RINGKASAN EKSEKUTIF - Bappeda Depok - Pemerintah Kota Depok
RINGKASAN EKSEKUTIF - Bappeda Depok - Pemerintah Kota Depok
RINGKASAN EKSEKUTIF - Bappeda Depok - Pemerintah Kota Depok
Create successful ePaper yourself
Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.
<strong>RINGKASAN</strong> <strong>EKSEKUTIF</strong><br />
KAJIAN PENGELOLAAN PERSAMPAHAN KOTA DEPOK<br />
BAB I. PENDAHULUAN<br />
1.1. MAKSUD DAN TUJUAN PEKERJAAN<br />
Maksud kegiatan ini adalah :<br />
1. Memudahkan <strong>Pemerintah</strong> <strong>Kota</strong> <strong>Depok</strong> dalam mengelola persampahan di<br />
wilayah <strong>Kota</strong> <strong>Depok</strong>.<br />
2. Membantu perencanaan dan pelaksanaan dalam pembangunan Unit-Unit<br />
Pengolahan Sampah di <strong>Kota</strong> <strong>Depok</strong>.<br />
Tujuan yang hendak dicapai dari kegiatan ini adalah membuat analisa<br />
dan rencana pengelolaan sampah di <strong>Kota</strong> <strong>Depok</strong> terkait dengan upaya-upaya<br />
untuk menciptakan kondisi yang ditandai dengan :<br />
1. Meningkatnya kebersihan lingkungan yang sehat dan bersih.<br />
2. Berkurangnya konflik sosial masyarakat dalam operasional pengelolaan<br />
sampah, terutama di TPA.<br />
3. Terbentuk pengolahan sampah dengan sistem 3R di sumber sampah.<br />
4. Berkurangnya beban operasional truk sampah dan TPA Cipayung.<br />
Ringkasan Eksekutif : Kajian Pengelolaan Persampahan <strong>Kota</strong> <strong>Depok</strong> R-1
1.2. RUANG LINGKUP<br />
Ruang lingkup pekerjaan untuk melakukan kegiatan ini adalah :<br />
pembuatan analisa dan rencana Pengelolaan Sampah di kota <strong>Depok</strong> dilihat dari<br />
aspek / sudut bidang antara lain lingkungan hidup, efisiensi ekonomi, dampak<br />
sosial, dan pemberdayaan masyarakat. Ruang lingkup kegiatan ini meliputi :<br />
a. Pekerjaan persiapan yang meliputi perencanaan kegiatan, pentahapan<br />
kegiatan dan penyusunan jadual kerja yang rinci.<br />
b. Pengumpulan data yang meliputi data primer dan data sekunder<br />
c. Observasi lapangan.<br />
d. Kunjungan ke instansi terkait.<br />
e. Pembahasan substansi pengolahan dan pengelolaan sampah dalam rangka<br />
pengggalian opini dan pencapaian kesepakatan stakeholders<br />
f. Analisa sistem pengolahan sampah berdasarkan data/informasi yang telah<br />
diperoleh dari aspek-aspek teknis, ekonomi, sosial dan budaya, lingkungkan<br />
hidup, legal dan kelembagaan, serta keuangan dan investasi<br />
g. Analisa kelayakan, penyusunan kesimpulan, usulan dan rekomendasi yang<br />
merupakan hasil kegiatan kajian yang diharapkan dapat menjadi masukan<br />
bagi kegiatan merancang dan membangun infrastruktur unit pengolahan<br />
sampah ( UPS ) beserta analisa dampak sosial dan ekonomi.<br />
1.3. KELUARAN<br />
Sedangkan keluaran yang hendak dicapai adalah sebagai berikut :<br />
a. Alternatif-alternatif pengelolaan sampah di <strong>Kota</strong> <strong>Depok</strong> yang dianggap paling<br />
sesuai dengan kondisi geografis, ekonomi, sosial-budaya dan kemampuan<br />
pendanaan <strong>Pemerintah</strong> <strong>Kota</strong> <strong>Depok</strong> selain Unit Pengolahan Sampah dan<br />
pengelolaan konvensional yang sedang dilaksanakan serta bentuk integrasi<br />
yang dapat terjadi dan dilakukan oleh alternatif-alternatif pengelolaan sampah<br />
tersebut.<br />
b. Analisa perbandingan biaya (cost constraint) dan efisien antara pembangunan<br />
Unit Pengolahan Sampah dibandingkan dengan penanganan sampah<br />
Ringkasan Eksekutif : Kajian Pengelolaan Persampahan <strong>Kota</strong> <strong>Depok</strong> R-2
konvensional yang sedang dilakukan saat ini serta analisa jika kedua langkah<br />
tersebut diatas dilakukan secara terintegrasi.<br />
c. Hasil survey atau jejak pendapat dari masyarakat <strong>Kota</strong> <strong>Depok</strong> dalam<br />
pembangunan dan pelaksanaan operasional Unit Pengolahan Sampah dan<br />
pengelolaan persampahan di <strong>Kota</strong> <strong>Depok</strong>.<br />
d. Alternatif-alternatif lokasi yang dimungkinkan dilihat dari semua faktor dalam<br />
pembangunan Unit Pengolahan Sampah di <strong>Kota</strong> <strong>Depok</strong> , direncanakan akan<br />
dibangun sebanyak 63 unit.<br />
e. Studi Kelayakan Lokasi Unit Pengolahan Sampah yang akan dibangun oleh<br />
<strong>Pemerintah</strong> <strong>Kota</strong> <strong>Depok</strong> dianalisa dari semua faktor yang memungkinkan.<br />
f. Alternatif-alternatif sumber dana yang dapat dijaring selain APBD <strong>Kota</strong> <strong>Depok</strong><br />
dalam pembangunan unit-unit penngolahan sampah yang akan dilaksanakan,<br />
baik itu sumber-sumber pendanaan dari Luar Negeri, <strong>Pemerintah</strong> Pusat,<br />
<strong>Pemerintah</strong> Propinsi atau daerah lainnya serta pihak swasta.<br />
Ringkasan Eksekutif : Kajian Pengelolaan Persampahan <strong>Kota</strong> <strong>Depok</strong> R-3
BAB II.<br />
GAMBARAN UMUM KOTA DEPOK<br />
<strong>Kota</strong> <strong>Depok</strong> sebagai salah satu wilayah termuda di Jawa Barat,<br />
mempunyai luas wilayah sekitar 20.029 ha. Peta administrasi kota <strong>Depok</strong> dapat<br />
dilihat pada gambar 2.1.<br />
Wilayah <strong>Kota</strong> <strong>Depok</strong> berbatasan dengan tiga Kabupaten dan satu<br />
Propinsi. Secara lengkap wilayah ini mempunyai batas-batas sebagai berikut :<br />
a. Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Ciputat Kabupaten Tangerang<br />
dan Wilayah Daerah Khusus Ibukota Jakarta.<br />
b. Sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Pondok Gede <strong>Kota</strong> Bekasi<br />
dan Kecamatan Gunung Putri Kabupaten Bogor.<br />
c. Sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Cibinong dan Kecamatan<br />
Bojonggede Kabupaten Bogor.<br />
d. Sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Parung dan Kecamatan<br />
Gunungsindur Kabupaten Bogor.<br />
Letak <strong>Kota</strong> <strong>Depok</strong> sangat strategis, diapit oleh <strong>Kota</strong> Jakarta dan <strong>Kota</strong><br />
Bogor. Hal ini menyebabkan <strong>Kota</strong> <strong>Depok</strong> semakin tumbuh dengan pesat seiring<br />
dengan meningkatnya perkembangan jaringan transportasi yang tersinkronisasi<br />
secara regional dengan kota-kota lainnya<br />
Jumlah penduduk <strong>Kota</strong> <strong>Depok</strong> pada tahun 2006 mencapai 1.420.480 jiwa,<br />
yang terdiri dari laki-laki 719.969 jiwa dan penduduk perempuan 700.511 jiwa.<br />
Dengan demikian , sedangkan rasio jenis kelamin di <strong>Kota</strong> <strong>Depok</strong> adalah 102.<br />
Kecamatan Cimanggis paling banyak penduduknya dibandingkan<br />
Kecamatan lain di <strong>Kota</strong> <strong>Depok</strong>, yaitu 392.512 jiwa, kemudian Kecamatan<br />
Sukmajaya dengan penduduk 314.147 jiwa. Sedangkan Kecamatan Beji,<br />
penduduknya paling sedikit yaitu 143.592 jiwa( lihat tabel 2.1).<br />
Ringkasan Eksekutif : Kajian Pengelolaan Persampahan <strong>Kota</strong> <strong>Depok</strong> R-4
Tabel 2.1.<br />
Jumlah Penduduk Menurut Kecamatan<br />
Di <strong>Kota</strong> <strong>Depok</strong> Tahun 2002 – 2006<br />
No<br />
(Laki-laki + Perempuan)<br />
Kode Kecamatan 2002 2003 2004 2005 2006<br />
(1) (2) (3) (4) (5) ('6) (7)<br />
010 Sawangan 143,211 149,039 153,245 159,543 166,276<br />
020 Pancoran Mas 226,405 235,790 240,904 247,622 254,797<br />
030 Sukmajaya 285,928 296,636 301,809 307,753 314,147<br />
040 Cimanggis 343,399 357,546 367,283 379,487 392,512<br />
050 Beji 120,462 126,653 130,656 136,899 143,592<br />
060 Limo 127,828 123,633 137,662 143,218 149,156<br />
<strong>Kota</strong> <strong>Depok</strong> 1,247,233 1,289,297 1,331,559 1,374,522 1,420,480<br />
Sumber : <strong>Kota</strong> <strong>Depok</strong> dalam Angka 2006<br />
Selama kurun waktu 2000 – 2006, laju pertumbuhan penduduk <strong>Kota</strong><br />
<strong>Depok</strong> per tahun rata- rata adalah 3,44 persen. Meningkatnya jumlah penduduk<br />
di <strong>Kota</strong> <strong>Depok</strong> ini terjadi akibat tingginya migrasi penduduk ke <strong>Kota</strong> <strong>Depok</strong> akibat<br />
pesatnya pengembangan kota dan meningkatnya pengembangan kawasan<br />
perumahan.Di tahun 2006, kepadatan penduduk <strong>Kota</strong> <strong>Depok</strong> mencapai 7.092,12<br />
orang per kilo meter persegi. Kecamatan Beji merupakan Kecamatan terpadat di<br />
<strong>Kota</strong> <strong>Depok</strong>, yaitu sebesar 10.041,40 orang per kilo meter persegi, sedangkan<br />
Kecamatan dengan kepadatan penduduk terendah adalah Kecamatan<br />
Sawangan yaitu sebesar 3.639,22 orang per kilo meter persegi.<br />
Ringkasan Eksekutif : Kajian Pengelolaan Persampahan <strong>Kota</strong> <strong>Depok</strong> R-5
BAB III. KONDISI EKSISTING PENGELOLAAN PERSAMPAHAN KOTA<br />
DEPOK<br />
3.1. UMUM<br />
Kondisi pengelolaan persampahan di <strong>Kota</strong> <strong>Depok</strong> akan dijelaskan secara<br />
rinci di bawah ini dengan melihat komponen-komponen/subsistem pada masingmasing<br />
sistem, yaitu:<br />
1. Subsistem kelembagaan dan organisasi<br />
2. Sub sistem teknik operasional<br />
3. Sub sistem pembiayaan<br />
4. Sub sistem peraturan<br />
5. Komponen peran serta masyarakat<br />
3.2. SUBSISTEM KELEMBAGAAN dan ORGANISASI<br />
Berdasarkan Peraturan Daerah <strong>Kota</strong> <strong>Depok</strong> No. 16 Tahun 2003 tentang<br />
Pembentukan dan Susunan Organisasi Perangkat Daerah, instansi yang<br />
berwenang dalam pengelolaan kebersihan adalah Dinas Kebersihan dan<br />
Lingkungan Hidup (KLH). Struktur organisasi Dinas KLH ini terdiri dari Kepala<br />
Dinas dengan dibantu empat Kepala Bidang, satu Bagian Tata Usaha dan dua<br />
Kepala Unit Pelaksana Teknis Dinas (UPTD).<br />
Dinas KLH <strong>Kota</strong> <strong>Depok</strong> merupakan unsur pelaksana pemerintah kota<br />
yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Walikota melalui<br />
Sekretaris Daerah dan mempunyai tugas melaksanakan kewenangan<br />
desentralisasi di bidang kebersihan dan lingkungan hidup. Untuk<br />
menyelenggarakan tugas tersebut, Dinas KLH mempunyai fungsi:<br />
1. Perumusan kebijakan teknis di bidang kebersihan dan lingkungan hidup.<br />
2. Pemberian perizinan dan pelaksanaan pelayanan umum di bidang<br />
kebersihan dan lingkungn hidup.<br />
3. Pembinaan terhadap unit pelaksana teknis dinas (UPTD) di bidang<br />
kebersihan dan lingkungan hidup.<br />
Ringkasan Eksekutif : Kajian Pengelolaan Persampahan <strong>Kota</strong> <strong>Depok</strong> R-6
4. Pengelolaan urusan ketatausahaan<br />
Sejak tahun 2003, Dinas KLH <strong>Kota</strong> <strong>Depok</strong> telah menerapkan pola pelayanan<br />
dengan sistem pembagian wilayah kecamatan. Dalam sistem pembagian wilayah<br />
berdasarkan kecamatan ini, di tiap-tiap kecamatan telah dibentuk koordinator<br />
lapangan (Korcam). Korcam-korcam ini bertugas melaksanakan kegiatan teknis<br />
operasional pengelolaan persampahan di tingkat kecamatan.<br />
3.3. SUBSISTEM TEKNIS OPERASIONAL<br />
Berdasarkan timbulan sampah 2,65 lt/org/hari, maka jumlah timbulan<br />
sampah yang dihasilkan 3.764 m 3 /hari dengan jumlah penduduk 1.420.480 jiwa,<br />
sedangkan sampah yang terangkut 1281 m 3 /hari, sampah yang tidak terangkut<br />
2.483 m 3 /hari. Tingkat pelayanan persampahan saatini tahun 2006 sebesar<br />
34.03% .<br />
Pola Pelayanan<br />
Pada saat ini, ada tiga pola pelayanan persampahan yang diberlakukan untuk<br />
melayani daerah permukiman, komersil, perkantoran, jalan dan pasar yaitu pola<br />
individual langsung, pola komunal langsung dan pola penyapuan. Siklus/pola<br />
pelayanan pengelolaan sampah dapat dilihat pada gambar 3.1.<br />
3.4. SUBSISTEM PERATURAN<br />
Terdapat dua produk hukum terkait dengan pengelolaan persampahan di<br />
<strong>Kota</strong> <strong>Depok</strong> yang dihasilkan oleh Pemda <strong>Kota</strong> <strong>Depok</strong>, yaitu:<br />
1. Produk hukum yang mendasari kewenangan institusi formal pengelola<br />
persampahan di <strong>Kota</strong> <strong>Depok</strong> adalah Peraturan Daerah <strong>Kota</strong> <strong>Depok</strong> No. 16<br />
Tahun 2003 Pembentukan dan Susunan Organisasi Perangkat Daerah dan<br />
Keputusan Walikota <strong>Depok</strong> No. 30 Tahun 2005 tentang Uraian Tugas<br />
Jabatan Struktural di Lingkungan Dinas Kebersihan dan Lingkungan Hidup<br />
<strong>Kota</strong> <strong>Depok</strong>.<br />
Ringkasan Eksekutif : Kajian Pengelolaan Persampahan <strong>Kota</strong> <strong>Depok</strong> R-7
2. Produk hukum yang terkait dengan retribusi persampahan di kota <strong>Depok</strong><br />
adalah Peraturan Daerah <strong>Kota</strong> <strong>Depok</strong> No. 41 Tahun 2000 tentang Retribusi<br />
Pelayanan Persampahan/Kebersihan.<br />
3.5. SUBSISTEM PEMBIAYAAN<br />
Sumber Dana<br />
Sumber utama pembiayaan pengelolaan kebersihan/persampahan kota <strong>Depok</strong><br />
adalah APBD kota <strong>Depok</strong>, sebagai berikut :<br />
Anggaran pengelolaan kebersihan kota <strong>Depok</strong> tahun 2006 sebesar Rp.<br />
7.232.329.000.- sedangkan pada tahun 2007 sebesar Rp. 8.001.948.500.-<br />
Retribusi<br />
Tarif retribusi persampahan di kota <strong>Depok</strong> telah diatur dalam Peraturan Daerah<br />
<strong>Kota</strong> <strong>Depok</strong> nomor 22 tahun 2004 tentang retribusi pelayanan persampahan,<br />
besar tarif retribusi sampah antara lain sebagai berikut :<br />
a. Pengambilan, pengangkutan, pengelolaan dan pemusnahan sampah rumah<br />
non real estate berdasarkan luas bangunan :Rp. 2.000,-s/d Rp. 8.500,-/bulan.<br />
1. Pengambilan, pengangkutan, pengelolaan dan pemusnahan sampah<br />
rumah Real Estate ditetapkan berdasarkan luas bangunan : Rp. 7000,-<br />
s/d Rp. 17.500,-/bulan.<br />
b. Pengambilan, pengangkutan, pengelolaan dan pemusnahan sampah di<br />
pasar, berdasarkan kegiatan usaha pedagang, ditetapkan dengan system<br />
pengambilan harian : Rp. 1.000,-/hari s/d Rp. 2.500,-/hari.<br />
c. Bilamana pengambilan, pengangkutan tidak dapat memberlakukan tariff<br />
seperti pada point-point tersebut diatas, maka untuk menentukan Retribusi<br />
pelayanan dimaksud dapat ditaksir dengan perhitungan rit, yang ditetapkan<br />
sebesar Rp. 85.000,-/rit.<br />
Hasil retribusi pelayanan kebersihan kota <strong>Depok</strong> yang dapat ditagih pada tahun<br />
2006 sebesar Rp. 1.677.063.000,- memenuhi target tetapi hanya 23,18 % dari<br />
anggaran rutin persampahan/biaya operasional sebesar Rp.7.232.329.000,-<br />
Ringkasan Eksekutif : Kajian Pengelolaan Persampahan <strong>Kota</strong> <strong>Depok</strong> R-8
Biaya Satuan Pengelolaan<br />
Perhitungan biaya satuan pengelolaan sampah tahun 2006 sebagai berikut :<br />
• Jumlah sampah yang terangkut khusus permukimanan per hari = 1085 m 3<br />
• Biaya total pengelolaan tahun 2006 = Rp. 7.232.329.000,-<br />
• Sampah yang di kelola 1 tahun = 338.520 m 3<br />
• Biaya satuan sampah per m 3 = Rp 21.365,-<br />
3.6. SUBSISTEM PERAN SERTA MASYARAKAT<br />
1. Peran serta pada pembiayaaan<br />
Peran serta masyarakat pada pembiayaan yang diwujudkan dengan<br />
membayar retribusi kebersihan. tampaknya cukup baik. Hal ini dapat dilihat<br />
dari realisasi pemungutan retribusi dari tahun 2001 sampai 2005 yang ratarata<br />
hampir mencapai 100%.<br />
2. Peran serta pada teknis operasional<br />
Peran serta masyarakat pada teknis operasional pengelolaan persampahan<br />
diwujudkan dalam beberapa bentuk kegiatan seperti keikutsertaan pada<br />
sebagian tahap pengelolaan persampahan, seperti pengumpulan sampah di<br />
kontainer/bak sampah dan menyediakan sendiri pewadahan, serta kegiatan<br />
pengolahan sampah skala rumah tangga.<br />
Hasil survey rumah tangga yang dilaksanakan pada bulan November 2007<br />
memperlihatkan bahwa sejumlah sampel rumah tangga yang mendapatkan<br />
pelayanan pengangkutan sampah di <strong>Kota</strong> <strong>Depok</strong>, hampir seluruhnya (98%)<br />
tidak menerapkan pola 3 R, 28% di antaranya masih membuang sampah ke<br />
jalan atau ke sungai/selokan. 68% membuangnya ke tanah/lahan kosong.<br />
3.7. UNIT PENGOLAHAN SAMPAH ( UPS)<br />
Pada tahun 2006, <strong>Pemerintah</strong> <strong>Kota</strong> <strong>Depok</strong> mencanangkan penerapan<br />
sistem pengolahan dan pengelolaan sampah terapdu yang dikenal dengan<br />
Ringkasan Eksekutif : Kajian Pengelolaan Persampahan <strong>Kota</strong> <strong>Depok</strong> R-9
SIPESAT/UPS . Inti dari SIPESAT/UPS adalah pendekatan pengelolaan sampah<br />
dengan skala kawasan melalui pembangunan dan pengoperasian unit<br />
pengolahan sampah (UPS) yang menerapkan prinsip-prinsip 4R-P yaitu reduce<br />
(mengurangi), reuse (menggunakan kembali), recycle (mendaur ulang), replace<br />
(mengganti), participation (pelibatan masyarakat).<br />
Saat ini pelaksanaan sistem tersebut masih merupakan pilot project yang<br />
berlokasi di Perumahan Griya Tugu Asri, Kecamatan Cimanggis, yang<br />
beroperasi dari jam 07.00 s/d 11.00 setiap hari. Pada tahun 2008, sistem ini<br />
direncanakan akan dilaksanakan di 20 kelurahan atau 20 UPS.<br />
3.8. PERMASALAHAN<br />
1. Subsistem Teknis Operasional<br />
* Pewadahan, seperti bak sampah ( TPS ) dari batubata perlu diperbanyak<br />
ketersediaannya dengan lokasi yang layak .<br />
* Belum optimalnya pemanfaatan sarana dan prasarana persampahan.<br />
* Sarana dan prasarana yang dimiliki tidak memadai dengan jumlah<br />
penduduk kota <strong>Depok</strong> yang mencapai 1,4 juta jiwa.<br />
2. Susbsistem Kelembagaan dan Organisasi<br />
* Rasio antara jumlah petugas pengumpul dan pengangkut dan penduduk<br />
yang dilayani adalah 1:1.757 berarti masih dapat meningkatkan cakupan<br />
pelayanan.<br />
3. Subsistem Pembiayaan<br />
* Sumber pembiayaan dari APBD <strong>Kota</strong> <strong>Depok</strong> sudah cukup baik, tetapi<br />
perlu ditingkatkan saat ini baru mencapai 1,3 % dari APBD kota <strong>Depok</strong>,<br />
4. Subsistem Peran Serta Masyarakat<br />
* Kebiasaan untuk menerapkan prinsip 3R dalam pengolahan sampah<br />
sejak dari rumah tangga belum terbangun.<br />
* Kebiasaan untuk membuang sampah sembarangan (bukan ke TPS atau<br />
ke Transfer Depo juga masih tinggi.<br />
Ringkasan Eksekutif : Kajian Pengelolaan Persampahan <strong>Kota</strong> <strong>Depok</strong> R-10
BAB IV. ANALISIS<br />
4.1. ANALISIS PEMBUANGAN SAMPAH KONVENSIONAL<br />
4.1.1. Sub Sistem Kelembagaan Dan Organisasi<br />
* Berdasarkan klsasifikasi kota yang menempatkan <strong>Kota</strong> <strong>Depok</strong> sebagai kota<br />
berukuran besar (dengan penduduk 1.420.480 jiwa) dan kriteria umum sistem<br />
pengelolaan persampahan, bentuk lembaga yang ada saat ini dinilai sudah<br />
sesuai yaitu Dinas dan membawahi bidang dan UPTD.<br />
* Untuk mengakomodir kebutuhan program peningkatan partisipasi masyarakat<br />
dalam pengolahan sampah, maka pada tahap pengembangan ke depan,<br />
struktur organisasi yang ada harus ditambahkan satu seksi yaitu penyuluhan.<br />
* Rasio antara jumlah petugas pengangkutan yang berjumlah 223 orang dan<br />
jumlah penduduk yang dilayani masih rendah<br />
* Dari tingkat pendidikan PNS dan tenaga kontrak, kualitas SDM di lingkungan<br />
Dinas Kebersihan dan Lingkungan Hidup cukup baik<br />
4.1.2. Subsistem Teknik Operasional<br />
a. Tingkat Pelayanan<br />
Tingkat pelayanan saat ini ( tahun 2006 ) baru mencapai 34% dari jumlah<br />
sampah yang dan belum mencapai 75 % (Target Nasional pada tahun 2009 ).<br />
Dengan tingkat pelayanan saat ini sebesar 34 %, maka sasaran tingkat<br />
pelayanan minimum pada tahun 2015 adalah 67 % ( berdasarkan MDGs).<br />
Peningkatan pelayanan dapat dilakukan dengan pengembangan pola<br />
konvensional antara lain melalui pengelolaan dengan :<br />
1). Skala Rumah Tangga dengan menitik beratkan pengolahan sampah organik<br />
menjadi kompos, dengan beberapa opsi teknologi misalnya dengan gentong<br />
komposter, keranjang Takakura dan Biopori,<br />
2) Skala Kawasan/Lingkungan, yaitu pengelolaan yang dilakukan untuk<br />
melayani suatu kelompok masyarakat yang terdiri atas sekurang-kurangnya<br />
100 Kepala Keluarga.<br />
Ringkasan Eksekutif : Kajian Pengelolaan Persampahan <strong>Kota</strong> <strong>Depok</strong> R-11
a. Pewadahan, Disarankan untuk mempergunakan pewadahan sifatnya:<br />
tertutup, mudah dikosongkan, murah dan pengadaannya mudah,<br />
Misalnya: bin plastik atau kantong plastik.<br />
b. Pengumpulan, Pengumpulan dilakukan dengan pola komunal dan<br />
individual (untuk penghasil sampah besar), semua sampah dikumpulkan<br />
ke TPS oleh penghasil sampah.<br />
c. Pengangkutan, Pengangkutan sampah ke TPA disarankan perlu<br />
optimalisasi pengangkutan pada sore hari, sehingga ritasi dapat<br />
mencapai 3-4 rit/dump truck. Setiap truk harus dilengkapi dengan jaring<br />
plastik dan pada sisi-sisi dump truk harus diberi triplek sehingga kapasitas<br />
dump truck lebih besar<br />
d. Pembuangan Akhir<br />
• Sistem yang digunakan adalah controlled landfill, dimana dasar dari TPA<br />
telah diberi lapisan kedap air sehingga air lindi yang dihasilkan tidak akan<br />
mencemari air tanah dan sungai yang terdekat.<br />
• Ditinjau dari kapasitas TPA sampah, menurut studi WJMP kapasitas<br />
TPA Cipayung hanya mampu menampung sampai tahun 2009, sehingga<br />
perlu meminalisasi atau membatasi sampah yang masuk ke TPA<br />
Cipayung, antara lain dengan mereduksi sampah pada sumbernya dan<br />
mengaktifkan kembali pengolahan sampah menjadi kompos di TPA serta<br />
pengolahan sampah secara kawasan.<br />
4.1.3. Subsistem Pembiayaan<br />
a. Sumber Dana<br />
Anggaran kebersihan jika dibandingkan dengan anggaran belanja dan<br />
pendapatan daerah kota <strong>Depok</strong> pada tahun 2006 (Rp 561.467.156.530,-)<br />
maka persentase anggaran kebersihan adalah sekitar 1,3 % dari APBD<br />
kota <strong>Depok</strong>. Dan angka ini masih kecil bila dibandingkan dengan standar<br />
perencanaan yang besarnya antara 5 % dari APBD kota <strong>Depok</strong>.<br />
Ringkasan Eksekutif : Kajian Pengelolaan Persampahan <strong>Kota</strong> <strong>Depok</strong> R-12
. Biaya satuan pengelolaan sampah tahun 2006<br />
Biaya satuan pengelolaan sampah (operasi + BBM ) kota <strong>Depok</strong> pada tahun<br />
2006 adalah Rp 21.365 ,- per m 3<br />
c. Retribusi yang ditagih ( yang dapat ditarik dari masyarakat ) pada tahun 2006<br />
sebesar Rp. 1.677.063.000,- atau sekitar 23.18 % dari anggaran rutin ( Rp.<br />
7.232.329.000,-) . Pemasukan hasil retribusi dapat ditingkatkan dengan cara<br />
peningkatan daerah pelayanan terutama dengan pelayanan komunal dengan<br />
menyediakan TPS-TPS.<br />
d. Struktur tarif retribusi sampah berdasarkan Perda kota <strong>Depok</strong> nomor 18 tahun<br />
2002, cukup menggambarkan prinsip Cross Subsidi antar tingkat<br />
pendapatan penduduk dan antar jenis pelanggan sampah, besarnya tarif<br />
retribusi sampah perlu disesuaikan lagi.<br />
4.1.4. Subsistem Peraturan<br />
Saat ini <strong>Pemerintah</strong> kota <strong>Depok</strong> belum mempunyai peraturan daerah tentang<br />
Ketertiban, Kebersihan dan Keindahan <strong>Kota</strong>, untuk masa ke depan harus sudah<br />
dibuat peraturan daerah tentang K3 .<br />
4.1.5. Subsistem Peran Serta Masyarakat<br />
Kesadaran masyarakat dalam pemeliharaan lingkungan<br />
Indikasinya dapat dilihat dari beberapa hal, antara lain:<br />
a.Rendahnya kesadatan untuk melaksanakan metode 3 R<br />
b.Masih adanya kebiasaan membuang sampah sembarangan<br />
c.Masih tingginya kebiasaan memakai barang yang sulit terurai<br />
masih rendahn.<br />
Ringkasan Eksekutif : Kajian Pengelolaan Persampahan <strong>Kota</strong> <strong>Depok</strong> R-13
4.2. ANALISIS SISTEM PENANGANAN SAMPAH SKALA KAWASAN<br />
DENGAN UPS ( UNIT PENGOLAHAN SAMPAH )<br />
4.2.1. Aspek Teknik Operasional<br />
Pola Pelayanan :<br />
Sumber sampah Gerobak TPST 1. Kompos<br />
2. Non Kompos<br />
Pengumpulan/Pengangkutan<br />
Pengumpulan/pengangkutan sampah dilakukan dengan cara individual<br />
yaitu pengumpulan sampah langsung dengan gerobak menuju Tempat<br />
Pengolahan Sampah Terpadu ( TPST), setiap gerobak akan dilayani oleh 2<br />
petugas. Pengumpulan dengan cara individual akan dilakukan dengan<br />
gerobak, setiap gerobak dilayani oleh 2 petugas.<br />
Tempat Pengolahan Sampah Terpadu ( TPST)<br />
Semua sampah atau pendorong gerobak di daerah pelayanan akan<br />
berakhir di TPST dimana semua sampah akan diolah secara terpadu<br />
dengan Unit Pengolahan Sampah ( UPS ) ini. Di TPST akan dilaksanakan<br />
kegiatan pemilahan, packing ( pembungkusan ) dan pembuatan Kompos.<br />
4.2.2. Aspek Pembiayaan<br />
• Biaya Investasi, terdiri :<br />
1. Gerobak 15 unit @ Rp. 2.250.000,- = Rp. 33.750.000,-<br />
2. Bangunan UPS 1 unit = Rp. 571.500.000,-<br />
• Biaya Operasi dan Pemeliharaan<br />
Biaya O & M dalam setahun sebesar Rp. 224.282.400,-<br />
Ringkasan Eksekutif : Kajian Pengelolaan Persampahan <strong>Kota</strong> <strong>Depok</strong> R-14
Biaya pengelolaan sampah dengan sistem UPS adalah Rp. 20.797/m 3<br />
4.2.3. Aspek Kelembagaan<br />
* Keberadaan UPS di tingkat kelurahan mengisyaratkan adanya tanggung jawab<br />
baru bagi Dinas KLH <strong>Kota</strong> <strong>Depok</strong> dalam pengelolaan persampahan. Karena itu,<br />
Dinas KLH <strong>Depok</strong> perlu merancang skema pengorganisasian baru yang terkait<br />
dengan pengelolaan UPS.<br />
* Untuk tahap awal, mengingat kebutuhan tenaga kerja di bidang teknis dan<br />
pengoperasian serta bidang manajerial yang mendesak, Dinas KLH dapat<br />
bekerja sama dengan pihak swasta untuk pengadaan tenaga kerja tersebut<br />
4.2.4. Aspek Peraturan<br />
* Terkait dengan kebutuhan akan lahan bagi UPS, <strong>Pemerintah</strong> <strong>Kota</strong> <strong>Depok</strong> perlu<br />
mengeluarkan peraturan atau instruksi tertentu yang mendukung proses<br />
pengadaan tanah untuk UPS<br />
* Mengingat penggunaan teknologi tertentu, betapa pun sederhananya teknologi<br />
itu, Dinas KLH perlu menyiapkan terlbih dulu prosedur pengoperasian baku<br />
(SOP) UPS sebelum UPS ini dioperasikan.<br />
4.2.5. Aspek Partisipasi Masyarakat<br />
* Berdasarkan hasil survey rumah tangga yang dilaksanakan pada bulan<br />
November 2007, hampir seluruh rumah tangga sampel (96%) menyetujui<br />
dibangunnya UPS di kelurahan masing-masing.<br />
* Persetujuan ini merupakan modal awal bagi Pemda <strong>Kota</strong> <strong>Depok</strong> untuk<br />
mengembangkan dukungan dan partsipasi masyarakat dalam pengelolaan dan<br />
pengoperasianUPS, baik di tingkat bawah maupun di tingkat atas.<br />
Ringkasan Eksekutif : Kajian Pengelolaan Persampahan <strong>Kota</strong> <strong>Depok</strong> R-15
4.3. ALTERNATIF PENGOLAHAN SAMPAH<br />
Implementasi pengelolaan dan pengolahan sampah dapat dilakukan<br />
dengan 3 ( tiga ) pendekatan yang aakan dilakukan secara bersamaan. Pada<br />
butir 4.1. dan butir 4.2 telah dijelaskan : 1). Pendekatan pada skala<br />
TPA/Konvensional dan 2). Pendekatan skala kawasan dengan UPS, alternatif<br />
lain pengolahan adalah dengan pengolahan sampah skala rumah tangga.<br />
Program yang sangat penting dalam pengelolaan persampahan adalah<br />
menyadarkan dan melibatkan masyarakat terutama pada tingkat rumah tangga<br />
untuk melakukan pemilahan sampah. Walaupun upaya-upaya penyadaran<br />
masyarakat tersebut bukanlah pekerjaan yang mudah, karena berkaitan dengan<br />
perubahan kultur dan cara pandang. Tetapi, dengan melibatkan segenap<br />
potensi yang ada di masyarakat seperti kader Dasawisma, PKK, Karang Taruna,<br />
Lembaga Swadaya Masyarakat, Universitas, kelompok pengajian, ulama dan<br />
tokoh-tokoh masyarakat, yang bekerja secara terkoordinasi, terencana, dan<br />
berkesinambungan maka diharapkan perubahan kultur dan cara pandang<br />
tersebut dapat terwujud. Salah satu program yang tidak kalah pentingnya terkait<br />
dengan penyadaran masyarakat adalah memasukkan materi-materi mengenai<br />
pengolahan sampah pada setiap jenjang pendidikan di <strong>Kota</strong> <strong>Depok</strong>. Diharapkan<br />
anak-anak bangsa tersebut dapat memiliki cara pandang dan budaya yang lebih<br />
ramah lingkungan.<br />
Ada tiga jenis upaya yang dapat dilakukan untuk mengurangi jumlah<br />
sampah yang harus dibuang di TPA sampah. Upaya tersebut dikenal dengan<br />
istilah 3 R, yaitu Reduce (mengurangi), Reuse (menggunakan kembali), dan<br />
Recycle (mendaur ulang) sampah yang dihasilkan oleh masyarakat.<br />
Reduce (mengurangi) adalah upaya yang dilakukan untuk mengurangi<br />
secara langsung jumlah sampah yang dihasilkan oleh penghasil sampah. Hal-hal<br />
yang dapat dilakukan oleh masyarakat antara lain: mengurangi penggunaan<br />
barang sekali pakai, memperkecil volume sampah misalnya meremas sisa<br />
minuman kaleng & dus.<br />
Ringkasan Eksekutif : Kajian Pengelolaan Persampahan <strong>Kota</strong> <strong>Depok</strong> R-16
Reuse (mengunakan kembali) adalah upaya yang dilakukan untuk<br />
mengurangi jumlah sampah dengan cara mengunakan kembali bahan-bahan<br />
yang selama ini dianggap sampah, contohnya: pengunaan botol bekas,<br />
penggunaan plastik bekas sebagai wadah, pengunaan kotak karton sebagai<br />
wadah, bekas kalender harian menjadi buku catatan, mempergunakan produk<br />
yang bisa diisi ulang.<br />
Recycle (mendaur ulang sampah) adalah upaya yang dilakukan untuk<br />
mengurangi jumlah sampah dengan cara mengolah sampah (bahan-bahan<br />
bekas) menjadi bentuk baru yang dapat mempunyui fungsi sama atau berbeda<br />
dengan fungsi awal. Contoh recycle, pembuatan kertas daur ulang, pembuatan<br />
kompos dari bahan sampah organic.<br />
4.3.1. Konsepsi Penanganan Sampah di Sumber<br />
- Penanganan sampah hendaknya tidak lagi hanya bertumpu pada aktivitas<br />
pengumpulan, pengangkutan dan pembuangan sampah.<br />
- Penanganan sampah di sumber diharapkan dapat menerapkan upaya<br />
minimisasi yaitu dengan cara mengurangi, memanfaatkan kembali , dan<br />
mendaur ulang sampah yang dihasilkan<br />
- Minimasi sampah hendaknya dilakukan sejak sampah belum terbentuk yaitu<br />
dengan menghemat penggunaan bahan, membatasi konsumsi sesuai<br />
kebutuhan, memilih bahan yang mengandung sedikit sampah, dsb<br />
- Upaya memanfaatkan sampah dilakukan dengan menggunakan kembali<br />
sampah sesuai fungsinya seperti halnya pada penggunaan botol minuman<br />
atau kemasan lainnya<br />
- Upaya mendaur ulang sampah dapat dilakukan dengan memilah sampah<br />
menurut jenisnya baik yang memiliki nilai ekonomi sebagai material daur<br />
ulang (kertas, plastik, gelas/ logam, dll) maupun sampah B3 Rumah tangga<br />
yang memerlukan penanganan khusus (baterei, lampu neon, kaleng sisa<br />
baygon dll) dan sampah kemasan (bungkus mie instan, plastik kemasan<br />
minyak, dll)<br />
Ringkasan Eksekutif : Kajian Pengelolaan Persampahan <strong>Kota</strong> <strong>Depok</strong> R-17
- Pengomposan sampah diharapkan dapat diterapkan di sumber (rumah<br />
tangga, kantor, sekolah, dll) yang akan secara signifikan megurangi sampah<br />
pada tahap berikutnya.<br />
4.3.2. Skenario Pemilahan Sampah Non Organik<br />
- Skenario pemilahan sampah non organik di kawasan permukiman dilakukan<br />
memisahkan sampah kertas, plastik dan logam/kaca di masing-masing<br />
sumber menggunakan kantong plastik besar atau karung kecil. Untuk daerah<br />
perkantoran dapat digunakan Bin berwarna kapasitas 120 lt.<br />
- Khusus untuk sampah B3 Rumah tangga, diperlukan wadah khusus yang<br />
pengumpulannya dapat dilakukan sebulan sekali atau sesuai kebutuhan<br />
4.3.3. Skenario Pembuatan Kompos<br />
- Skenario pembuatan kompos didasarkan praktek-praktek yang berhasil<br />
dilaksanakan oleh masyarakat, misalnya di kawasan Cilandak di Jakarta<br />
Selatan.<br />
- Pembuatan kompos di sumber dapat dilakukan dengan Gentong atau Bin<br />
Takakura sebagai komposter,<br />
- Pembuatan kompos dengan gentong (alasnya dilubangi dan diisi kerikil serta<br />
sekam), merupakan cara sederhana karena seluruh sampah organik dapat<br />
dimasukkan dalam gentong). Diperlukan 2 gentong untuk setiap rumah yang<br />
dapat diletakkan dihalaman rumah.<br />
- Pembuatan kompos dengan Bin Takakura (keranjang yang dilapisi kertas<br />
karton, sekam padi dan kompos matang), memerlukan sedikit kesabaran<br />
karena dibutuhkan sampah organik terseleksi dan pencacahan untuk<br />
mempercepat proses pematangan kompos. Komposter Takakura dapat<br />
tempatkan di dalam rumah (tidak menimbulkan bau)<br />
- Produk kompos dapat digunakan untuk program penghijauan dan<br />
penanaman bibit<br />
Ringkasan Eksekutif : Kajian Pengelolaan Persampahan <strong>Kota</strong> <strong>Depok</strong> R-18
4.3.3. Metode Pembuatan Kompos Takakura<br />
Cara pengomposan dengan Metode Takakura :<br />
1. Sampah-sampah rumah tangga sisa makanan atau sisa dapur ditiriskan agar<br />
bebas dari air/cairan dan bila ada bekas sayuran yang masih panjang,<br />
dirajang terlebih dahulu.<br />
2. Setelah dikumpulkan, sampah rumah tangga tadi dimasukkan ke dalam<br />
keranjang Takakura yang telah disiapkan dicampur dalam kompos jadi,<br />
dalam keranjang diaduk menggunakan cetok sampai rata. Letakkan kembali<br />
bantal gabah II di atasnya dan tutup kembali keranjang Takakura tersebut.<br />
3. Sampah-sampah rumah tangga sisa makanan dapur/sampah organik<br />
dibuang setiap hari ke dalam keranjang Takakura.<br />
4. Setelah penuh dan cukup umur, kompos yang sudah matang dari Takakura<br />
dikeluarkan untuk kemudian dijemur sampai kering dan diayak menjadi<br />
kompos jadi. Untuk calon kompos yang belum matang dikembalikan ke<br />
keranjang takakura. Kompos tersebut dapat digunakan untuk keperluan<br />
pemupukan tanaman di halaman rumah sendiri.<br />
4.3.5. Komponen prasarana/Sarana 3R di Sumber<br />
Komponen prasarana/sarana 3R di sumber, meliputi :<br />
- Kantong Plastik atau karung kecil (40 - 60 lt), 3 unit/rumah<br />
- Gentong (60 – 100 lt), 2 unit/rumah atau<br />
- Takakura (60 lt), 1 unit/rumah<br />
Komposter Aerobik<br />
Ringkasan Eksekutif : Kajian Pengelolaan Persampahan <strong>Kota</strong> <strong>Depok</strong> R-19
4.3.6. Proses Sosialisasi<br />
Sosialisasi program 3R kepada masyarakat dapat dilakukan dengan<br />
berbagai cara, seperti: 1). Melalui forum ibu-ibu arisan, 2).Pertemuan<br />
warga,3).Lomba memilah sampah sebagai ganti permainan membawa kelereng,<br />
bendera dll 4).Lomba melukis dengan tema-tema kebersihan lingkungan,<br />
5).Sosialisasi Kepada Masyarakat (Ibu Rumah Tangga, Pemuda dan Anakanak).<br />
4.3.7. Pembiayaan & Insentif<br />
Biaya yang diperlukan untuk pelaksanaan kegiatan 3R di sumber, meliputi<br />
antara lain : a). Biaya pembelian karung/kantong plastik, b). pembelian gentong,<br />
c). pembelian Takakura, d). pembelian perlengkapan pembuatan kompos<br />
(saringan, sekop, sekam, karton, dll)<br />
4.4. PERBANDINGAN KONVENSIONAL DAN UPS<br />
Biaya satuan pengelolaan sampah dengan pola konvesional sebesar Rp.<br />
21.365/m 3 , sedangkan biaya pengelolaan dengan mempergunakan sistem<br />
pemilahan dengan Unit Pengolahan Sampah ( UPS ) sebesar Rp. 20.797,-/m 3 .<br />
Ringkasan Eksekutif : Kajian Pengelolaan Persampahan <strong>Kota</strong> <strong>Depok</strong> R-20
Kelebihan Dan Kekurangan Sistem Konvensional , UPS dan Konvensional<br />
+ UPS sebagai berikut :<br />
SISTEM<br />
KELEBIHAN/KEKURANGAN SISTEM Konvensional UPS Konv. + UPS<br />
Kelebihan Konvensional<br />
1. Daerah pelayanan lebih luas Sesuai Tidak sesuai Sesuai<br />
2.Tidak membutuhkan partisipasi masyarakat Sesuai Tidak sesuai Sesuai<br />
3. Tidak memerlukan lahan yang tersebar Sesuai Tidak sesuai Sesuai<br />
4. Volume sampah yang dikelola besar Sesuai Tidak sesuai Sesuai<br />
5. Mengunakan teknologi sederhana Sesuai Tidak sesuai Sesuai<br />
Kekurangan Konvensional<br />
1. Perlu lahan TPA Ya<br />
2. Pengumpulan sampah kurang efektif Ya<br />
3. Dapat menimbulkan pencemaran Ya<br />
4. Menimbulkan dampak sosial yang tinggi Ya<br />
5. Kurangnya manfaat sosial ekonomi Ya<br />
6. Biaya pengolahan Tinggi Ya<br />
Kelebihan UPS<br />
1. Memerlukan Lahan TPA rendah Tidak sesuai Sesuai Sesuai<br />
2.Pencamaran lingkungan rendah Tidak sesuai Sesuai Sesuai<br />
3. Dampak sosial rendah Tidak sesuai Sesuai Sesuai<br />
4. Manfaat sosial ekonomi tinggi Tidak sesuai Sesuai Sesuai<br />
5. Manfaat sosial budaya tinggi Tidak sesuai Sesuai Sesuai<br />
Kekurangan UPS<br />
1. Memerlukan lahan tersebar Ya<br />
2. Volume sampah besar tidak sesuai Ya<br />
3. Kawasan dengan bergelombang tidak sesuai Ya<br />
4. Memerlukan Partisipasi masyarakat Ya<br />
5. Perlu koordinasi dengan instansi lain dalam Ya<br />
penjualan kompos<br />
Kelebihan Dan Kekurangan Konvensional + UPS<br />
Kelebihan model gabungan ( konvensional + UPS ) adalah kombinasi kelebihan<br />
dari kedua model konvensional ditambah dengan kelebihan model UPS, sedang<br />
kekurangannya hampir tidak ada karena masing-masing kelemahan model<br />
konvensional dapat ditutupi oleh kelebihan model UPS dan sebaliknya.<br />
Ringkasan Eksekutif : Kajian Pengelolaan Persampahan <strong>Kota</strong> <strong>Depok</strong> R-21
4.5. METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP)<br />
1. Langkah-langkah penentuan hirarchy memilih pengelolaan sampah<br />
dengan AHP, sebagai berikut :<br />
a) Penentuan Goal/Tujuan penggunaan Metode Analytical Hierarchy<br />
Process dalam kebijakan pengambilan keputusan => Memilih Model<br />
Pengelolaan Sampah di kota <strong>Depok</strong><br />
b) Penentuan Kriteria-Kriteria Goal/Tujuan Pemilihan Model Pengelolaan<br />
Sampah di kota <strong>Depok</strong> => Keterbatasan Lahan TPA (KLT), Pencemaran<br />
Lingkungan (PL), Dampak Sosial (DS ), Manfaat Sosial Ekonomi (MSE),<br />
Kesesuaian Geografis (KG) , Manfaat Sosial Budaya (MSB), Pendanaan<br />
(P)<br />
c) Penentuan Tingkat Kriteria tujuan memilih model pengelolaan sampah<br />
di kota <strong>Depok</strong>=> Tinggi , Sedang, Rendah Keterbatasan Lahan TPA,<br />
Pencemaran Lingkungan, Dampak Sosial, Manfaat Sosial Ekonomi,<br />
Kesesuaian Geografis, Manfaat Sosial Budaya, Pendanaan<br />
d) Penentuan Alternativ-Alternativ tujuan memilih model pengelolaan<br />
sampah kota <strong>Depok</strong> => Model Pengelolaan Sampah Konvensional,<br />
Gabungan (Konvensional dan UPS) , UPS.<br />
Ringkasan Eksekutif : Kajian Pengelolaan Persampahan <strong>Kota</strong> <strong>Depok</strong> R-22
Grafik 4.6.1<br />
Tujuan<br />
M em ilih M odel<br />
Pengelolaan Sampah<br />
D i K ota D epok<br />
Kreteria<br />
KLT PL DS MSE<br />
KG<br />
MSB<br />
P<br />
Tingkat kreteria<br />
TINGGI<br />
SED ANG<br />
REN DAH<br />
alternatif<br />
KONVENSIONAL<br />
KONVEN. + UPS<br />
U PS<br />
Keterangan :<br />
KLT = Keterbatan Lahan TPA<br />
PL = Pencemaran Lingkungan<br />
D S = D ampak Sosial<br />
MSE = Manfaat Sosial Ekonomi<br />
KG = Kesesuaian Geografis<br />
MSB = Manfaat Sosial Budaya<br />
P = Pendanaan<br />
2. Penetapan Skala Kepentingan/Preference Dalam Matrik Perbandingan,<br />
sebagai berikut :<br />
a) Penetapan skala kepentingan matrik perbandingan antar kriteria beserta<br />
matrik normalisasinya guna menghitung bobot perioritas kriteria pemilihan<br />
model pengelolaan sampah kota <strong>Depok</strong> ( tabel matrik 4.5.1. dan 4.5.2. )<br />
b) Penetapan skala kepentingan matrik perbandingan antar tingkat kriteria<br />
beserta matrik normalisasinya guna menghitung bobot perioritas tingkat<br />
kriteria pemilihan model pengelolaan sampah kota <strong>Depok</strong>.<br />
c) Penetapan skala kepentingan matrik perbandingan antar alternativalternativ<br />
berdasarkan kepentingan/preferensi tingkat kriteria-tingkat<br />
kriteria pemilihan model pengelolaan sampah di kota <strong>Depok</strong>, beserta<br />
matrik normalisasinya.<br />
Ringkasan Eksekutif : Kajian Pengelolaan Persampahan <strong>Kota</strong> <strong>Depok</strong> R-23
Tabel 4.5.1. Matrik Perbandingan Kepentingan/Preferensi Kriteria Keterbatasan<br />
Lahan TPA , Pencemaran Lingkungan ( PL ), Dampak Sosial ( DS ), Manfaat Sosial<br />
Ekonomi ( MSE ) , Kesesuaian Geografis ( KG ), Manfaat Sosial Budaya ( MSB ), Pendanaan ( P )<br />
Kreteria Penentu TPA KLT PL DS MSE KG MSB P Bobot Prioritas<br />
KLT 1 0.5 2 7 5 4 3 0.28075<br />
PL 2 1 1 4 3 4 3 0.26279<br />
DS 0.5 1 1 2 3 2 2 0.16676<br />
MSE 0.1429 0.25 0.5 1 2 2 1 0.08372<br />
KG 0.2 0.33333 0.3333 0.5 1 2 1 0.07105<br />
MSB 0.25 0.25 0.5 0.5 0.5 1 1 0.05996<br />
P 0.3333 0.33333 0.5 1 1 1 1 0.07497<br />
Tabel 4.5.2 Matrik Normalisasi Perbandingan Kepentingan/Preferensi Kriteria Keterbatasan<br />
Lahan TPA , Pencemaran Lingkungan ( PL ), Dampak Sosial ( DS ), Manfaat Sosial<br />
Ekonomi ( MSE ) , Kesesuaian Geografis ( KG ), Manfaat Sosial Budaya ( MSB ), Pendanaan ( P )<br />
Faktor Penentu TPA KLT PL DS MSE KG MSB P Bobot Prioritas<br />
KLT 0.2259 0.13636 0.3429 0.4375 0.3226 0.25 0.25 0.28075<br />
PL 0.4519 0.27273 0.1714 0.25 0.1935 0.25 0.25 0.26279<br />
DS 0.113 0.27273 0.1714 0.125 0.1935 0.125 0.1667 0.16676<br />
MSE 0.0323 0.06818 0.0857 0.0625 0.129 0.125 0.0833 0.08372<br />
KG 0.0452 0.09091 0.0571 0.0313 0.0645 0.125 0.0833 0.07105<br />
MSB 0.0565 0.06818 0.0857 0.0313 0.0323 0.0625 0.0833 0.05996<br />
P 0.0753 0.09091 0.0857 0.0625 0.0645 0.0625 0.0833 0.07497<br />
Jumlah 4.4262 3.66667 5.8333 16 15.5 16 12<br />
3. Penyusunan Matrik Bobot Perioritas dan Matrik Bobot Global Pemilihan<br />
Model Pengelolaan Sampah <strong>Kota</strong> <strong>Depok</strong><br />
a) Penyusunan matrik vector baris bobot perioritas kriteria-kriteria pemilihan<br />
model pengelolaan sampah kota <strong>Depok</strong> ( tabel matrik 4.5.1.)<br />
b) Penyusunan matrik persegi bobot perioritas antara tingkat ( Tinggi,<br />
Sedang, Rendah ) dengan kriteria KLT, PL , DS , MSE, KG , MSB,<br />
Pendanaan. ( tabel matrik 4.5.17. )<br />
Tabel 4.5.17 Matrik bobot perioritas kreteria KLT, PL, DS, MSE, KG, MSB, KP terhadap bobot perioritas tingkat<br />
(tinggi, sedang, rendah ) kreteria KLT, PL, DS, MSE, KG, MSB, P<br />
kriteria<br />
tingkat<br />
KLT(0,275709) PL (0,2585185) DS (0,16424311) MSE(0,082586) KG(0,07017) MSB(0,05870) P(0,090074)<br />
Tinggi 0.76984127 0.585024155 0.076572104 0.75037563 0.685982906 0.759517994 0.15950716<br />
Sedang 0.78968254 0.530676329 0.214089835 0.189736201 0.199188034 0.18105086 0.263070263<br />
Rendah 0.69047619 0.823188406 0.709338061 0.059888169 0.11482906 0.059431146 0.577422577<br />
c) Penyusunan matrik persegi bobot perioritas perkalian antara elemen<br />
matrik vector baris bobot perioritas kriteria-kriteria per kolom setiap<br />
elemen matrik persegi bobot perioritas antara tingkat dengan kriteria<br />
(tabel matrik 4.5.18. )<br />
Ringkasan Eksekutif : Kajian Pengelolaan Persampahan <strong>Kota</strong> <strong>Depok</strong> R-24
Tabel 4.5.18 Matrik perkalian bobot perioritas kreteria KLT, PL, DS, MSE, KG, MSB, KP dengan masing-masing bobot perioritas tingkat<br />
(tinggi, sedang, rendah ) kreteria KLT, PL, DS, MSE, KG, MSB, P<br />
kriteria<br />
tingkat<br />
KLT PL DS MSE KG MSB P<br />
Tinggi 0.212252183 0.15123954 0.01257644 0.061970198 0.04813503 0.044584024 0.014367448<br />
Sedang 0.2177226 0.137189624 0.03516278 0.015669472 0.013976911 0.010627761 0.02369579<br />
Rendah 0.190370515 0.212809395 0.116503888 0.004945898 0.00805749 0.003488633 0.05201076<br />
d) Penyusunan matrik vector baris bobot perioritas tertinggi (yang diinginkan)<br />
dari matrik persegi point 3.c. ( tabel matrik 4.5.19. )<br />
Matrik 4.5.19 vektor baris bobot prioritas tingkat kreteria KTL, PL, DS, MSE, KG, MSB, KP yang diinginkan ( bobot perioritas tertinggi<br />
per kolom kreteria )<br />
KTL sedang PL rendah DS rendah MSE tinggi KG tinggi MSB tinggi P rendah Jumlah<br />
0.2177226 0.212809395 0.116503888 0.061970198 0.04813503 0.044584024 0.05201076 0.753735895<br />
e) Penyusunan matrik vector baris bobot perioritas tertinggi yang<br />
dinormalisasi per jumlah elemen baris point 3.d. ( tabel 4.5.20 )<br />
Matrik 4.5.20 Normalisasi baris bobot perioritas tingkat kreteria KTL, PL, DS, MSE, KG, MSB, KP yang diinginkan<br />
KTL sedang PL rendah DS rendah MSE tinggi KG tinggi MSB tinggi P rendah<br />
0.288857943 0.282339472 0.154568582 0.08221739 0.063861931 0.059150725 0.069003958<br />
f) Penyusunan matrik persegi bobot perioritas alternative-alternativ<br />
(Konvensional, Konvensional dan UPS, UPS) terhadap tingkat kriteriatingkat<br />
kriteria yang diinginkan.<br />
g) Penggabungan penyusunan matrik vector baris bobot perioritas tertinggi<br />
yang dinormalisasi ( point 3.e. ) kemudian dijadikan matrik vektor kolom<br />
bobot perioritas tertinggi yang dinormalisasi dengan matrik persegi bobot<br />
perioritas alternativ-alternativ ( Konvensional, Konvensional dan UPS ,<br />
UPS ) terhadap tingkat kriteria-tingkat kriteria yang diinginkan ( point 3.f.)<br />
=> ( tabel matrik 4.5.35 )<br />
h) Perhitungan dan penyusunan matrik vektor kolom bobot global alternativalternativ<br />
yang merupakan hasil perkalian antara matrik persegi bobot<br />
perioritas alternatif-alternatif terhadap tingkat kriteria-tingkat kriteria yang<br />
diinginkan dengan matrik vektor kolom tingkat kriteria –tingkat kriteria<br />
yang tertinggi ( diinginkan ) ( tabel matrik 4.5.35 )<br />
Ringkasan Eksekutif : Kajian Pengelolaan Persampahan <strong>Kota</strong> <strong>Depok</strong> R-25
4. Penentuan Pilihan Alternatif<br />
Penentuan Pilihan Alternatif-Alternatif Model Pengelolaan Sampah di kota<br />
<strong>Depok</strong>, dengan memilih bobot global maksimum ( terbesar ) di antara bobot<br />
global-bobot global alternativ-alternativ model pengelolaan sampah<br />
konvensional, konvensional dan UPS, UPS di kota <strong>Depok</strong>. Ternyata model<br />
pengelolaan sampah gabungan (Konvensional + UPS ) yang terpilih karena<br />
bobot globalnya 0,473095 paling tinggi diantara model lainnya ( tabel matrik<br />
4.5.35 )<br />
Ringkasan Eksekutif : Kajian Pengelolaan Persampahan <strong>Kota</strong> <strong>Depok</strong> R-26
5. Analisa Sensitivitas Metode AHP Pemilihan Model Pengelolaan<br />
Sampah di <strong>Kota</strong> <strong>Depok</strong><br />
Pemilihan model pengelolaan sampah di kota <strong>Depok</strong> antara model<br />
konvensional, konvensional dan UPS, UPS yang terpilih adalah model<br />
konvensional dan UPS karena memiliki bobot global maksimum sebesar<br />
0,47362 berdasarkan pertimbangan bobot perioritas tingkat kriteria yang<br />
diinginkan yaitu keterbatasan lahan TPA sedang = 0,29298 , pencemaran<br />
lingkungan rendah = 0,285882 , dampak sosial rendah = 0,1563223, manfaat<br />
sosial ekonomi tinggi = 0,083019, kesesuaian geografis sedang = 0,0644076 ,<br />
manfaat sosial budaya tinggi =0,0601825 , pendanaan rendah 0,057207.( tabel<br />
4.5.35 ).<br />
Apabila dimasa datang pertimbangan diantara tingkat kriteria-tingkat<br />
kriteria dianggap kurang penting atau lebih penting dari sekarang, maka skala<br />
kepentingan tingkat kriteria-tingkat kriteria yang diinginkan akan berubah dan<br />
bobot perioritas masing-masing tingkat kriteria yang diinginkan juga akan<br />
berubah, yang dapat menyebabkan bobot global alternativ-alternativ model<br />
pengelolaan konvensional, konvensional + UPS , UPS naik atau turun atau<br />
pilihan model pengelolaan sampah akan berubah yang semula model gabungan<br />
(konvensional + UPS ) yang terpilih dapat menjadi model UPS atau<br />
Konvensional yang terpilih.<br />
a) Apabila tingkat kriteria keterbatasan lahan TPA sedang yang diinginkan<br />
turun skala kepentingannya, dan juga terjadi penurunan bobot perioritas tingkat<br />
kriteria keterbatasan lahan TPA sedang misal menjadi 0,05, maka bobot global<br />
alternativ model gabungan ( konvensional + UPS ) akan turun menjadi 0, 325899<br />
dan bobot global alternativ model UPS akan menjadi 0,3366669, yang<br />
mengakibatkan bobot global model UPS menjadi lebih besar dari bobot global<br />
gabungan ( konvensional + UPS ), maka model pengelolaan sampah UPS yang<br />
terpilih dan bukan model gabungan ( konvensional + UPS ) yang terpilih seperti<br />
grafik 4.6.2.1. dan tabel 4.6.2.1.<br />
Ringkasan Eksekutif : Kajian Pengelolaan Persampahan <strong>Kota</strong> <strong>Depok</strong> R-27
) Apabila tingkat kriteria pencemaran lingkungan rendah yang diinginkan<br />
naik skala kepentingannya dan juga terjadi kenaikan bobot perioritas tingkat<br />
kriteria pencemaran lingkungan rendah misal menjadi 0,85, maka bobot global<br />
alternativ model gabungan ( konvensional + UPS ) akan naik menjadi 0,6619058<br />
namun bobot global alternativ model UPS juga naik menjadi lebih tinggi yaitu<br />
0,69876, maka alternativ model UPS yang terpilih karena bobot globalnya lebih<br />
tinggi dari bobot global gabungan ( konvensional + UPS ) seperti grafik 4.6.2.2<br />
dan tabel 4.6.2.2.<br />
Ringkasan Eksekutif : Kajian Pengelolaan Persampahan <strong>Kota</strong> <strong>Depok</strong> R-28
c) Apabila tingkat kriteria dampak sosial rendah yang diinginkan naik skala<br />
kepentingannya dan juga terjadi kenaikan pada bobot perioritas tingkat kriteria<br />
dampak sosial rendah yang diinginkan, misal menjadi 0,80 maka bobot global<br />
alternativ model gabungan ( konvensional + UPS ) naik menjadi 0,674388 namun<br />
bobot global alternativ model UPS juga naik dan menjadi lebih besar dari bobot<br />
global alternatif model gabungan ( konvensional + UPS ) yaitu 0,71848996, maka<br />
alternativ model UPS yang terpilih karena bobot globalnya lebih besar dari bobot<br />
global gabungan ( konvensional + UPS ) seperti grafik 4.6.2.3 dan tabel 4.6.2.3.<br />
Ringkasan Eksekutif : Kajian Pengelolaan Persampahan <strong>Kota</strong> <strong>Depok</strong> R-29
Ringkasan Eksekutif : Kajian Pengelolaan Persampahan <strong>Kota</strong> <strong>Depok</strong> R-30
4.6. HASIL SURVEI RUMAH TANGGA<br />
1. Perilaku Pengolahan Sampah di Rumah Tangga<br />
Berdasarkan hasil pengolahan data, diketahui bahwa dari 217 sampel rumah<br />
tangga yang mendapatkan pelayanan pengangkutan sampah di <strong>Kota</strong> <strong>Depok</strong>,<br />
hampir seluruhnya (98%) tidak menerapkan pola 3 R.<br />
Sementara itu, dari sampel rumah tangga yang tidak mendapat pelayanan<br />
pengangkutan sampah, hanya sebagian kecil (3%) rumah tangga yang<br />
mengolah sampahnya, yaitu dengan cara dibakar. Sedangkan sisanya masih<br />
membuang sampah ke jalan atau ke sungai/selokan (28%), atau<br />
membuangnya ke tanah/lahan kosong (68%).<br />
Ringkasan Eksekutif : Kajian Pengelolaan Persampahan <strong>Kota</strong> <strong>Depok</strong> R-31
2. Tanggapan masyarakat terhadap Pembangunan UPS<br />
Dari hasil pengolahan data yang dilakukan, diketahui bahwa hampir seluruh<br />
rumah tangga sampel (96%) menyetujui dibangunnya UPS di kelurahan<br />
masing-masing. Hanya 4% yang tidak menyetujui pembangunan UPS<br />
tersebut.<br />
4.7. ALTERNATIF LOKASI UPS<br />
4.7.1. Dasar Pemilihan Lokasi UPS<br />
Dasar pemilihan lokasi Unit Pengolahan Sampah (UPS) didasarkan pada<br />
kriteria perencanaan antara lain meliputi :<br />
- Kawasan Komplek Perumahan, biasanya merupakan daerah teratur yang<br />
memiliki jumlah rumah yang cukup banyak (rata-rata 1000-2500 unit dengan<br />
berbagai tipe rumah) serta memiliki fasum dan fasos atau tanah kosong.<br />
- Kawasan Perumahan Non Komplek, merupakan daerah teratur maupun tidak<br />
teratur. Satuan skala kawasan yang paling mudah dikenali adalah RT atau<br />
RW dengan jumlah rumah 300 – 500 unit<br />
- Kawasan Perumahan Kumuh / Bantaran Sungai, merupakan daerah spesifik<br />
yang umumnya tidak dilengkapi dengan infrastuktur formal sehingga<br />
cenderung menjadi daerah rawan penyakit dan rawan sanitasi. Bahkan untuk<br />
permukiman di kawasan bantaran sungai, dapat menyebabkan terjadinya<br />
pencemaran sungai. Satuan skala kawasan yang lebih mudah dikenali juga<br />
adalah RT/RW<br />
4.7.2. Penempatan UPS<br />
Lokasi pengolahan sampah dengan UPS berbasis masyarakat dapat<br />
dilihat pada gambar 4.1 s/d 4.6 yang meliputi Kecamatan Limo, Kecamatan<br />
Sawangan, Kecamatan Sawangan, Kecamatan Sukmajaya, Kecamatan Beji,<br />
Kecamatan Pancoran Mas.<br />
Ringkasan Eksekutif : Kajian Pengelolaan Persampahan <strong>Kota</strong> <strong>Depok</strong> R-32
4.8. STUDI KELAYAKAN LOKASI UPS<br />
4.8.1. Kriteria Kelayakan Lokasi UPS<br />
Studi Kelayakan Lokasi UPS didasarkan atas beberapa kriteria analisa<br />
diantaranya :<br />
a. Status kepemilikan lahan<br />
b. Luas Lahan yang tersedia,<br />
c. Kondisi Fisik Lingkungan Perumahan termasuk akses / jalan menuju lokasi<br />
UPS dapat dilalui minimal kendaraan dengan lebar jalan minimal 2 m.<br />
d. Adanya kelompok swadaya masyarakat yang sudah eksis atau kegiatan<br />
serupa yang berbasis masyarakat,<br />
e. Kondisi sosial ekonomi masyarakat,<br />
4.8.2. Analisa Kelayakan Lokasi UPS<br />
Berdasarkan studi kelayakan lokasi UPS berdasarkan kriteria diatas<br />
ditambah dengan hasil wawancara maka dilakukan analisa atas lokasi-lokasi<br />
UPS yang telah ditentukan, sehingga didapatkan daftar kelayakan lokasi UPS<br />
yang dikelompokan dalam rangking / prioritas 1 sampai 6 dimana prioritas<br />
tersebut digunakan sebagai tahapan pelaksanaaan pembangunan UPS.<br />
Adapun daftar kelayakan lokasi UPS tersebut dapat dilihat pada Tabel 4.7,<br />
DAFTAR LOKASI UPS HASIL ANALISA dilengkapi dengan Analisa Lokasi UPS<br />
untuk tiap-tiap lokasi yang telah ditentukan.<br />
Ringkasan Eksekutif : Kajian Pengelolaan Persampahan <strong>Kota</strong> <strong>Depok</strong> R-33
TABEL .......................... 4.7<br />
DAFTAR LOKASI UPS HASIL ANALISA<br />
NO KELURAHAN Lokasi UPS LUAS (M2)<br />
RANGKING 1<br />
1 Meruyung Jl. Meruyung Raya ± 350<br />
2 Grogol Sepanjang Kalo Grogol ± 250<br />
3 Mekarjaya / Abadi Jay Jl. Merdeka Raya Samping LAKA POLRI Samsat 400<br />
4 Bojong Sari ± 360<br />
5 Sukamaju Baru Jl. Kenari RW 11/2 Sebelah Perumahan TNI AD ± 2000<br />
6 Sukatani Komp. Kopassus ± 300<br />
7 Tugu Gunadarma Rw 09/10, Komp Timah ± 500<br />
8 <strong>Depok</strong> Jaya Jl. Mawar Perumnas <strong>Depok</strong> I ± 500<br />
9Beji Timur Rt/Rw 04/2 (menyatu dg makam belakang SMPN 5) ± 500<br />
10 B.Pondok Terong Kp. Lio Rt/Rw 003/07 ± 700<br />
RANGKING 2<br />
1 Mekarsari Jl. Matahari Raya RT 5/16 Perumahan Mekarsari Permai ± 500<br />
2Harjamukti<br />
Kp. Pedurenan 04/03, Pd. Ranggon Vila Cibubur 2 02/10, Kp.<br />
Kalimanggis Cibubur Garden 02/04<br />
± 500<br />
3 Sawangan Villa Melati ± 300<br />
4Sukmajaya Komplek Perum Sukmajaya Samping Kelurahan ± 300<br />
5 Tapos Jl. Makam Blok Bayun Tapos 500<br />
6 Cipayung Samping TPA ± 300<br />
7 Pondok Jaya Jl. Padat Karya ± 300<br />
8 Cilodong Jl. Raya Bogor RT 02/02 Cilodong 300<br />
9 Pengasinan Jl. Pengasinan ± 450<br />
10 Beji Jl. Jawa (menyatu dengan makam) ± 300<br />
RANGKING 3<br />
1 Cisalak Jl. Kemuning I RT 5/7 ± 4000<br />
2 Rangkapan Jaya Baru Jl. Keadilan ± 300<br />
3 Tanah Baru Beji Permai ± 300<br />
4 Jatijajar RW7/02 (TPU) ± 300<br />
5Tirtajaya<br />
Kp. Parung Serab RT 06/03 & RT 03/02,<br />
GDC Sekt Anggrek RT03/06<br />
± 500<br />
6 Cipayung Jaya Komplek Alam Pabuaran Indah ± 300<br />
7Kalimulya Jl. Kedung Jeruk Rt05/01 Kalimulya 600<br />
8 Ratu Jaya Jl. Gandaria ± 300<br />
9 Curug Rawa Kalong 02/01,Raja Brana 02/10 ± 400 & ± 350<br />
10 Lewinanggung Jl. Lewinanggung Raya RT02/01 Leuwinanggung 500<br />
RANGKING 4<br />
1 Kukusan Jl. H. Amat ± 300<br />
2Limo Jl. Rajawali ± 450<br />
3Cinere Sepanjang Kali Pesanggrahan ± 500<br />
4 Gandul Jl. Sawo, Gandul ± 550<br />
5 Kemiri Muka Jl. Juanda Rt/Rw 003/14 ± 300<br />
6 Sawangan Baru Jl. Muhtar Raya ± 300<br />
7 Rangkapan Jaya Jl. Maharaja ± 300<br />
8 Mampang Mampang Indah ± 300<br />
9 Cilangkap Jl. Cilangkap I Sungai Sunter ± 300<br />
10 Bedahan Jl. Dulmanih Kali Angsana ± 400<br />
Ringkasan Eksekutif : Kajian Pengelolaan Persampahan <strong>Kota</strong> <strong>Depok</strong> R-34
RANGKING 5<br />
1 Pondok Cina Sepanjang Kali Ciliwung ± 300<br />
2 Pangkalanjati Baru Jl. Haji Terin ± 200<br />
3 Pangkalanjati Lama Jl. Madrasah ± 300<br />
4 Duren Seribu Kp. Bulak, Kali Angke ± 250<br />
5Pasir Putih Gang Alir ± 500<br />
6 Jatimulya Daerah permukiman/bantaran sungai 600<br />
7 Kalibaru Daerah permukiman/bantaran sungai 600<br />
8 Sukamaju Jl. Tole Iskandar Raya ± 300<br />
9 Pancoran Mas Jl. Raya Vitara ± 300<br />
10 Curug Sepanjang Kali Gede ± 500<br />
RANGKING 6<br />
1Krukut Sepanjang Kali Krukut ± 200<br />
2Baktijaya Jl. Cidurian Kali Cijantung ± 350<br />
5 Duren Mekar Bukit Sawangan Indah ± 350<br />
4 Cimpaeun Sepanjang Kali Cikeas ± 400<br />
5 <strong>Depok</strong> Jl. Dewi Sartika ± 300<br />
6 Pasirgunung Selatan Bantaran Sungai<br />
7 Bojong Sari Baru Jl. Parung Raya, Pinggir Kali Gede ± 400<br />
8 Pondok Petir Jl. Bima Reuni Jaya Baru ± 600<br />
9 Serua Jl. Surya Kencana ± 650<br />
10 Kedaung Jl. Ketapang Kedaung ± 250<br />
11 Cinangka Jl. Kemandoran Cinangka ± 300<br />
12 Cisalak Pasar Jl. H. Sofyan ± 300<br />
Ringkasan Eksekutif : Kajian Pengelolaan Persampahan <strong>Kota</strong> <strong>Depok</strong> R-35
BAB V.<br />
REKOMENDASI PENGELOLAAN PERSAMPAHAN KOTA DEPOK<br />
Dari uraian diatas, untuk kota <strong>Depok</strong> dapat direkomendasikan<br />
pengelolaan sampah dengan Sistem Konvensional dan Pengolahan sampah<br />
skala Kawasan dengan UPS dan Pengolahan Sampah Skala Rumah Tangga.<br />
5.1. STRATEGI PENGEMBANGAN<br />
Pengembangan daerah pelayanannya akan dilakukan berdasarkan urutan<br />
prioritas kebutuhan mendapat pelayanan kebersihan. Prioritas ini ditetapkan<br />
berdasarkan beberapa kriteria yaitu:<br />
1. Kepadatan Daerah Terbangun<br />
2. Potensi Ekonomi<br />
3. Kesesuaian dengan Rencana Tata Ruang <strong>Kota</strong><br />
Rencana Daerah dan Tingkat Pelayanan<br />
Karena keterbatasan pengelola maka untuk mencapai sasaran daerah<br />
urban dapat terlayani dilakukan dengan pentahapan wilayah pelayanan. Prinsip<br />
dasar dalam pengembangan wilayah pelayanan adalah mengembangkan<br />
wilayah pelayanan baru dari wilayah pelayanan yang eksisting.<br />
Berdasarkan skenario pengembangan tersebut, maka pada tahun 2009<br />
(tahap mendesak ) akan terjadi peningkatan pelayanan menjadi 58,6 % dan 75<br />
% pada tahap PJM (tahun 2012) dari jumlah penduduk. Rencana<br />
pengembangan daerah pelayanan persampahan di wilayah perencanaan untuk<br />
tahap jangka mendesak dan jangka menengah dapat dilaksanakan dengan<br />
sistem konvensional dan pola memilah sampah ( UPS ) dan penanganan<br />
sampah skala rumah tangga.<br />
Tingkat pelayanan dengan metoda UPS direncanakan setiap tahun<br />
mencapai 7,5 % dari jumlah penduduk ( tahun 2008 ) dan meningkat menjadi<br />
Ringkasan Eksekutif : Kajian Pengelolaan Persampahan <strong>Kota</strong> <strong>Depok</strong> R-36
41,4 % pada tahun 2012, sedangkan pengelolaan dengan skala rumah tangga<br />
akan mencapai 1 % pada tahun 2008 dan akan meningkat 5 % pada tahun 2012<br />
sedangkan pelayanan dengan pola konvensionalakan menurun yaitu sekitar<br />
32,2 % pada tahun 2012. Tingkat pelayanan dengan metoda UPS ,<br />
konvensional dan Rumah Tangga dapat dilihat pada grafik 5.1. berikut :<br />
Grafik 5.1. Perbandingan Pengelolaan Persampahan dengan Konvensional,<br />
UPS dan Rumah Tangga ( Mandiri )<br />
Grafik 5.1. Perbandingan Pengelolaan Persampahan dengan Konvensional dan UPS, Mandiri<br />
80<br />
70<br />
75 Tingkat<br />
Pelayanan<br />
60<br />
%<br />
50<br />
41.4 Pelayanan<br />
40 UPS<br />
34<br />
30<br />
20<br />
28.6 Pelayanan<br />
Konvensional<br />
10 Pelayanan<br />
5 Mandiri<br />
2006 2007 2008<br />
Keterangan :<br />
2009 2010 2011 2012<br />
Tahun<br />
Tingkat Pelayanan<br />
Pelayanan Konvensional<br />
Pelayanan Dengan UPS<br />
Pelayanan Mandiri<br />
Ringkasan Eksekutif : Kajian Pengelolaan Persampahan <strong>Kota</strong> <strong>Depok</strong> R-37
5.2. POLA PEMBUANGAN SAMPAH KONVENSIONAL<br />
Secara umum pola pembuangan sampah konvensional dapat dijelaskan<br />
seperti pada gambar berikut :<br />
Public house<br />
Bak<br />
Sampah<br />
Bak<br />
Sampah<br />
City<br />
Bak<br />
Sampah<br />
Tong<br />
Sampah<br />
1. Pola pelayanan untuk Tahap Mendesak (tahun 2008 – 2009)<br />
Pola pelayanan yang akan digunakan untuk Tahap Mendesak sama dengan<br />
pola pelayanan pelayanan saat ini (tahun 2007) dan ditambah dengan UPS (Unit<br />
Pengolahan Sampah).<br />
2. Pola pelayanan untuk Tahap Jangka Menengah (tahun 2010-2012)<br />
Pola pelayanan yang digunakan pada tahap PJM ini merupakan<br />
pelengkapan terhadap pola pelayanan yang digunakan pada tahap Mendesak<br />
Ringkasan Eksekutif : Kajian Pengelolaan Persampahan <strong>Kota</strong> <strong>Depok</strong> R-38
(tahun 2008-2009) pelengkapan tersebut terdapat pada penggunaan UPS lebih<br />
banyak. Jumlah lokasi UPS pada tahah ini menjadi 63 lokasi.<br />
5.3. UNIT PENGOLAHAN SAMPAH (UPS) SKALA KAWASAN<br />
Pengurangan sampah dengan program 3R dan replikasi best practice<br />
memang bukan hal mudah untuk dilakukan karena akan sangat tergantung pada<br />
kemauan masyarakat dalam merubah perilaku, yaitu dari pola pembuangan<br />
sampah konvensional menjadi pola memilah sampah. Untuk itu diperlukan<br />
berbagai upaya baik langsung maupun tidak langsung, seperti antara lain :<br />
1. Percontohan program 3 R<br />
2. Penyuluhan<br />
3. Pemberdayaan dan pendampingan masyarakat<br />
4. Pengawasan atau monitoring terus menerus<br />
5. Pendidikan<br />
A. Pengumpulan Sampah Skala Kawasan<br />
- Metode pengumpulan sampah dapat dilakukan secara individual (door to<br />
door) maupun komunal.<br />
- Peralatan pengumpulan sampah di kawasan perumahan baru (cakupan<br />
luas dan jalan lebar) dapat dilakukan dengan menggunakan motor<br />
sampah (kapasitas 1,2 m 3 ), sedangkan untuk kawasan perumahan non<br />
komplek dan perumahan kumuh/bantaran sungai cukup dilakukan<br />
dengan menggunakan gerobak (1 m 3 ).<br />
- Motor/Gerobak sampah yang mengumpulkan sampah terpilah dapat<br />
dimodifikasi dengan sekat atau dilengkapi karung-karung besar (3 uni<br />
atau sesuai dengan jenis sampah).<br />
Ringkasan Eksekutif : Kajian Pengelolaan Persampahan <strong>Kota</strong> <strong>Depok</strong> R-39
Motor Sampah<br />
Gerobak Sampah Tercampur<br />
Gerobak Sampah untuk Sampah Terpilah<br />
B. Tempat Pengolahan Sampah Terpadu (TPST) Skala Kawasan<br />
Lokasi<br />
- Luas TPST bervariasi, tergantung kapasitas pelayanan dan tipe kawasan.<br />
- Untuk kawasan perumahan baru (cakupan pelayanan 2000 rumah)<br />
diperlukan TPST dengan luas 1000 m2. Sedangkan untuk cakupan<br />
pelayanan skala RW (200 rumah), diperlukan TPST dengan luas 200 –<br />
500 m2<br />
- TPST dengan luas 1000 m2 dapat menampung sampah dengan atau<br />
tanpa proses pemilahan sampah di sumber<br />
- TPST dengan luas < 500 m2 hanya dapat menampung sampah dalam<br />
keadaan terpilah (50%) dan sampah campur 50 %<br />
Ringkasan Eksekutif : Kajian Pengelolaan Persampahan <strong>Kota</strong> <strong>Depok</strong> R-40
- TPST dengan luas < 200 m2 sebaiknya hanya menampung sampah<br />
tercampur 20 %, sedangkan sampah yang sudah terpilah 80 %<br />
Composting<br />
- Sampah yang digunakan sebagai bahan baku kompos adalah sampah<br />
dapur (terseleksi) dan daun-daun potongan tanaman<br />
- Metode pembuatan kompos dapat dilakukan dengan berbagai cara antara<br />
lain dengan windrow system dan penggunaan media EM-4.<br />
- Metode windrow system dengan masa proses 2 bulan dapat dilakukan<br />
dengan cara menumpuk sampah setinggi minimal 1 m, panjang 2m dan<br />
lebar 1m yang dilanjutkan dengan proses pembalikan dan penyiraman<br />
(untuk menjaga kelembaban dan temperatur optimal)<br />
- Metode dengan penggunaan EM-4 dalam proses pembuatan kompos<br />
dapat mempercepat proses fermentasi, sehingga hanya membutuhkan<br />
waktu 5 – 6 hari<br />
Komposting Skala Kawasan<br />
5.4. UNIT PENGOLAHAN SAMPAH SKALA RUMAH TANGGA<br />
Diharapkan pelayanan dengan mempergunakan UPS skala rumah tangga<br />
( seperti komposter , takakura dll )ini mencapai 5 % dalam 5 tahun ke depan,<br />
dengan demikian pada tahun 2008 diharapkan yang mempergunakan UPS skala<br />
rumah tangga 1 % dari jumlah penduduk dan meningkat menjadi 5 % pada tahun<br />
2012.<br />
Pelaksanaan UPS skala rumah tangga dapat dilaksanakan secara<br />
individual maupun secara wilayah yang lebih luas seperti perumahan, untuk<br />
Ringkasan Eksekutif : Kajian Pengelolaan Persampahan <strong>Kota</strong> <strong>Depok</strong> R-41
individual lebih sesuai untuk masyarakat yang mempunyai kesadaran yang tinggi<br />
dimana tidak diperlukan monitoring khusus.<br />
5.5. TEMPAT PEMROSESAN/PEMBUANGAN AKHIR ( TPA )<br />
Ada beberapa skenario yang diajukan dalam aktivitas penanganan<br />
sampah di TPA , yaitu :<br />
a. Pengurugan/penimbunan sampah<br />
b. Pengomposan sampah hayati (organik)<br />
c. Daur-ulang sampah non-hayati (an-organik)<br />
d. Residu dari (b) dan (c) kemudian ditimbun di TPA.<br />
Pengomposan dan daur-ulang diharapkan ke depan akan merupakan kegiatan<br />
utama, khususnya guna menunjang usaha pertanian di sekitar kawasan ini.<br />
Kegiatan tersebut juga harus siap untuk tidak difungsikan bila ternyata pasar<br />
untuk menerima hasil produksinya mengalami hambatan.<br />
ASPEK KELEMBAGAAN DAN ORGANISASI<br />
Permasalahan kelembagaan dalam penanganan persampahan dalam skala kota<br />
di <strong>Kota</strong> <strong>Depok</strong> terkait dengan perlunya menyempurnakan struktur organisasi<br />
Dinas KLH dan penambahan jumlah personalia agar sesuai dengan upaya<br />
peningkatan partisipasi masyarakat dan peningkatan pelayanan.<br />
Untuk itu <strong>Pemerintah</strong> <strong>Kota</strong> <strong>Depok</strong> perlu melakukan langkah-langkah kegiatan<br />
sebagai berikut:<br />
1. Pembuatan kajian mengenai perlu tidaknya dilakukan reorganisasi Dinas<br />
Kebersihan dan Lingkungan Hidup, untuk mengantisipasi kebutuhan akan<br />
kelancaran program penyuluhan yang dinilai sangat mendesak mengingat<br />
masih rendahnya kesadaran masyarakat mengenai perlunya pengolahan<br />
sampah dengan metode 3R mulai dari rumah tangga.<br />
Ringkasan Eksekutif : Kajian Pengelolaan Persampahan <strong>Kota</strong> <strong>Depok</strong> R-42
2. Pembentukan Kordinator UPS di Dingkat Kelurahan dalam rangka<br />
pengoprasian UPS-UPS di sejumlah kelurahan yang akan menjadi lokasi<br />
UPS sampai 2009.<br />
ASPEK PEMBIAYAAN<br />
Analisa Pembiayaan<br />
Dalam analisa pembiayaan dikemukakan berbagai sumber pembiayaan<br />
dan pola pembiayaan proyek pengadaan mesin pengolah sampah dan<br />
komposting, bangunan pendukung 1 (satu ) unit UPS di kota <strong>Depok</strong>, dengan<br />
sumber pembiayaan : Typping Fee, <strong>Pemerintah</strong> Pusat, <strong>Pemerintah</strong> Provinsi,<br />
<strong>Pemerintah</strong> <strong>Kota</strong> <strong>Depok</strong>, Bank Komersial, Masyarakat/Swasta<br />
Tiga Pola Pembiayaan yang direkomendasikan :<br />
1) Pola pembiayaan antara pemerintah kota <strong>Depok</strong> + Badan Pengelola UPS<br />
dengan <strong>Pemerintah</strong> Provinsi Jabar + Bank Jabar seperti tabel 5.7.1.<br />
2) Pola pembiayaan antara pemerintah kota <strong>Depok</strong> + Badan Pengelola UPS<br />
dengan Bank Komersial seperti tabel 5.7.2.<br />
3) Pola pembiayaan antara pemerintah kota <strong>Depok</strong> + Badan Pengelola UPS<br />
dengan pihak swasta seperti tabel 5.7.3.<br />
.<br />
Ringkasan Eksekutif : Kajian Pengelolaan Persampahan <strong>Kota</strong> <strong>Depok</strong> R-43
Typping Fee<br />
Dari sumber rencana anggaran biaya ( RAB ) dan observasi serta survai di<br />
kota depok typping fee proyek pengadaan mesin pengolahan sampah dan<br />
komposting,serta bangunan pendukung 1 (satu ) unit UPS di kota <strong>Depok</strong> tanpa<br />
investasi lahan dan dengan dana investasi peralatan mesin serta bangunan<br />
pendukung bekerja sama dengan pihak swasta ( sumber dana sendiri) sebesar<br />
Rp. 28.043,- seperti tabel 5.7.5.a.<br />
Typping fee proyek pengadaan mesin pengolahan sampah dan<br />
komposting, serta bangunan pendukung 1 (satu) unit UPS di kota <strong>Depok</strong> tanpa<br />
investasi lahan dan dengan dana investasi peralatan mesin serta bangunan<br />
Ringkasan Eksekutif : Kajian Pengelolaan Persampahan <strong>Kota</strong> <strong>Depok</strong> R-44
pendukung dari kredit Bank Jabar atau Bank Komersial lainnya (sumber dana<br />
kredit/pinjaman dari bank) sebesar Rp.38.520,- seperti tabel 5.7.5.b.<br />
Analisa Keuangan<br />
Analisa keuangan terhadap proyek pengadaan mesin pengolahan<br />
sampah dan komposting, serta bangunan pendukung 1 (satu ) unit UPS di kota<br />
<strong>Depok</strong> menggunakan alat analisa kriteria investasi Pay Back Period, Gross<br />
Benefit Cost Ratio ( GBCR ), Net Present Value ( NPV ) dan Internal Rate of<br />
Return ( IRR ).<br />
1) Pay Back Period<br />
Pay Back Period proyek pengadaan mesin pengolah sampah dan komposting,<br />
serta bangunan pendukung 1(satu ) unit UPS di kota <strong>Depok</strong> selama 4,80294<br />
tahun untuk sumber dana sendiri, dan 5, 3887 tahun untuk sumber dana<br />
kredit/pinjaman dari bank, yang bersumber dari tabel 5.7.8 dan 5.7.9. Dari pay<br />
back period dari sumber dana sendiri berarti setelah 4,80294 tahun proyek<br />
berjalan semua dana ( total investasi ) yang telah ditanamkan diperoleh kembali<br />
Ringkasan Eksekutif : Kajian Pengelolaan Persampahan <strong>Kota</strong> <strong>Depok</strong> R-45
dan selama 3,197 tahun sisanya akan diperoleh keuntungan/profit proyek<br />
pengadaan mesin pengolah sampah dan komposting,serta bangunan pendukung<br />
1 (satu ) unit UPS di kota <strong>Depok</strong> sampai dengan proyek berakhir.<br />
2) Gross Benefit Cost Ratio<br />
Gross Benefit Cost Ratio (GBCR) proyek pengadaan mesin pengolah sampah<br />
dan komposting, serta bangunan pendukung 1 (satu) unit UPS di kota <strong>Depok</strong><br />
sebesar 1, 3134 (131,34 % ) untuk sumber dana sendiri dan 1, 3788 (137,88%)<br />
untuk sumber dana pinjaman/kredit dari bank seperti tabel 5.7.6 dan 5.7.7. Dari<br />
kriteria Gross Benefit Cost Ratio (GBCR) yang lebih dari 1 (satu) dengan tingkat<br />
bunga discount factor 18%, berarti proyek tersebut sangat layak/feasible untuk<br />
dilaksanakan baik dengan sumber dana sendiri maupun dengan sumber dana<br />
pinjaman/kredit dari bank.<br />
Ringkasan Eksekutif : Kajian Pengelolaan Persampahan <strong>Kota</strong> <strong>Depok</strong> R-46
3) Net Present Value ( NPV )<br />
Net Present Value ( NPV ) proyek pengadaan mesin pengolah sampah dan<br />
komposting, serta bangunan pendukung 1 ( satu ) unit UPS di kota <strong>Depok</strong> Rp.<br />
449.603.355,87 untuk sumber dana sendiri Rp.611.963.095,02 untuk sumber<br />
dana kredit/pinjaman dari bank. Net Present Value ( NPV ) proyek tersebut positif<br />
( > 0 ) yang berarti sangat feasible/layak untuk dilaksanakan dengan tingkat<br />
bunga discount factor 18% seperti tabel 5.7.8. dan 5.7.9<br />
4) Internal Rate of Return ( IRR )<br />
Internal Rate of Return ( IRR ) proyek pengadaan mesin pengolah sampah dan<br />
komposting, serta bangunan pendukung 1 (satu ) unit UPS di kota <strong>Depok</strong><br />
sebesar 42% untuk sumber dana sendiri dan 105% untuk sumber dana<br />
kredit/pinjaman dari bank. Dari Internal Rate of Return ( IRR ) diatas tingkat<br />
bunga yang disyaratkan 20%, maka proyek tersebut sangat layak/feasible untuk<br />
dilaksanakan seperti tabel 5.7.8 dan 5.7.9<br />
Keseluruhan analisa keuangan kriteria investasi proyek pengadaan<br />
mesin pengolah sampah dan komposting, serta bangunan pendukung 1 (satu )<br />
unit UPS di kota <strong>Depok</strong> diatas tanpa kenaikan typping fee yang merupakan hak<br />
dan wewenang pemerintah kota <strong>Depok</strong> bersama Badan Pengelola UPS kota<br />
<strong>Depok</strong>, dan apabila kenaikan typping fee pertahun yang berarti juga retribusi<br />
per kepala keluarga diberlakukan kenaikan setiap 2 tahun, maka proyek<br />
pengadaan unit UPS di kota <strong>Depok</strong> sangat feasible/layak untuk dilaksanakan.<br />
Ringkasan Eksekutif : Kajian Pengelolaan Persampahan <strong>Kota</strong> <strong>Depok</strong> R-47
Ringkasan Eksekutif : Kajian Pengelolaan Persampahan <strong>Kota</strong> <strong>Depok</strong> R-48
ASPEK PERATURAN<br />
Dalam hal yang menyangkut aspek peraturan, perencanaan penanganan<br />
sampah di <strong>Kota</strong> <strong>Depok</strong> harus diarahkan untuk mengatasi permasalahan<br />
mengenai munculnya timbulan-timbulan sampah liar karena masih adanya<br />
kebiasaan membuang sampah tidak pada tempatnya yang saat ini pada<br />
sebagian masyarakat <strong>Kota</strong> <strong>Depok</strong>.<br />
Untuk itu, Pemeritah <strong>Kota</strong> <strong>Depok</strong> perlu menyusun/meningkatkan Peraturan<br />
Daerah tentang Kebersihan, Keindahan dan Keteriban <strong>Kota</strong> (K3).<br />
Untuk penanangan masalah persampahan pada skala kawasan yang akan<br />
dilaksanakan melalui pembangunan dan pengoperasian UPS, <strong>Pemerintah</strong> <strong>Kota</strong><br />
<strong>Depok</strong> perlu segera mengambil langkah-langkah strategis yaitu dengan:<br />
1. Mengeluarkan instruksi Walikota tentang kelancaran pengadaan lahan bagi<br />
lokasi UPS di setiap kelurahan<br />
2. Menyusun SOP Pengolahan dan Pengelolaan UPS<br />
ASPEK PERAN SERTA MASYARAKAT<br />
Perencanaan program-program yang menyangkut peningkatan peran<br />
serta masyarakat dalam penanganan persampahan di <strong>Kota</strong> <strong>Depok</strong> sebaiknya<br />
disesuaikan dengan perencanaan pola pelayanan yang terdiri dari (1) pola<br />
penanganan skala kota. (2) pola penanganan skala rumah tangga, dan (3) pola<br />
penanganan skala kawasan.<br />
1. Peningkatan Partisipasi Masyarakat dalam Penanganan Persampahan<br />
Skala <strong>Kota</strong><br />
Program-program peningkatan partisipasi masyarakat dalam penanganan<br />
persampahan skala kota bertujuan:<br />
1. Menumbuhkan kesadaran masyarakat akan pentingnya peran serta<br />
mayarakat dalam penanganan persampahan sejak tahap pengumpulan,<br />
tahap pembuangan, tahap pengangkutan, sampai tahap pengolahan.<br />
Ringkasan Eksekutif : Kajian Pengelolaan Persampahan <strong>Kota</strong> <strong>Depok</strong> R-49
2. Mengubah perilaku masyarakat dalam penanganan persampahan dengan<br />
menanamkan kebiasaan untuk menerapkan metode 3R mulai dari<br />
sumbernya (rumah tangga).<br />
Program yang dapat dilaksanakan untuk mencapai tujuan tersebut di atas adalah<br />
Sosialisasi penanganan sampah dengan metode 3R melalui:<br />
1. Penyuluhan penanganan sampah dengan metode 3R melalui forum-forum<br />
dan pertemuan warga<br />
2. Percontohan penerapan pengolahan sampah dengan metode 3R mulai dari<br />
sumbernya (rumah tangga)<br />
3. Penyebaran media kits (brosur, leaflet, poster, spanduk/banner, dsb.)<br />
4. Pemasangan/penayangan iklan layanan masyarakat melalui surat kabar, radi<br />
dan TV<br />
2. Peningkatan Partisipasi Masyarakat Dalam Penanganan Persampahan<br />
Skala Kawasan<br />
Program-program peningkatan partisipasi masyarakat dalam penanganan<br />
persampahan skala kawasan bertujuan:<br />
1. Mensosialisasikan rencana sistem penanganan persampahan dengan skala<br />
kawasan.<br />
2. Meningkatakan kemampuan dan ketrampilan masyarakat di itngkat<br />
kelurahan dalam pengolahan dan pengelolaan UPS.<br />
Program-program yang dapat dilaksanakan untuk mencapai tujuan tersebut di<br />
atas adalah:<br />
1. Sosialisasi Sistem Penanganan Sampah dengan Skala Kawasan<br />
2. Pelatihan Pengolahan dan Pengelolaan Sampah Skala Kawasan<br />
3. Peningkatan Partisipasi Masyarakat Dalam Penanganan Persampahan<br />
Skala Rumah Tangga<br />
Program-program peningkatan partisipasi masyarakat dalam penanganan<br />
persampahan skala kawasan bertujuan:<br />
1. Menumbuhkan kesadaran masyarakat akan pentingnya kegiatan pengolahan<br />
sampah rumah tangga secara mandiri dalam rangka menciptakan lingkungan<br />
yang bersih dan sehat<br />
Ringkasan Eksekutif : Kajian Pengelolaan Persampahan <strong>Kota</strong> <strong>Depok</strong> R-50
2. Meningkatkan kemampuan dan ketrampilan masyarakat untuk mengolah<br />
sampah rumah tangga secara mandiri<br />
Program-program yang dapat dilaksanakan untuk mencapai tujuan tersebut di<br />
atas adalah:<br />
1. Penyuluhan penanganan sampah dengan metode 3 R<br />
2. Pelatihan pembuatan kompos skala rumah tangga<br />
3. Percontohan pembuatan kompos skala rumah tangga<br />
4. Sosialisasi Sistem Penanganan Sampah dengan Skala Kawasan<br />
5. Pelatihan Pengolahan dan Pengelolaan Sampah Skala Kawasan dengan<br />
sasaran masyarakat yang diharapkan akan dilibatkan dalam pengelolaan<br />
UPS di tingkat kelurahan sampai tahun 2009<br />
Ringkasan Eksekutif : Kajian Pengelolaan Persampahan <strong>Kota</strong> <strong>Depok</strong> R-51