai terjadi, di Kota <strong>Depok</strong> yang mempunyai IPM<br />
tertinggi di Jawa Barat terdapat balita yang kurang gizi atau terdapat anak usia sekolah<br />
dasar tetapi tidak bersekolah. Mereka adalah harapan di masa depan yang harus kita<br />
25
Indeks Pembangunan Manusia Kota <strong>Depok</strong> Tahun 2009<br />
perjuangkan di masa kini. Modal sosial dan kerjasama yang baik dari semua pihak sangat<br />
diharapkan untuk membangun Kota <strong>Depok</strong> yang tercinta ini.<br />
IPM Kecamatan di Kota <strong>Depok</strong> Tahun 2009<br />
Sebagai salah satu indikator untuk menghitung IPM, angka harapan hidup di<br />
enam kecamatan di Kota <strong>Depok</strong> sangat bervariasi. Angka harapan hidup kecamatan yang<br />
paling tinggi adalah angka harapan hidup di Kecamatan Sukmajaya sebesar 74,46. Dan<br />
yang paling rendah adalah angka harapan hidup di Kecamatan Sawangan sebesar 68,05.<br />
Dari angka harapan hidup ini maka pemerintah Kota <strong>Depok</strong> dapat menetapkan prioritas<br />
kesehatan di Kecamatan Sawangan tanpa meninggalkan kecamatan yang lain.<br />
Kemajuan atau peningkatan angka harapan hidup di setiap kecamatan sangat<br />
ditunjang oleh adanya peningkatan di bidang kesehatan. Terutama usaha usaha untuk<br />
menekan angka kematian bayi. Masyarakat sangat mengharapkan kemudahan dalam<br />
pelayanan kesehatan dengan biaya yang serendah mungkin. Faktor lain yang<br />
berpengaruh terhadap angka harapan hidup adalah faktor kebersihan lingkungan dan<br />
kelengkapan sarana yang menunjang, seperti misalnya ketersediaan jamban keluarga dan<br />
tempat pembuangan sampah akhir yang jauh dari pemukiman tempat tinggal. Usaha<br />
untuk menjaga kebersihan ini hendaknya diajarkan sedini mungkin di rumah dan di<br />
sekolah sekolah kepada murid-murid.<br />
Selain pada bidang kesehatan peningkatan angka IPM di kecamatan-kecamatan<br />
yang ada di Kota <strong>Depok</strong> sangat tergantung juga pada peningkatan di bidang pendidikan<br />
terutama dalam pencapaian rata-rata lama sekolah dan melek huruf. Kecamatan yang<br />
memiliki angka melek huruf yang paling tinggi adalah Kecamatan Beji sebesar 99,36<br />
persen dan yang terendah adalah angka melek huruf di Kecamatan Limo. Sementara ratarata<br />
lama sekolah yang paling tinggi adalah di Kecamatan Sukmajaya sebesar 11,16<br />
tahun. Dan yang paling rendah rata-rata lama sekolahnya adalah di Kecamatan<br />
Sawangan. Untuk meningkatkan angka melek huruf dan rata-rata lama sekolah di Kota<br />
<strong>Depok</strong> perlu disusun strategi dan kebijakan yang berorientasi pada pemenuhan layanan<br />
pendidikan yang memadai dan mudah dijangkau. Pada kondisi saat ini penempatan guru<br />
26
Indeks Pembangunan Manusia Kota <strong>Depok</strong> Tahun 2009<br />
secara merata masih dianggap cukup efektif untuk memenuhi kebutuhan layanan<br />
pendidikan yang memadai. Pemerintah daerah tentunya memiliki komitmen yang kuat<br />
untuk secara terus menerus meningkatkan kualitas guru-guru yang ada di Kota <strong>Depok</strong><br />
dan juga tidak lupa untuk meningkatkan kesejahteraan guru-guru agar terjamin<br />
kelangsungan pendidikan dan pada gilirannya akan mampu meningkatkan indeks<br />
pendidikan di wilayah ini.<br />
Pemerintah Kota <strong>Depok</strong> harus mempunyai komitmen yang kuat untuk<br />
meningkatkan kualitas SDM di bidang pendidikan, ini sangat diperlukan keseriusan<br />
karena kabupaten dan <strong>kota</strong> lain di Provinsi Jawa Barat tampaknya sangat berupaya untuk<br />
meningkatkan kualitas SDM mereka di bidang pendidikan ini. Juga sudah sejauh mana<br />
program pengentasan buta huruf sudah berjalan di Kota <strong>Depok</strong> ini perlu mendapat<br />
perhatian lebih lanjut.<br />
Komponen kemampuan daya beli di beberapa kecamatan memiliki angka yang<br />
tidak terlalu jauh variasinya. Kecamatan di Kota <strong>Depok</strong> yang memiliki kemampuan daya<br />
beli yang tertinggi adalah Kecamatan Limo sebesar 587.93 dan yang paling rendah<br />
kemampuan daya belinya adalah Kecamatan Cimanggis sebesar 577.28. Jumlah<br />
penduduk yang besar di Kecamatan Cimanggis perlu mendapat perhatian dari<br />
pemerintah, karena mempengaruhi rata-rata kemampuan daya belinya. Usaha<br />
peningkatan kemampuan daya beli ini dapat diprioritaskan di Kecamatan Cimanggis.<br />
Komponen IPM ini sangat dipengaruhi oleh kondisi perekonomian nasional. Perbaikan<br />
ekonomi makro akan meningkatkan kemampuan daya beli masyarakat. Dalam rangka<br />
meningkatkan kemampuan daya beli masyarakat, upaya pengembangan usaha skala<br />
mikro tampaknya dapat menjadi alternatif pilihan untuk mendongkrak pendapatan<br />
masyarakat yang relatif tertinggal. Perbaikan dan peningkatan sarana dan prasarana yang<br />
ada di Kota <strong>Depok</strong> akan sangat mendukung peningkatan kemampuan daya beli<br />
masyarakat yang ada di Kota <strong>Depok</strong>.<br />
Untuk lebih jelasnya, angka IPM kecamatan yang ada di Kota <strong>Depok</strong> dapat kita<br />
lihat pada tabel 4.2 di bawah ini.<br />
27
Indeks Pembangunan Manusia Kota <strong>Depok</strong> Tahun 2009<br />
Tabel 4.2. IPM Kecamatan di Kota <strong>Depok</strong> Tahun 2009<br />
(Angka Sementara)<br />
Kecamatan<br />
Angka<br />
Harapan<br />
Hidup<br />
(Tahun)<br />
Angka<br />
Melek<br />
Huruf<br />
(%)<br />
Rata rata<br />
Lama<br />
Sekolah<br />
(Tahun)<br />
Konsumsi<br />
Perkapita<br />
Disesuaikan<br />
(000Rp)<br />
IPM<br />
010. Sawangan 68,05 98,67 10,09 577,51 74,69<br />
020. Pancoran Mas 68,21 99,00 10,74 579,43 75,49<br />
030. Sukmajaya 74,46 99,08 11,16 582.21 79,50<br />
040. Cimanggis 73,66 98,86 10,48 577,28 78,13<br />
050. Beji 69,18 99,36 10,80 581,98 76,34<br />
060. Limo 71,52 98,55 10,50 587,93 77,71<br />
Kota <strong>Depok</strong> 73,10 98,92 10,68 586,49 78,68<br />
Sumber : BPS<br />
28
Indeks Pembangunan Manusia Kota <strong>Depok</strong> Tahun 2009<br />
BAB V<br />
KESIMPULAN DAN SARAN<br />
5.1. Kesimpulan<br />
IPM merupakan indikator penting yang dapat digunakan untuk melihat upaya dan<br />
kinerja program pembangunan secara menyeluruh di suatu wilayah. Dalam hal ini IPM<br />
dianggap sebagai gambaran dari hasil program pembangunan yang telah dilakukan<br />
beberapa tahun sebelumnya. Demikian juga kemajuan program pembangunan dalam<br />
suatu periode dapat diukur dan ditunjukkan oleh besaran IPM pada awal dan akhir<br />
periode tersebut. IPM merupakan ukuran untuk melihat dampak kinerja pembangunan<br />
wilayah yang mempunyai dimensi yang sangat luas, karena memperlihatkan kualitas<br />
penduduk suatu wilayah dalam hal harapan hidup, intelektualitasdan standar hidup layak.<br />
IPM tidak hanya mengukur pembangunan dari aspek ekonomi saja (diukur<br />
dengan kemampuan daya beli terhadap berbagai macam barang dan jasa yang diperlukan<br />
untuk mendukung kehidupan yang lebih baik), tetapi juga mengukur pembangunan dari<br />
aspek non-ekonomi (diukur dengan tingkat kelangsungan hidup yang lebih tinggi dan<br />
pengetahuan dan ketrampilan yang dimiliki yang semakin tinggi).<br />
Dalam perencanaan pembangunan, IPM juga berfungsi dalam memberikan<br />
tuntunan dalam menentukan perioritas dalam merumuskan kebijakan dan menentukan<br />
program. Hal ini juga merupakan tuntunan dalam mengalokasikan anggaran yang sesuai<br />
dengan kebijakan umum yang telah ditentukan oleh pembuat kebijakan dan pengambil<br />
keputusan.<br />
Namun perlu diingat bahwa IPM bukanlah satu-satunya alat ukur untuk menilai<br />
keberhasilan dalam pembangunan manusia. Karena dimensi pembangunan manusia yang<br />
diukur oleh IPM hanya meliputi tiga indikator saja, yaitu kesehatan, pendidikan dan<br />
ekonomi. Aspek-aspek lain seperti kesehatan jender, tingkat partisipasi masyarakat,<br />
kesehatan mental dan lainnya. Sehingga evaluasi dalam pembangunan manusia perlu juga<br />
melihat indikator indikator lain, seperti Indeks Pembangunan Jender (IPJ), Indeks<br />
29
Indeks Pembangunan Manusia Kota <strong>Depok</strong> Tahun 2009<br />
Pemberdayaan Jender (IDJ), IKM (Indeks Kemiskinan Manusia) dan IMH (Indeks Mutu<br />
Hidup) sehingga kesimpulan yang didapat akan lebih mendekati fakta sebenarnya.<br />
Dalam rangka Program Pendanaan Kompetisi Akselerasi Peningkatan Indeks<br />
Pembangunan Manusia (PPK-IPM) Jawa Barat, perlu ditinjau lebih dalam mengenai<br />
ketiga komponen makro yang mendukung IPM, yaitu pendidikan, kesehatan dan daya<br />
beli masyarakat, namun selain itu juga perlu kita kaji secara seksama akar permasalahan<br />
yang mempengaruhi tinggi rendahnya IPM di Kota <strong>Depok</strong>, karena hal ini sangat<br />
dipengaruhi oleh seluruh sektor pembangunan.<br />
5.2. Saran<br />
Dengan adanya gambaran perkembangan pembangunan manusia di Kota <strong>Depok</strong>.,<br />
setiap kecamatan di Kota <strong>Depok</strong> diharapkan dapat memperbaiki kualitas dari determinan<br />
setiap komponen IPM yang telah dicapai khususnya pada beberapa daerah yang harus<br />
diprioritaskan. Dengan mempertimbangkan upaya yang telah dilakukan, hasil yang<br />
dicapai dan kendala yang dihadapi maka penyusun mengajukan beberapa saran sebagai<br />
berikut:<br />
Agar dapat dibuat kebijakan yang tepat maka perlu dilakukan identifikasi faktorfaktor<br />
dominan yang menyebabkan akses terhadap pendidikan, kesehatan dan aktivitas<br />
ekonomi kurang maksimal. Di bidang kesehatan misalnya, pemerintah Kota <strong>Depok</strong> perlu<br />
lebih intensif dalam hal penurunan angka kematian bayi. Di bidang pendidikan,<br />
penuntasan buta huruf dan penurunan angka rawan drop out murid sekolah harus tetap<br />
mendapat prioritas utama, disamping terus melakukan upaya lain, seperti: pembangunan<br />
dan revitalisasi gedung-gedung sekolah, sebagai upaya meningkatkan partisipasi murid<br />
secara berkelanjutan.<br />
Untuk menumbuhkan kesadaran masyarakat terhadap arti penting pembangunan<br />
manusia maka perlu mengoptimalkan peran komponen masyarakat, misalnya pemuka<br />
agama. Kebijakan pembangunan manusia seyogyanya sinergis dengan upaya kesetaraan<br />
jender dan pengentasan kemiskinan.<br />
30
Indeks Pembangunan Manusia Kota <strong>Depok</strong> Tahun 2009<br />
Masih perlu dilakukan langkah-langkah terobosan untuk membuka peluang<br />
pertumbuhan ekonomi yang dapat memperbaiki dan meningkatkan pendapatan rumah<br />
tangga di kalangan masyarakat berpenghasilan rendah. Membuka lapangan usaha<br />
pertanian dan memberdayakan industri kecil merupakan hal yang dapat dilakukan.<br />
Kegiatan tersebut dikembangkan dengan lebih mengutamakan penggunaan bahan baku<br />
lokal.<br />
Peningkatan pembangunan di berbagai sektor usaha secara seimbang sesuai<br />
potensi yang ada di wilayahnya masing-masing. Mendorong laju investasi baik<br />
pemerintah maupun swasta. Dan dalam rangka meningkatkan kemampuan daya beli<br />
masyarakat, upaya pengembangan usaha skala mikro tampaknya menjadi alternatif<br />
pilihan untuk mendongkrak pendapatan masyarakat yang relatif tertinggal.<br />
Kebijakan maupun intervensi yang akan dikembangkan hendaknya<br />
memprioritaskan pembangunan ekonomi maupun manusia pada wilayah wilayah yang<br />
relatif tertinggal tanpa mengesampingkan wilayah yang dapat dikategorikan sudah<br />
”berhasil” dalam pembangunan manusia.<br />
31